Bank Dunia Gedung Bursa Efek Jakarta Kantor Indonesia Menara 2, Lantai 12 Bursa Efek Jakarta Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190, Indonesia Direktur : Andrew D. Steer Koordinator Lingkungan : Thomas E. Walton DAFTARISI PRAKATA : MENGURANGI POLUSI DI INDONESIA 3 SINGKATAN DAN AKRONIM 4 PETA"HOT SPOT"(TEMPAT UTAMA) 5 INDONESIA : DAFTAR PERIKSA LINGKUNGAN 6 PENDAHULUAN 7 POLUSI UDARA 8 POLUSI AIR 20 LIMBAH PADAT DAN BERBAHAYA 33 ISU GLOBAL 42 STRUKTUR KELEMBAGAAN 44 DAFTAR ISTILAH LINGKUNGAN 45 INDONESIA SEKILAS PANDANG 46 CATATAN 47 Jakarta January 2003 Edisi pemantauan "Monitor" ini telah disiapkan oleh suatu Tim Bank Dunia yang dipimpin oleh Thomas E. Walton, dan terdiri atas Priya Mathur serta Giovanna Dore, Toru Uemachi, pekerja musim panas, telah membantu dalam memperoleh data tentang kualitas udara dan air. Data, informasi dan dukungan telah diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (Ir. Moh. Gempur Adnan, Dra. Masnellyarti Hilman, MSc, Plt. Drs. Hendra Setiawan, Ridwan D. Tamin, M.S. (R), Sri Hudyastuti, Ilham Malik, Maulyani Djajadilaga, Heddy S. Mukna, Henny Agustina), BPLHD DKI (Yosiono Anwar Supalad, Evy Sulistyowati), Biro Pusat Statistik (Johnny Anwar, ZS), Swisscontact (Restiti Sekartini, Veronica Ponda), WALHI Jakarta (Puput), Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (Ahmad Safrudin), Keanekaragaman Hayati Indonesia (Satria Budiono), Departemen Kesehatan (Rida Sagitarina). DeLa Salle University - Manado (Ben Eusebia, pimpinan tim, dan Fery I. Hardiyanto) telah melakukan himpunan data di Indonesia. Tim menyatakan terima kasih atas komentar dan masukan dari David Hanraham, Rusdian Lubis, N. Harshadeep, A. Acharya serta dukungan redaksional dan administratif dari Anju Sachdeva, Farida Zaituni, Dellya Nurzaman, Jenna Diallo, David Bridges, Samson Kaber, Sirinun Maitrawattana, dan Nicholas Allen. Desain sampul dan susunan tata ruang telah dibuat oleh Yok Dechamorn dan Sorachai Nuntawatcharaviboon. Jeffrey Lecksell dari Bank Dunia telah membuat peta tentang daerah-daerah lingkungan yang sensitif dan "hot spot" (tempat utama). Foto Biawak Komodo telah diambil oleh Jessie Cohen dari Smithsonian National Zoological Park. Pandangan-pandangan yang dikemukakan di dalam "Indonesia Environment Monitor" adalah sepenuhnya dari para penulis dan tidak boleh dikutip tanpa izin sebelumnya. Pandangan-pandangan tersebut tidaklah perlu mencerminkan pandangan dari Kelompok Bank Dunia, para Direktur Eksekutifnya, atau negara-negara yang diwakilinya. Bahan yang terkandung disini telah diperoleh dari sumber-sumber yang dianggap dapat dipercaya, tetapi tidaklah perlu lengkap dan tidak dapat dijamin. 2 Prakata : Mengurangi Polusi di Indonesia P ertumbuhan dan perlindungan lingkungan seiring tanah dalam skala besar, telah sangat meningkatkan polusi jalan dengan setiap visi pembangunan udara di Indonesia dan negara-negara tetangga. berkesinambungan yang sebenarnya. Selama bertahun-tahun pertumbuhan ekonomi yang pesat telah (ii) Indonesia memiliki salah satu tingkat penutupan memberikan keuntungan yang besar kepada orang Indone- penyaluran kotoran dan sanitasi yang terendah di Asia, dan sia. Namun, pertumbuhan ini telah menghasilkan polusi yang hal ini menyebabkan kontaminasi air permukaan dan air signifikan, untuk mana orang Indonesia telah membayar mahal tanah yang tersebar luas. Beberapa kota Indonesia malah dipandang dari segi kesehatan manusia dan degradasi mempunyai suatu sistem pembuangan kotoran yang tidak lingkungan. sempurna, dan karenanya sebagian besar rumah tangga sangat mengandalkan tangki kotoran pribadi atau "Monitor Environment Indonesia" (Pemantauan Lingkungan pembuangan kotoran manusia langsung ke sungai dan Indonesia) tentang Polusi adalah bagian dari rangkaian "East kanal. Akibatnya, Indonesia telah berulang kali mengalami Asian Environment Monitor", yang diprakarsai pada tahun wabah infeksi lambung secara lokal dan mempunyai insiden 2000 untuk memberikan informasi tentang kecenderungan penyakit tipus yang tertinggi di Asia. Sumber-sumber polusi lingkungan di negara-negara Asia Timur dan Pasifik. air yang lain adalah pertambangan serta pengaliran air yang Pemantauan tersebut memberikan suatu tinjauan luas tentang tidak lancar dan tidak teratur. berbagai kondisi di udara, air dan tanah, serta sumber- sumber polusi yang utama dan ancaman yang terkait (iii) Buruknya pengelolaan limbah padat dan berbahaya terhadap kesehatan dan sumber alam. Dengan mengetahui telah mengakibatkan degradasi tanah, udara dan air, dan bahwa perubahan lingkungan terjadi sepanjang waktu, maka juga mempunyai suatu dampak terhadap kesehatan manusia. pemantauan ini akan merupakan suatu titik awal bagi Penimbunan sampah yang terbuka masih tetap merupakan pembaharuan kecenderungan dan kondisi secara periodik bentuk pembuangan yang paling lazim di negara ini, dimana di Indonesia. 90 persen limbah dibuang dengan cara ini, sehingga menghasilkan bahan-bahan yang mencemarkan air tanah Ada beberapa prestasi signifikan yang dicapai dalam dan menambah berkembang biaknya hama dan kuman pengelolaan polusi di Indonesia, seperti penghapusan timbal pembawa penyakit. Sebagian limbah yang tidak dikumpulkan dalam bensin di Jakarta serta pengurangan penggunaan telah dibakar, sehingga menambah polusi udara perkotaan, bahan-bahan yang menipiskan ozon. Namun, masih tetap sementara yang lain pada akhirnya menghambat aliran ada banyak tantangan. Analisa dari data yang disampaikan sungai dan kanal, dan menambah banjir serta penyebaran di dalam pemantauan ini menegaskan bahwa : air yang tercemar di daerah-daerah pemukiman yang terletak rendah. (i) Kualitas udara di Indonesia terancam, yang mengakibatkan meningkatnya masalah kesehatan serta Informasi yang terkandung di dalam pemantauan ini telah kerugian produktifitas. Peningkatan urbanisasi, motorisasi diperoleh dari berbagai sumber, termasuk laporan-laporan dan industrialisasi di Indonesia telah memperburuk polusi yang dipublikasi dari instansi pemerintah, universitas dan udara. Jumlah kendaraan di Indonesia telah meningkat lebih LSM; data yang tidak dipublikasi; dan dokumen Bank Dunia. dari 6 juta antara tahun 1995 dan 2000. Tambahan lagi, Kami sangat berterima kasih atas hubungan kerjasama yang kebakaran hutan yang terutama disebabkan oleh konversi erat dengan Kementrian Lingkungan Hidup dalam mempersiapkan dokumen ini. Andrew D. Steer Thomas E. Walton Direktur Indonesia Koordinator Lingkungan Indonesia Bank Dunia Bank Dunia 3 Singkatan dan Akronim ADB Bank Pembangunan Asia NGO LSM ARD Pembuangan Batu Asam N2O Nitrous Oxida ASM Pertambangan Artisanal Skala Kecil NO2 Nitrogen Dioxida Avgas Bensin Aviasi NSS Studi Strategi Nasional Avtur Bahan Bakar Turbin Aviasi Jenis Kerosene O3 Ozon BAPEDALDA Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan ODS Bahan Penipis Ozon Daerah ODP Potensi Penipis Ozon CDC Pusat Pengawasan dan Pencegahan PAH Polychlorinated Hydrocarbon Penyakit Pb Timbal CER Pengurangan Emisi Bersertifikasi PCB Polychlorinated Biphenyls CH4 Methane PM Zat partikel kurang CO Karbon Monoksida PM10 Zat partikel kurang dari 10 Mikron dalam CO2 Karbon Dioksida diamete B3 Limbah Berbahaya dan Beracun PM2.5 Zat partikel kurang dari 2.5 Mikron dalam BLL Tingkat Timbal Darah diameter BOD Permintaan Oksigen Biokomia Pam Jaya Perusahaan Air Minum Jakarta CAP Program Udara Bersih PDAM Perusahaan Daerah Air Minum CDM Mekanisme Pembangunan Bersih PJT Perum Jasa Tirta CGRER Pusat Penelitian Lingkungan Global dan POLDA Kepolisian Daerah Regional POPs Bahan Organik Tetap Pencemar COREMAP Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan PROKASIH Program Kali Bersih Batu Karang (Clean River Program) DDT Dichloro - diphenyl - trichloroethane PSI Indeks Standar Polusi DK Dinas Kebersihan PUTE Minggu Pengurungan Emisi (Department of Public Cleansing) RT Rukun Tetangga DKI Daerah Khusus Ibukota Jakarta RW Rukun Warga (Special Capital District) SO2 Sulfur Dioxide DO Oksigen Terlarut SPM Zat Partikel Padat EIA Penilaian Dampak Lingkungan SWM Pengelolaan Limbah Padat ENSO Osilasi Selatan El Nino TPS Temporary Storage Place ~ GHG Greenhouse Gas TSP Partikel Tertahan Total GDP Hasil Kotor Domestik TSS Bahan Padat Tertahan Total GNP Hasil Kotor Nasional UNEP Program Lingkungan PBB g/dL Gram per desiliter UNDP Program Pembangunan PBB GOI Pemerintah Indonesia UNIDO Organisasi Program Pembangunan PBB GTZ Dinas Jerman untuk Kerjasama Teknis UU Undang - Undang ha Hectare VHC Volatile Hydrocarbons HC Hidrokarbon VOCs Campuran Organik Volatile IQ Tingkat Kecerdasan WHO Organisasi Kesehatan Dunia JICA Dinas Kerjasama Internasional Jepang Kabupaten Kabupaten µg Mikrogram MLH Kementrian Lingkungan Hidup Exchange Rate : 1US$ = 8,927.50 Rupiah NA Tidak Ada / Tersedia on January 7, 2003 4 Peta "Hot Spot" 5 Indonesia : Daftar Periksa Lingkungan Keprihatinan Sebab / Isu Tanggapan / Respon I. Polusi Udara Polusi udara di daerah perkotaan, khususnya oleh l Meningkatnya pertumbuhan daerah perkotaan, industrialisasi, l Bensin yang mengandung timbal telah timbal dan partikel halus, merupakan suatu dan motorisasi di Indonesia telah memperburuk polusi udara. dihapuskan di Jakarta dan diharapkan akan keprihatinan kesehatan umum yang utama di In- Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah meningkat lebih dihapuskandiseluruhIndonesiapadabulanJanuari donesia. Bahan pencemar lain yang berkaitan dari 6 juta antara tahun 1995 dan 2000. Timbal yang dikeluarkan 2003. termasuk sulfur dan nitrogen dioxida, carbon daribesinyangmengandungtimbalmerupakansuatuancaman l Perlunya dasar pengetahuan, analisa dan monixide, dan ozon. kesehatan yang signifikan. pembangunan kesadaran yang lebih baik terhadap l Kebakaran hutan sangat menambah polusi udara di Indone- kualitas udara dan pengelolaan hutan. sia dan negara-negara tetangga. l Perlunya untuk mengerti lebih baik polusi udara l Polusi udara di dalam rumah yang diakibatkan oleh di dalam rumah dan implikasi kesehatannya di pembakaran bahan bakar yang tidak diproses seperti kayu Indonesia. bakar dapat menjurus kepada meningkatnya penyakit pernafasan; namun, ada beberapa studi yang meneliti hubungan antara dampak kesehatan dan polusi udara di dalam rumah di Indonesia. II. Polusi Air Walaupun Indonesia memiliki suatu ketersediaan l Kurangnya fasilitas kebersihan yang cukup adalah suatu l Perbaikan pasokan air dan sistem sanitasi yang air tahunan yang sangat tinggi (lebih dari 13.700 sebab utama kontaminasi kotoran dari sumber-sumber air di layak mungkin dapat memberikan kontribusi m3/kapita), sungai-sungai di Indonesia tercemar daerah urban. Beberapa kota Indonesia malah mempunyai kepada pengurangan kematian diare yang oleh sumber-sumber rumah tangga dan industri, suatu sistem pembuangan kotoran yang tidak sempurna, dan signifikandankepadapeningkatanhasilkesehatan. dan air yang tidak sehat adalah salah satu dari karenanyasebagianbesarrumahtanggasangatmengandalkan Suatu cara pengelolaan sumber air terpadu, sebab-sebab utama penyakit. tangki kotoran pribadi atau pembuangan kotoran manusia termasuk polusi air, dengan pengumpulan data, langsung ke sungai dan kanal. bagi informasi, analisa dan penggunaan yang l Sumber-sumber polusi air yang lain adalah pertambangan cukup, juga diperlukan dalam suatu konteks dasar. serta pengaliran air yang tidak lancar dan tidak teratur. III. Limbah Padat dan Berbahaya Produksi limbah telah meningkat secara signifikan l Kira-kira 1 juta ton limbah berbahaya telah dihasilkan di l Diperlukan studi terhadap aliran limbah untuk selama lima tahun terakhir. Indonesia dalam tahun 2000, dan sedikit sekali pembuangan menentukan metode pembuangan yang sesuai. yang terkontrol. l Partisipasi masyarakat perlu untuk menentukan l Penimbunan sampah terbuka yang ilegal masih tetap pembuangan limbah yang dapat diterima dan merupakan bentuk pembuangan yang paling lazm di negara pilihan-pilihan untuk melakukan kontrol. ini,dimana90persenlimbahdibuangdengancaraini,sehingga l Lembaga-lembaga yang lebih kuat, khususnya menghasilkan bahan-bahan yang mencemarkan air tanah dan di tingkat kotamadya, serta mekanisme pendanaan menambah berkembang biaknya hama dan kuman pembawa yang sesuai. penyakit. Sebagian limbah yang tidak dikumpulkan telah dibakar, sehingga menambah polusi udara perkotaan, sementara yang lain pada akhirnya menghambat aliran sungai dan kanal, dan menambah banjir serta penyebaran air yang tercemar di daerah-daerah pemukiman yang terletak rendah. l Di Indonesia, kandungan kelembaban adalah tinggi di dalam limbah padat kotamadya dan kira-kira 75 persen adalah bio- degradable dan tidak dapat dengan cepat dibakar. IV. Polusi dan Pertambangan Walaupun pertambangan merupakan kira-kira 13 l Polusidaripembuangansedimendansisa-sisapertambangan l Diperlukan lebih banyak pertambangan yang persen dari GDP Indonesia dan 14 persen dari ke sungai dan laut telah terjadi selama puluhan tahun. bertanggung jawab dan pengurangan yang lebih penghasilan ekspor Indonesia, namun l Pengelolaan lingkungan yang salah paling berat bagi baik. pertambangan merupakan suatu sumber dari pertambangan skala menengah serta pertambangan artisanal l Pemantauan dan pelaksanaan oleh pemerintah sebagian besar polusi yang tidak dikontrol. dan berskala kecil, dimana penggunaan mercury merupakan yang lebih erat maupun suatu dasar informasi yang Persediaan ikan sungai dan laut, tanah, batu karang bahaya yang signifikan bagi lingkungan dan kesehatan. lebih baik dan kesadaran masyarakat yang lebih dsb. Secara merugikan telah dipengaruhi oleh besar diperlukan, khususnya bagi pertambangan pembuangan sisa-sisa pertambangan, termasuk yang kecil dan sering ilegal. bahan-bahan beracun. V. Polusi dan Batu karang Indonesia memiliki kira-kira 60.000 km2 batu karang l Empat puluh persen dari batu karang Indonesia sangat l Lebih banyak praktek penangkapan ikan yang (kira-kira seperdelapan dari jumlah keseluruhan di rusak dan hanya 5% secara relatif tidak diganggu. bertanggung jawab adalah perlu. dunia) yang terancam oleh eksploitasi berlebihan l Diperlukan pengurangan sedimentasi dan polusi dan polusi. dari kegiatan di pedalaman. 6 Pendahuluan rang Indonesia menyebut negerinya sebagai Peta 2. Jumlah Penduduk O Tanah Air Kita, yang berarti "Tanah dan Air Kita". Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki suatu wilayah seluas 1,91 juta km2 yang tersebar di 17.508 pulau. Pulau-pulau tersebut, dan enam lautan yang memisahkannya, terletak di suatu wilayah berukuran kira-kira 2.000 kilometer dari utara ke selatan, dan lebih dari 5.000 km dari timur ke barat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat), dengan jumlah penduduk sebanyak 203 juta jiwa (sensus tahun 2000). Duapertiga berdiam di pulau Jawa, yang menurut sejarah Sumber : Dr. Jung-Hum Woo, CGRER, The University of Iowa, USA merupakan pusat kekuatan ekonomi dan politik di Indonesia. Terdapat 309 kelompok etnik yang berbeda-beda. Disebabkan oleh keanekaragaman kebudayaan yang sangat besar ini, maka semboyan negara tersebut adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "Persatuan dalam Keanekaragaman". Secara administratif Indonesia terbagi dalam 30 propinsi, dua daerah istimewa, dan daerah khusus Ibukota Jakarta. Hampir 60 persen dari daratan Indonesia berhutan dan suatu bagian yang signifikan juga bergunung dan bergunung api. Ada lebih dari 500 gunung api di Indonesia (112 di pulau Jawa saja), diantaranya 129 masih tetap aktif. Kegiatan gunung berapi selama berabad-abad telah menimbulkan suatu tingkat kesuburan tanah yang tinggi di pulau Jawa dan Bali, sebagaimana tercermin pada konsentrasi penduduk dan pertanian yang tinggi di pulau-pulau tersebut. Peta 3. Cakupan Daratan Sumber : Dr. Jung-Hum Woo, CGRER, The University of Iowa, USA (Resolusi : 1o x 1o). 7 Polusi Udara Ada sesuatu di udara ...... suatu populasi perkotaan yang berkembang telah meningkatkan industri dan lalu lintas di semua pusat kota yang besar. Bahan-bahan pencemar yang berbahaya, yang dikeluarkan ke atmosfir, tidak hanya mengancam kesehatan dari penduduk perkotaan, tetapi juga kesan dari kota. Kota-kota seperti Jakarta telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan yang lain sebagai memiliki udara yang sangat tercemar. Sumber Polusi Udara Produksi energi, pengangkutan, konversi serta rumah tangga, industri dan penggunaan kendaraan bermotor, merupakan penyumbang antropogemik utama kepada polusi udara. Bahan-bahan pencemar utama yang penting adalah timbal, partikel halus, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO2), dan karbon diokida Gambar 1. Indonesia - Jumlah Kendaraan Bermotor (CO2) (Tabel 1). (1995-2000) Armada Kendaraan Bermotor Jumlah keseluruhan kendaraan bermotor (seperti mobil, bis dan truk) di Indonesia telah meningkat dari 12 juta lebih dalam tahun 1995 menjadi 19 juta lebih dalam tahun 2000 (lihat Gambar 1) - sepeda motor1 (yang merupakan 71 persen dari jumlah keseluruhan kendaraan bermotor) saja adalah 5 juta dari peningkatan tersebut. Transportasi menghabiskan 12 juta kiloliter minyak gas, 12 juta kiloliter premium, 118 ribu kiloliter minyak diesel, 185 ribu kiloliter bahan bakar minyak, dan 749 ribu kiloliter jenis bahan bakar lain.2 Industri Sumber : Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, 2000. Indonesia memiliki sektor industri yang besar dan beranekaragam (termasuk makanan, bahan kimia, minyak, Tabel 1. Standar Kualitas Udara Indonesia batu bara, karet dan pabrik produk plastik); namun terdapat informasi yang terbatas mengenai dampak industri terhadap Bahan Bakar Waktu Rata-rata Standar kualitas udara. penjualan bahan bakar menunjukkan bahwa (mg/m3) industri menghabiskan 6 juta kiloliter minyak gas; 1 juta kilo- TSP 1-Jam rata-rata 90 liter minyak diesel; 4.068 ribu kiloliter bahan bakar minyak; 48 24-Jam rata-rata 230 ribu kiloliter minyak tanah3 (angka-angka tahun 1999) dan PM10 24-Jam rata-rata 150 136 milyar m3 batubara4, dan pembakaran bahan bakar fosil SO2 1-Jam rata-rata 60 tersebut mempunyai pengaruh merugikan yang signifikan 24-Jam rata-rata 365 terhadap kualitas udara. NO2 1-Jam rata-rata 100 24-Jam rata-rata 150 1-Jam rata-rata 235 Sumber-sumber Polusi Udara yang lain O3 Sumber-sumber polusi udara yang lain termasuk pembakaran 1-Jam rata-rata 50 biomass, konsumsi bahan bakar dari kegiatan masak rumah Pb 24-Jam rata-rata 2 tangga dan penjual kakilima, pembakaran sampah padat 1-Jam rata-rata 1 (termasuk tempat pembakaran kotamadya dan pembakaran CO 1-Jam rata-rata 30.000 terbuka), kebakaran hutan (lihat Kotak 1), dan sumber-sumber 24-Jam rata-rata 10.000 lain seperti konstruksi. Polusi udara di dalam rumah (terutama dari kegiatan masak) secara signifikan dapat menambah pengaruh kesehatan yang merugikan. Walaupun beberapa 8 Polusi Udara dari praktek-praktek tersebut dapat merupakan sumber polusi adalah sesuai dengan BLL dari anak-anak di negara-negara udara yang signifikan (misalnya penjualan bahan bakar minyak lain yang terus menggunakan timbal dalam bensin (misalnya tanah rumah tangga adalah 12 juta kiloliter dalam tahun 1999), anak-anak berusia 2-14 tahun di Uruguay telah dinyatakan dampaknya yang tepat sebagian besar tidak diketahui. mempunyai suatu BLL rata-rata sebesar 9,6 µg/dL). Untuk memenuhi rencana penghapusan timbal lengkap pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia (GOI) telah membuat suatu Timbal jadwal penghapusan timbal dibawah Program "Langit Biru". Bank Dunia telah mengidentifikasi pengeluaran (emisi) timbal Departemen Sumber Energi dan Mineral Indonesia telah dari bensin sebagai suatu bahaya lingkungan yang besar bagi mengumumkan bahwa pemerintah akan mensubsidi orang Indonesia, khususnya bagi anak-anak. Pengaruh dari perbedaan harga untuk memudahkan peralihan dari bensin timbal, terutama dari bensin bertimbal, tukang lebur timbal bertimbal yang tidak mahal ke bensin tanpa timbal. Namun, dan cat timbal, telah diperlihatkan memiliki suatu dampak tantangan terhadap penghapusan timbal termasuk kapasitas terhadap sistem saraf, ginjal, reproduksi, liver, jantung dan di kilang-kilang minyak perusahaan minyak BUMN urat darah, serta lambung dan usus. Anak-anak dan tingkat (PERTAMINA) dan penolakan untuk memberikan wewenang intelejensi mereka sangat sensitif, perkembangan kepada kilang-kilang minyak swasta untuk memproduksi dan/ pengetahuan dan tingkah laku dapat juga terpengaruh secara atau mengimpor dan menjual secara eceran bensin tanpa signifikan karena terbuka terhadap timbal. Penghapusan timbal timbal. dari bensin merupakan suatu langkah yang nyata dan sering sangat efektif biaya untuk mengurangi masalah-masalah Gambar 2. Konsentrasi Timbal di Jakarta, 1995 - 2000 kesehatan yang berkaitan dengan polusi udara. Suatu jumlah (µg/m3) yang dengan cepat meningkat dari negara-negara di dunia (termasuk Bangladesh, India, Filipina, Jepang, Muangthai, dan Vietnam di Asia) sedang menghapus bensin bertimbal. Indo- nesia juga memulai usaha ini; kota Jakarta telah menghapus bensin bertimbal dalam bulan Juli 2001, dan tujuan Pemerintah adalah untuk melakukan penghapusan tersebut di seluruh negara pada bulan Januari 2003. Namun, pada saat buku pemantauan ini akan dicetak, ada indikasi batas waktu akan mundur ke tahun 2005. Polusi timbal dalam atmosfir di Jakarta meningkat dari 0,42 µg/m3 dalam tahun 1998 menjadi 1,3 µg/m3 dalam tahun 2000 (lihat Gambar 2), yang terutama berkaitan dengan Catatan : Standar Timbal adalah 1µg/m3 (1 jam waktu rata-rata) meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di jalan pada saat Sumber : Data Statistik 1995-98, 2000 dari Departemen Energi, US ekonomi Indonesia pulih. Di Jakarta saja, polusi bensin EPA, 2001. bertimbal telah membebani negara dengan biaya sekitar US$ 266 juta per tahun untuk perawatan kesehatan sampai bensin Gambar 3. Tingkat Timbal Darah pada Anak-anak, bertimbal tersebut dihapuskan. Jakarta, 2001 (µg/m3) Dalam bulan Juni 2001, Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) melakukan suatu studi tentang tingkat timbal dalam darah (BLL) pada anak-anak sekolah tingkat 2 dan 3 yang tinggal di Jakarta dan menemukan BLL yang cukup tinggi pada anak-anak tersebut. Anak-anak muda lebih mudah terkena keracunan timbal daripada orang dewasa, karena mereka menyerap jauh lebih banyak timbal dari lingkungan mereka, dan sistem saraf pusat mereka masih berkembang. Lebih dari sepertiga anak-anak yang menjadi obyek studi, khususnya mereka dibawah umur 6 tahun, mempunyai BLL lebih dari 10 µg/dL- tingkat-tingkat yang secara merugikan dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan tingkat laku5 (lihat Gambar 3). Hasil tersebut Sumber : Albalak, R., "Terbuka terhadap Timbal dan Anemia pada anak-anak di Jakarta", Indonesia, Laporan Akhir, 2001. 9 Polusi Udara Partikel Gambar 4. Rata-rata Konsentrasi TSP, Asia (1997) Partikel-partikel halus di udara merupakan suatu ancaman kesehatan yang utama bagi orang Indonesia. Iritasi selaput lendir dan permulaan dari penyakit pernafasan dan penyakit lain merupakan keprihatinan utama yang berkaitan dengan partikel. Partikel yang lebih halus, PM10, dan khususnya PM2.5 yang ultra-halus, adalah yang paling berbahaya. Pada udara yang ambien, partikel biasanya ada dengan sejumlah zat pencemar lain. Banyak studi epidemiologik telah menunjukkan bahwa partikel dan SO2 merupakan risiko Catatan : Melampaui Standar WHO kesehatan yang tinggi6. Sayangnya, partikel yang lebih halus Sumber : Indikator Pembangunan Dunia, Bank Dunia, 1997. baru sekarang mulai dimonitor dan sebagian besar data historis hanya menunjuk kepada Partikel Tertahan Total (TSP). Gambar 5. Rata-rata Konsentrasi TSP Tahunan, Jakarta mempunyai suatu konsentrasi partikel yang relatif Indonesia tinggi dibandingkan sebagian besar kota-kota di Asia (lihat Gambar 4). Selama pertengahan 1990-an, konsentrasi TSP di sebagian besar kota-kota Indonesia meningkat dengan cepat, memuncak pada tahun 1997 (kemungkinan diperburuk oleh kebakaran hutan) dan kemudian jatuh pada tahun 1998 (lihat Gambar 5). Pengukuran PM10 pada tahun 2001 memperlihatkan suatu variasi yang luas sepanjang semua bulan di Indonesia (Gambar 6), dan konsentrasi yang Catatan : Standar TSP adalah 230 µg/m3 (24 jam waktu rata-rata) Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994-98) Bapedal lebih tinggi daripada standar dalam bulan Juni - Septem- 2000. ber. Gambar 6. Konsentrasi PM10 di Jakarta, 2001 Diperkirakan bahwa 35 persen dari emisi partikel dikeluarkan dari pembakaran bahan bakar (termasuk kegiatan memasak rumah tangga), 30 persen dari sumber-sumber transportasi, 15 persen dari proses industri, 12 persen dari sumber-sumber lain (termasuk konstruksi dan debu), dan 8 persen dari pembuangan limbah padat (termasuk tempat pembakaran sampah perkotaan dan pembakaran terbuka)7. Catatan : Standar PM10 adalah 150 µg/m3 (24 jam waktu rata-rata) Sulfur Dioksida Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002. SO2 di-emisi pada saat bahan bakar yang mengandung sul- fur dibakar. SO2 adalah suatu zat iritasi paru-paru yang keras. Gambar 7. Konsentrasi SO2 - Jakarta10 Tingkat sulfur dioksida (SO2) tumbuh dengan cepat (lihat Gambar 7); industri dan pembangkit tenaga listrik adalah sumber-sumber SO2 anthropogenic yang paling penting di Indonesia. Diperkirakan bahwa emisi SO2 yang paling tinggi adalah di pulau Jawa, dengan "hotspot" di Sumatera pada tahun 20008. SO2 atmosfir dapat bergabung dengan uap lembab di udara untuk membentuk "hujan asam" yang mempengaruhi tanaman, hutan, gedung dan kualitas air Catatan : Standar SO2adalah 0,139 ppm (24 jam) permukaan. Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia, Bapedal, 2000. 10 Polusi Udara Nitrogen Dioksida Gambar 8. Konsentrasi NO2 di Jakarta, 2001 Sebab-sebab utama dari polusi NO2 adalah lalu lintas kendaraan bermotor dan industri9. Nitrogen dioksida (NO2) meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, mengganggu paru-paru, menyebabkan oedema, bronchitis dan pneumo- nia, dan dapat juga menyebabkan serangan asma. Di Jakarta , konsentrasi NO2 menjadi lima kali lipat antara tahun 1992 dan 2000 tetapi sebagian besar tetap berada di bawah standar 150 µg/m3 (lihat Gambar 8). Catatan : Standar NO2 adalah 150 µg/m3 (24 jam waktu rata-rata) Peta 4. Emisi CO Anthropogemic (ton), 2000 Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002. Gambar 9. Emisi CO dari Kendaraan Bermotor (ton/tahun) Sumber : Dr. Jung-Hum Woo, CGRER, The University of Iowa, USA. Sumber : Berdasarkan Penilaian Cepat terhadap Polusi Udara, Air, dan Tanah, WHO, No. 62, 198, dan disesuaikan dengan konteks Indonesia oleh Djajadiningrat dan Harsono dalam tahun 1993. Karbon Monoksida Gambar 10. Konsentrasi CO dalam tahun 2001-kota CO dihasilkan terutama oleh karena pembakaran yang tidak pilihan. (mg/m3) lengkap dari bahan bakar kendaraan bermotor. CO mengganggu presepsi dan daya pikir dan memperlambat refleksi. CO menyebabkan kejang yang dapat menyebabkan ketidaksadaran dan kematian. Emisi Karbon Monoksida kendaraan bermotor diperkirakan akan meningkat sebesar setengah juta ton dari 1998 sampai 2000 (lihat Gambar 9). Sekitar 70 persen dari emisi CO diperkirakan berasal dari sepeda motor (8,6 juta ton), 16 persen dari mobil (1,8 juta ton), 9 persen dari truk (1,1 juta ton), dan 4 persen dari bis (0,4 juta ton). Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa konsentrasi CO dalam tahun 2001 untuk Bandung, Semarang dan Catatan : Standar CO adalah 10 mg/m3 (24 jam waktu rata-rata) Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002. Pekanbaru secara signifikan berada diatas standar (10 mg/ m3). Tingkat yang tinggi di Pekanbaru dapat disebabkan oleh kebakaran hutan tahunan. Perkiraan emisi CO baru-baru ini menyatakan bahwa sebagian besar emisi terjadi di pulau Jawa bagian barat dan di Sumatera sekitar Medan (lihat Peta 4). 11 Polusi Udara Hidrokarbon Gambar 11. Emisi Hydrocarbon Rata-rata dari Hidrokarbon yang mudah menguap (VHC), dengan adanya Kendaraan Bermotor , 1998-2000 (ton/tahun) sinar matahari, dapat bereaksi dengan NOx untuk membentuk ozon (suatu zat pencemar kedua). Adalah sulit untuk membuat suatu penyamarataan tentang pengaruh kesehatan dari VHC karena merupakan senyawa khusus. Beberapa VHC secara signifikan adalah beracun, dan sejumlah lainnya telah terbukti atau dicurigai dapat menyebabkan kanker (carcinogen). Misalnya, polyromatic hydrocarbon (PAH) - suatu subset yang rumit dari hydrocarbon - mempunyai pengaruh kesehatan mu- tagenic dan carcinogenic di setiap tingkat11. Walaupun konsentrasi VHC tidak dimonitor di Indonesia, emisi hydrocar- bon dari kendaraan bermotor telah diperkirakan meningkat sebanyak 80.000 ton antara tahun 1998 dan 2000. Sepeda Sumber : Berdasarkan Penilaian Cepat terhadap Polusi Udara, Air, dan Tanah, WHO, No. 62, 198, dan disesuaikan dengan motor menyumbang 71 persen dari emisi VHC, mobil16 persen, konteks Indonesia oleh Djajadiningrat dan Harsono dalam tahun truk 9 persen, dan bis 4 persen (lihat Gambar 11). Konsentrasi 1993. VHC juga tidak dimonitor. Gambar 12. Konsentrasi Ozon dikota-kota pilihan, 2001 (µg/m3) Ozon Tidak ada emisi ozon yang langsung ke atmosfir. Ozon terutama dibentuk secara tidak langsung oleh tindakan sinar matahari terhadap nitrogen dioksida. Sebagai akibat dari berbagai reaksi yang terjadi di atmosfir, maka O3 cenderung tertumpuk sesuai arah angin dari pusat-pusat urban dimana sebagian besar dari Nox di-emisi dari kendaraan bermotor. O3 menyebabkan suatu deretan pengaruh akut, seperti gangguan mata, hidung dan tenggorokan, gangguan dada, batuk dan sakit kepala. Hal ini telah dikaitkan dengan tingkat oksidan setiap jam12 sebesar kira-kira 200 g/m3. Fungsi paru-paru µ terhambat pada anak-anak dan orang dewasa muda setelah Catatan : Standar Ozon adalah 235 µg/m3 (waktu rata-rata setiap terbuka terhadap konsentrasi O3 rata-rata dalam lingkup 160- jam) 300 g/m3. Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002. µ Dalam tahun 2001, konsentrasi O3 rata-rata berada di bawah standar (lihat Gambar 12). Tingkat-tingkat tersebut sangat Gambar 13. Emisi Carbon Dioxide Indonesia dari bervariasi setiap bulan, walaupun tingkat maksimum bulanan Konsumsi dan Menyalanya Bahan Bakar Fosil lebih rendah daripada standar. 1980-1999 (Jutaan metrik ton dari ekivalen carbon) Karbon Diokida Emisi karbon dioksida (CO2) dari konsumsi dan menyalanya bahan bakar fosil (terutama minyak tanah) berjumlah ekivalen dengan 64 juta ton carbon dalam tahun 1999. Ini merupakan suatu peningkatan sebesar 41 juta ton sejak tahun 1980 (lihat Gambar 13). Rata-rata emisi CO2 per kapita dari bahan bakar fosil selama jangka waktu tersebut adalah ekivalen dengan 0,02 metrik ton carbon.13 Hanya ada sedikit data tentang emisi dari bahan pencemar lain yang berasal dari pembakaran Sumber : Administrasi Informasi Energi, US Department of En- bahan bakar fosil, seperti partikel dan senyawa organik volatile ergy, 2002. (mudah menguap) dan semi-volatile. Tidak seperti CO, tidak ada konsekuensi kesehatan setempat langsung dari emisi perubahan iklim karena merupakan suatu gas rumah kaca CO2, namun hal ini adalah signifikan dari sudut pandang yang penting. 12 Polusi Udara KOTAK : Kebakaran Hutan (1997-1998) Gambar 14. Perkiraan Kerusakan Ruang oleh Kebakaran Antara tahun 1985 dan 1987, lebih dari 20 juta hektar hutan Di Indonesia, 1997-1998 (daerah dalam hektar) penutup telah hilang.14 Tingkat penggundulan hutan yang tinggi telah memperburuk keadaan pada tahun 1997 dan 1998 pada saat banyak bagian Indonesia dilanda kekeringan dan kebakaran. Hampir 10 juta hektar telah terbakar (termasuk 3,8 juta hektar tanah pertanian) (lihat Gambar 14), yang membuat sekitar 20 juta orang di seluruh Asia Tenggara rentan terhadap polusi udara. Walaupun suatu musim kering berkepanjangan yang disebabkan oleh kondisi iklim karena Oskilasi Selatan El Nino (ENSO) telah Sumber : "Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Alam memberikan kontribusi kepada penyebaran kebakaran, dalam suatu waktu peralihan" Bank Dunia, 2001. namun kebakaran tersebut terutama disebabkan oleh kegiatan manusia. Secara khusus, perusahaan-perusahaan Gambar 15. Sebab-sebab Kebakaran di Indonesia, 1997- perkebunan dan perusahaan-perusahaan besar telah 1998 membuat banyak kebakaran untuk membersihkan tanah semurah dan secepat mungkin. Hanya satu persen dari kebakaran tersebut diakibatkan oleh sebab-sebab alam (lihat Gambar 15). Pengaruh kesehatan dari kebakaran hutan antara bulan September sampai Nopember 1997 telah dikalkulasi di 8 propinsi (lihat Tabel 2). Sekitar 1,4 juta kasus Infeksi Sumber : "Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Alam Pernafasan Akut (ARI) telah disebabkan oleh kebakaran. dalam suatu waktu peralihan" Bank Dunia, 2001. Jumlah kasus asma, kematian dan bronchitis adalah signifikan. Gambar 16. Ikhtisar Kerugian Ekonomis Rata-rata dari Kebakaran Kerugian ekonomis dari kebakaran-kebakaran tersebut diperkirakan US$ 9-US$ 10 milyar15 dalam biaya kepada para warga dan perusahaan-perusahaan di Indonesia (lihat Gambar 16 untuk perincian). Diperkirakan bahwa jumlah biaya dari kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran- kebakaran tahun 1997 saja, adalah lebih daripada kewajiban legal yang dinilai untuk gabungan insiden tumpahan minyak Exxon Valdez dan bencana kimia Bhopal (India). Namun, banyak biaya kesehatan dan lingkungan Sumber : BAPPENAS, 1999. tidak dapat diukur - seperti jangka waktu yang diperpendek dari orang-orang yang rentan secara medis (dibuat sakit Tabel 2. Pengaruh Kesehatan Dari Bahan Pencemar di 8 sampai akhir hidupnya oleh kebakaran), kematian suatu Propinsi, September - Nopember 1997 persentase besar dari jenis binatang yang terancam punah (misalnya orang utan dan monyet proboscis), dan Pengaruh Kesehatan Jumlah Kasus penghancuran dari hutan dataran rendah utuh yang terakhir Infeksi Pernafasan Akut (Ari) 1.446.120 di Indonesia. Asma 298.125 Pemadaman kebakaran sebagian besar tidak efektif Bronchitis 58.095 disebabkan oleh usaha yang lemah dan tidak terkoordinasi Hambatan Kegiatan Sehari-Hari 4.758.600 oleh Pemerintah Indonesia, ditambah oleh pelatihan yang Kematian 527 tidak cukup, kurangnya dana dan peralatan, air yang tidak Peningkatan Perawatan Rumah Sakit 15.822 cukup, lokasi yang terpencil dari banyak kebakaran, dan Peningkatan Perawatan Berobat Jalan 36.462 kurangnya peta hutan penutup yang akurat, yang diperlukan Hari KerjaYang hilang 2.446.352 untuk menggunakan pesawat udara pembom air secara Catatan : Propinsi yang distudi adalah : Jambi, Sumatera Barat efektif. dan Selatan, Kalimantan Utara, Barat, Selatan, Timur dan Tengah Sumber : WRI, 2002. 13 Polusi Udara KOTAK : Hujan Asam Kerusakan langsung terhadap tanaman disebabkan oleh endapan hujan asam, nitrat dan suflat pada daun-daun Tingkat keasaman hujan telah meningkat di Indonesia, tanaman. Pengaruh lain dari bagian asam termasuk yang dapat mempunyai suatu dampak yang signifikan berkurangnya pH di danau dan sungai di Indonesia. Namun, terhadap lingkungan. Endapan asam di Indonesia dimonitor polusi dari sumber ini tidak signifikan dibandingkan dengan oleh Pusat Pengelolaan Lingkungan16 (EMC), Kementrian polusi yang hebat dari pembuangan kotoran industri dan Lingkungan Hidup, sejak 1998, melalui pengambilan rumah tangga.20 contoh secara terus menerus dari endapan yang basah dan kering.17 EMC juga memonitor sebuah danau air di pedalaman (Danau Situ Patenggang) dua kali setahun sejak 2001. Dalam tahun 1998, Indonesia mulai berpartisipasi dalam program Jaringan Asia Timur untuk Pemantauan Gambar 17. pH dalanm Air Hujan Endapan Asam untuk memperoleh informasi dan bekerja dengan negara-negara Asia Timur lainnya untuk mengurangi dampak yang merugikan dari endapan asam. Tingkat pH rata-rata dalam curah hujan untuk tahun 1998 adalah 4,8 untuk 10 kota di Indonesia, yang menyatakan suatu peningkatan keasaman dari tingkat-tingkat tahun 1996 sebesar 5,5 (lihat gambar 17). Hujan yang mempunyai pH lebih rendah dari 5,6 dianggap "hujan asam".18 Walaupun seluruh 10 kota mempunyai tingkat pH lebih rendah dari 5,5, tingkat yang paling asam ditemukan di DKI Jakarta, Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994 ­ 98) Bapedal diikuti secara ketat oleh Surabaya dan Bandung. 2000. Hujan asam merupakan hasil dari ion nitrat dan sulfat yang Gambar 18. Konsentrasi dalam NO3 dalam Air Hujan membentuk asam sulfur dan asam nitrat dalam air hujan. (mg/L) Sumber dari nitrat dan sulfat adalah emisi bahan pencemar udara. Konsentrasi Nitrat (NO3) dalam air hujan antara tahun 1996 dan 1998 adalah tertinggi di Bandung (3,0 mg/L), DKI Jakarta (2,3 mg/L), dan Surabaya (1,2 mg/L) (lihat Gambar 18). Konsentrasi rata-rata sulfat (SO4) dalam air hujan selama periode tersebut adalah juga tertinggi di Bandung (3,5 mg/ L). Satu alasan untuk tingkat polusi yang tinggi di Bandung adalah lokasinya pada suatu dataran tinggi yang dikelilingi bukit-buki. Jakarta dan Surabaya mengalami konsentrasi yang sama selama periode tersebut (lihat Gambar 19) - dengan rata-rata sekitar 3,8 mg/L konsentrasi sulfat dalam Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994-98) Bapedal air hujan. 2000. Gambar 19. Konsentrasi dalam SO4 dalam Air Hujan Hujan asam menyebabkan tanah menjadi asam sampai (mg/L) tercapai suatu tingkat yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Kira-kira 10 persen (13.200 km2) dari tanah di pulau Jawa (terutama terdapat di selatan Jakarta) dianggap sangat rentan terhadap keasaman, dan kira-kira 46 persen (60.800 km2) dianggap cukup mudah terkena keasaman tanah.19 Tanah-tanah tersebut tidak mempunyai suatu karbonat permanen tinggi yang bertindak sebagai penyangga untuk pengasaman. Sebagian besar dari tanah yang sensitif dan cukup sensitif terdapat di bagian barat pulau tersebut; sayangnya, ini juga merupakan daerah dengan konsentrasi tertinggi bahan pencemar udara. Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994-98) Bapedal 2000. 14 Polusi Udara Pengaruh Kesehatan Dan Polusi Udara Terhadap Gambar 20. Gejala Pernafasan di Asia Penduduk Indonesia (Jutaan kasus) Garis besar status kesehatan di Indonesia sedang membaik, namun polusi udara telah semakin menjadi suatu bahaya terhadap kesehatan.21 Sebagaimana diperlihatkan di dalam Gambar 20 dan 21, kematian dan ketidaksehatan yang terkait dengan polusi udara di Jakarta cukup tinggi sehubungan dengan kota-kota lain di Asia. Bagi orang Indonesia secara keseluruhan, peradangan saluran pernafasan adalah sebab utama keenam dari kematian (setelah kecelakaan, diare, penyakit jantung dan urat darah, tuberculosis dan campak), yang merupakan 6,2 Sumber : Hughes, G., "Dapatkah Lingkungan Menunggu ? Isu Prioritas persen dari semua kematian. Di Jakarta peradangan untuk Asia Timur", Bank Dunia, 1997. pernafasan merupakan 12.6 persen dari semua kematian, lebih dari dua kali lipat angka untuk seluruh Indonesia (lihat Gambar 21. Kematian Prematur dan Bronchitis Kronis di Tabel 3). Terbuka terhadap polusi udara yang tinggi di luar Asia (Jutaan kasus) dan di dalam rumah, ditambah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan akses perawatan kesehatan yang terbatas bagi yang sangat miskin, dapat menjadi alasan bagi angka- angka yang lebih tinggi di kota. Untuk keseluruhan penduduk, kondisi saluran pernafasan atas adalah sebab utama dari ketidaksehatan, yang menjadi alasan bagi 45 persen dari semua kasus ketidaksehatan yang dilaporkan. Data dari sensus Indonesia tahun 1990 menunjukkan bahwa di antara anak-anak balita yang tinggal Sumber : Hughes, G., "Dapatkah Lingkungan Menunggu? Isu Prioritas di Jakarta, 11 persen mengalami batuk atau nafas pendek untuk Asia Timur", Bank Dunia, 1997. selama dua minggu sebelum periode survey sensus. Angka yang lazim dari asma pada anak-anak adalah tertinggi di Jakarta dan Bogor dan kurang dari itu di Yogyakarta dan Gambar 22. Persentase Penduduk dengan Masalah Bali. Sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 22, angka Kesehatan yang terkait dengan Polusi udara di Indonesia untuk batuk dan sulit bernafas secara tetap telah meningkat. Sumber : BPS ­ statistik Indonesia 1998 ­ 2000, survei Sosial Ekonomi Nasional Catatan : Angka-angka tersebut mencakup suatu contoh satu - bulan (dalam setiap tahun) dari keluarga-keluarga di berbagai propinsi di Indonesia. Jawaban terhadap pertanyaan adalah terbatas untuk pengertian para peserta 15 Polusi Udara Penyakit yang berkaitan dengan polusi udara telah mencapai proporsi epidemis di banyak desa di Indonesia. ada kira-kira 5600 desa di 26 propinsi yang telah melaporkan terjadinya epidemi pernafasan dalam tahun 1999.22 Hubungan sebab akibat memerlukan studi lanjutan, karena pengaruh kesehatan merupakan suatu interaksi yang rumit antara dosis, respon dan transmisi penyakit dari kerentanan terhadap bahan pencemar. Dalam hal ini , epidemi tersebut dapat juga merupakan akibat dari polusi udara di dalam rumah, polusi dari kebakaran hutan atau disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang buruk atau pengamanan yang buruk terhadap transmisi penyakit. Badan pencemar udara utama tidak perlu bervariasi secara konsisten dengan berjalannya waktu. Tingkat-tingkat SPM dalam tahun 2000 adalah 6 persen lebih rendah dari tingkat-tingkat dalam tahun 1990, yang dapat berasal dari kegiatan konstruksi yang lebih sedikit dalam tahun 2000 (disebabkan oleh krisis ekonomi) daripada dalam tahun 1990. Jadi, ada lebih sedikit pengaruh kesehatan dalam tahun 2000 dari SPM daripada dalam tahun 1990. Sebaliknya, tingkat-tingkat NOx lebih tinggi kira- kira 80 persen dalam tahun 2000, disebabkan oleh suatu kombinasi dari jumlah kendaraan bermotor yang meningkat dan pemeliharaan yang buruk (yang tersebut belakangan mungkin disebabkan oleh krisis ekonomi). Tabel 3. Dampak Polousi Udara terhadap kesehatan (Jakarta) Kondisi Kesehatan Jumlah Kasus SPM Timbal NO2 1990 2000 1990 2000 1990 2000 Kematian Prematur 1.160 1.067 346 622 Gejala Permafasan (jutaan) 31,6 29,1 1,98 3,56 Penyakit Pernafasan Rendah 104.121 95.792 SeranganAsma 464.148 427.017 Bronchitis Kronis 10.562 9.717 Darah Tinggi 211.323 380.382 Serangan Jantung Tidak Fatal 283 509 IQ Decrement* 2.221.303 3.998.345 Adm. Pengunjung Sakit Pernafasan 2.071 1.905 Kunjungan Ruang Darat 40.625 37.375 Kegiatan Terbatas, Hari 6.380.639 5.870.188 *Angka Nilai Sumber : IVERS (Strategi Pengurangan Emisi Kendaraan Terpadu). Tabel 4. Nilai Ekonomis untuk Tiap Kasus Kesehatan yang Berkaitan dengan Polusi Udara Bahan Pencemar Pengaruh Kesehatan Perkiraan untuk 2001 dalam rupiah ** PM10 Kematian Prematur (jutaan) 92 Hari Kegiatan Terbatas 17.050 Masuk Rumah Sakit 823.050 Kunjungan Ruang Darurat 135.170 Serangan Asma 24.650 Penyakit Pernafasan Rendah Pada Anak-anak 11.900 Gejala Pernafasan 11.900 Bronchitis Kronis 57.266 NO2 Gejala Pernafasan 11.900 SO2 Kematian Prematur 92.157.163 Penyakit Pernafasan Rendah pada Anak-anak 11.900 Ketidaknyamanan Dada pada Orang Dewasa 11.900 **Nilai Tukar 2001 Sumber : Bank Pembangunan Asia, 2002. 16 Polusi Udara Penilaian Biaya Kesehatan yang Berkaitan Dengan Polusi Gambar 23. Perkiraan Biaya Ketidaksehatan Udara di Jakarta disebabkan oleh Polusi PM10 di Jakarta Diperkirakan bahwa polusi udara membebani biaya sebesar paling sedikit US$ 400 juta pada ekonomi Indonesia setiap tahun.23 Biaya yang disebabkan oleh kematian prematur dan ketidaksehatan telah dinilai untuk PM10 dan SO2 dalam suatu studi Bank Pembangunan Asia (ADB) baru-baru ini. Untuk tahun 2001, biaya dari pengaruh terhadap kesehatan dari bahan-bahan pencemar tersebut diperkirakan sebesar Rp. 3,5 trilyun hanya untuk hal-hal kecil yang menjadi penyebab ketidaksehatan. Partikel halus diperkirakan menyebabkan sebagian besar dari biaya tersebut. Jumlah biaya kesehatan yang diperkirakan untuk PM10 dalam tahun 1998 adalah Rp. 1 trilyun. Proyeksi memperlihatkan bahwa kecuali kondisi berubah sampai pada tahun 2015, bangsa Indonesia akan Sumber : Bank Pembangunan Asia, 2002. mengalami Rp. 3,4 trilyun untuk biaya kesehatan yang berkaitan dengan polusi udara (lihat Tabel 4). Gambar 24. Keuntungan Kesehatan Dari Kualitas Air yang lebih baik sebagai suatu Bagian dari Penghasilan Biaya perawatan kesehatan untuk morbidity (keadaan tidak Perkotaan (persen) sehat) telah diperkirakan untuk polusi PM10 dengan menjumlahkan biaya-biaya dari hari kegiatan terbatas (RAD), perawatan rumah sakit, kunjungan ruang darurat, serangan asma, penyakit pernafasan rendah pada anak-anak, gejala pernafasan dan bronchitis kronis, yang diakibatkan oleh PM10 (lihat Gambar 23). Biaya dari kematian prematur yang disebabkan oleh polusi udara di Indonesia dalam tahun 1998 diperkirakan lebih dari Rp. 300 milyar (lihat Tabel 4).24 Adalah penting untuk mencatat bahwa metodologi-metodologi yang berbeda dapat Sumber : "Dapatkah Lingkungan Menunggu? Isu Prioritas untuk Asia menghasilkan jumlah-jumlah yang sangat berbeda dalam Timur", Bank Dunia, 1997. memperkirakan biaya perawatan kesehatan, namun cenderung untuk menyetujui bahwa biaya dari polusi udara (khususnya untuk partikel halus) sangat besar. Kematian dan ketidaksehatan yang terkait dengan polusi udara diharapkan akan meningkat tajam dibawah skenario bisnis - sebagaimana - biasa di masa depan. Keuntungan kesehatan potensial dari kualitas udara yang lebih baik, yang diperkirakan sebagai suatu bagian dari penghasilan perkotaan di beberapa kota Asia, dilukiskan dalam Gambar 24. Perkiraan untuk Jakarta adalah 12 persen. Hal ini didasarkan atas perkiraan konvensional terhadap kesediaan orang untuk membayar agar mengurangi resiko dari kematian prematur atau penyakit dan memperkirakan bahwa rata-rata penghasilan perkotaan adalah sama dengan Produk Nasional Kotor (GNP) per kapita.25 17 Polusi Udara Tanggapan Kelembagaan lpenyediaan informasi tentang status kualitas udara kepada Usaha untuk mengelola kualitas udara telah dihambat oleh masyarakat; kapasitas pelaksanaan yang lemah. Sebagai tambahan, lpelaksanaan dari Indeks Standar Bahan Pencemar (PSI); dasar pengetahuan untuk secara efektif mengelola bahan- lpemantauan isu-isu kualitas udara lintas batas; bahan pencemar tersebut adalah buruk - hanya ada sedikit lpemantauan emisi dari bencana kebakaran hutan, gunung tentang inventaris emisi yang terperinci atau karakterisasi berapi, dsb. sumber, penyebaran atau pembuatan model ekonomi, dan Kapasitas terbatas untuk pemeliharaan jangka panjang dan kapasitas pemantauan pemerintah adalah terbatas. Secara kalibrasi dari peralatan kualitas udara, yang sangat mahal keseluruhan, pengawasan polusi udara tidak menerima dan memerlukan staf teknis yang cukup, merupakan suatu perhatian dan pendanaan Pemerintah Indonesia dimanapun keterbatasan utama untuk prakarsa tersebut. Juga, hanya didekat tingkat yang dituntut oleh konsekuensi kesehatan kualitas udara ambien rata-rata yang akan diukur. Kualitas yang sangat besar dan didokumentasi dengan baik. udara di dekat tepi jalan atau di daerah industri, dimana orang tinggal dan bekerja, tidak akan diukur. Pemantauan Pada awal tahun 1990-an, UNEP (Program Lingkungan PBB) Partisipasi Masyarakat dan Pengungkapan telah menggolongkan Jakarta sebagai megakota ketiga yang Sifat dari partisipasi masyarakat di Indonesia adalah paling tercemar di dunia setelah Mexico City dan Bangkok. sebagian besar pasif, dimana pihak yang berwenang Pemerintah Indonesia yang bertanggung jawab membantah memberikan informasi kepada masyarakat umum. Di dalam bahwa dalam hal Jakarta - tidak seperti beberapa kota lain - program Jaringan Pemantauan Ambien Nasional, ada stasiun-stasiun pemantauan terletak di sisi tepi jalan. Untuk tigapuluh layar peragaan data yang memperlihatkan nilai- menghindari tekanan buruk selanjutnya, stasiun-stasiun yang nilai Indeks Standar Bahan Pencemar (PSI) untuk masyarakat. bersangkutan segera dipindahkan ke daerah-daerah yang Namun, untuk alasan yang sama sekali tidak jelas, informasi kurang terkena polusi.26 pemantauan aktual untuk bahan pencemar individu tidak Namun, isu polusi udara tidak terlepas dari pikiran tersedia bagi masyarakat. Jadi, indeks tersebut memiliki Pemerintah Indonesia dan, untuk pertama kali, dalam tahun kegunaan yang terbatas bagi perorangan dan dinas-dinas 1999, pemerintah Indonesia membentuk suatu jaringan yang yang berminat untuk membuat penilaian dan penyelidikan luas dari stasiun pemantauan kualitas udara ambien di 10 tentang rata-rata jangka pendek dan jangka panjang dari kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, konsentrasi bahan pencemar khusus. Walaupun demikian, Medan, Pekanbaru, Palangkaraya, Jambi dan Pontianak) ini merupakan suatu langkah positif untuk memberitahu dengan pendanaan dari Pemerintah Austria. Seleksi lokasi masyarakat tentang kualitas udara. Sebelum tahun 2000, tidak untuk stasiun pemantauan dilakukan dengan ada media cetak maupun elektronik yang mempublikasi data mempertimbangkan kriteria internasional. Jaringan stasiun kualitas udara yang dipantau. pemantauan, yang terdiri atas 33 stasiun tidak bergerak dan 9 stasiun bergerak, memantau konsentrasi dari SO2, PM10, Program Langit Biru CO, O3 dan NO2. Sebagai tambahan, jaringan stasiun Kementrian Lingkungan Hidup telah meluncurkan "Program meteorologi mengukur informasi seperti arah dan kecepatan Langit Biru" pada tahun 1991 untuk menjelaskan masalah- angin, kelembaban, radiasi solar, dan temperatur. Di pusat masalah polusi udara. Untuk sumber tak bergerak, program Daerah di 8 dari kota-kota tersebut, data pemantauan udara tersebut memberikan prioritas kepada pabrik pembangkit dikumpulkan ke dalam suatu Indeks Standar Bahan listrik, industri semen, kertas dan pulp, dan baja. Pencemar (PSI). Ini merupakan suatu angka tunggal untuk memudahkan masyarakat umum mengerti. Indeks PSI dibuat Program Udara Bersih di Amerika Serikat dan telah dipakai oleh beberapa negara Program Udara Bersih (CAP), yang diumumkan dalam tahun Asia lain seperti Singapura dan Malaysia. 1991, adalah suatu usaha oleh Kota Jakarta untuk Tujuan dari jaringan tersebut termasuk : meningkatkan kesadaran masyarakat tentang polusi udara. Dibawah CAP, telah dilakukan uji emisi di jalan-jalan dan lpenyediaan data kualitas udara yang baik; tempat-tempat parkir di Jakarta oleh Badan Pengelolaan 18 Polusi Udara Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) bekerjasama dengan Kepolisian Daerah (POLDA), antara tahun 1998-2000.27 Parameter seperti HC, CO dan Opacity telah diuji. Sebagai tambahan, proyek "Minggu Pengurangan Emisi" (PUTE) telah dilakukan di Jakarta dibawah CAP, dimana uji emisi cuma-cuma telah dilakukan terhadap kendaraan bermotor. Mobil-mobil yang tidak memenuhi standar emisi kemudian diservis. Emisi kemudian diuji setelah melakukan servis untuk memastikan bahwa pada akhirnya mereka memenuhi standar. Hasil dari PUTE memperlihatkan bahwa untuk sebagian besar mobil, emisi HC dan CO turun sampai pada tingkat-tingkat yang dapat diterima begitu selesai melakukan servis dan meningkat kembali dalam beberapa bulan, bilamana kendaraan-kendaraan tersebut tidak dirawat secara teratur.28 Perundang-undangan Polusi Udara Perundang-undangan Isu dan Kegiatan Yang Diatur Undang-undang No. 14 (1992) tentang Lalu Lintas dan Menyatakan bahwa semua kendaraan bermotor harus menjalani uji sehubungan Transportasi Darat dengan emisi dan keributan, dan menguraikan peranan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian Transportasi/Komunikasi Undang-undang No. 23 (1997) tentang Pengelolaan Lingkungan Memberikan mandat kepada Kementrian Lingkungan Hidup untuk mengatur semua aspek pengawasan polusi termasuk polusi udara. Peraturan Pemerintah No. 44 (1993) tentang kendaraan dan Peraturan ini menguraikan tentang persyaratan teknis untuk kendaraan, layak jalan operator kendaraan dan peraturan mengemudi. Pasal 127 menetapkan bahwa layak jalan dari sebuah kendaraan termasuk mematuhi batas emisi dan batas keributan sebagaimana diatur oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Pelaksanaan dan supervisi dari layak jalan kendaraan (termasuk uji emisi) dilakukan oleh Kementrian Transportasi/Komunikasi. Peraturan Pemerintah No. 41 (1999) tentang Pengawasan Polusi Peraturan ini mencakup pengawasan polusi udara yang berasal dari sumber-sumber Udara yang tidak bergerak dan bergerak. Juga mencakup pengawasan bau dan keributan. Peraturan ini memberikan perincian tentang mandat kepada Kementrian Lingkungan Hidup untuk membuat standar dan praktek yang dapat diterima dalam usaha pengawasan polusi udara . Keputusan Menteri Transportasi/ Komunikasi No. KM-8-1989 Keputusan ini membatasi emisi CO dan HC dari kendaraan bertenaga bensin tentang Standar Emisi Kendaraan dalam Konteks Layak Jalan sehubungan dengan layak jalan sesuai dengan batas-batas yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-35/MEN/LH/10/ Keputusan ini membatasi emisi CO dan HC dari kendaraan bermotor. 1993 tentang Batas Emisi untuk Limbah Gas dari Kendaraan Bermotor. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENLH/3/ Keputusan ini mengatur dan membuat standar dan batas untuk emisi dari sumber- 1995 tentang Standar Emisi untuk Sumber-sumber Tidak Bergerak sumber tidak bergerak. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-15/MENLH/11/ Keputusan ini membuat suatu program pengawasan polusi udara di seluruh negara 1996 tentang Program Langit Biru dengan sasaran daerah tingkat II (Kabupaten kotamadya). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-45/MENLH/10/ Keputusan ini menetapkan indeks standar polusi udara untuk seluruh negara. 1997 tentang Indeks Standar Polusi Udara Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-205/BAPEDAL/07/1996 Pedoman teknis ini dikeluarkan sehubungan dengan Keputusan Menteri Lingkungan tentang Pedoman Teknis untuk Pengawasan Polusi Udara dari Hidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Standar Emisi untuk Sumber Tidak Sumber Tidak Bergerak. Bergerak. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 Pedoman Teknis ini dikeluarkan sehubungan dengan Keputusan Menteri Lingkungan tentang Pedoman Teknis untuk Perhitungan, Pelaporan dan Hidup No. Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Polusi Udara. Penyebaran Informasi dari Indeks Standar Polusi Udara. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Minral No. 1585/K/32/ Menetapkan tanggal penghapusan timbal dalam bensin, yaitu 1 Januari 2003. MPE (1999) tentang kriteria untuk Pemasaran Bensin dan Diesel di Indonesia Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 95 (2000) tentang Mewajibkan semua kendaraan agar memenuhi Standar Kualitas Emisi. Menjelaskan Pengetatan Standar Kualitas Emisi dari Sumber Bergerak. bahwa inspeksi akan diikuti oleh pemeliharaan dengan menggunakan suatu sistem I & M desentralisasi. Melibatkan sektor swasta dengan pemerintah daerah sebagai fasilitator. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1041 (2000) tentang Menetapkan standar emisi. Berdasarkan sukarela. Dikeluarkan oleh pemerintah Standar Emisi Kendaraan Bermotor untuk DKI Jakarta daerah/kota. 19 Polusi Air Indonesia menerima curah hujan yang melimpah dan memiliki kira-kira 6 persen dari sumber air segar di dunia. Hal ini ekivalen dengan kira-kira 2.530 km3 sumber air yang dapat diperbaharui setiap tahun (lihat Tabel 5), walaupun distribusinya sangat berbeda diantara berbagai pulau. Di pulau Jawa, dimana berdiam sekitar 60 persen dari jumlah penduduk, ketersediaan air rata-rata per tahun adalah sekitar 1.750 m3 per kapita, dan didistribusi tidak sama rata baik secara geografis maupun secara musim.29 Sumber air tanah terbatas dan digunakan untuk tujuan rumah tangga, kotamadya dan industri. Tabel 5. Sumber Air yang dapat Diperbaharui Jumlah sumber air yang dapat diperbaharui per kaptia Dalam Suatu Konteks Global (termasuk aliran sungai dan aliran air tanah dan curah hujan Jumlah Sumber 1999 di negara tersebut) adalah 13.709 m3 dalam tahun 1999.30 Ini (km3) (m3/orang) lebih tinggi dari rata-rata dunia, tetapi lebih rendah daripada Dunia 4.022,00 8.240 beberapa negara Asia Timur lain - seperti Kamboja dan Lao Asia Timur 13.206,74 3.680* PDR. Indonesia 2.530,00 13.709 Lao PDR 270,00 55.251 Kualitas air Indonesia semakin memburuk. Penyediaan air Muangthai 110,00 1.845 Kamboja 88,10 40.505 yang aman adalah terbatas di Indonesia, dan akses ke air Kepulauan Solomon 44,70 107.194* bersih akan berkurang karena tingkat-tingkat polusi yang Fiji 28,55 34.732 * meningkat - yang menjurus kepada kerusakan ekologis dan Sumber : Database dari Indikator Pembangunan Dunia estetis maupun peningkatan masalah kesehatan yang * Angka ­ angka 1998 berkaitan dengan air. Sumber Polusi Air Pembuangan kotoran rumah tangga, pembuangan industri, pengaliran pertanian dan kesalahan dalam pengelolaan limbah padat, mencemarkan air permukaan dan air tanah di Indonesia. Sebagai tambahan, penyimpanan yang tidak sesuai dan penggunaan bahan kimia pertanian (termasuk pupuk dan pestisida) semakin memperburuk masalah tersebut. Lingkup sampai sejauh mana limbah berbahaya mempengaruhi kualitas air, tidak secukupnya diinvestigasi. Polusi Industri Pembangunan Indonesia telah dipimpin oleh pertumbuhan hasil manufaktur yang cepat. Namun, banyak dari perluasan industri telah berlangsung tanpa mengindahkan lingkungan dan telah menjurus kepada degradasi lingkungan yang serius, khususnya di pulau Jawa, dimana berlokasi lebih dari 75 persen industri.31 20 Polusi Air Limbah Rumah Tangga Gambar 25. Bagian Industri dan Emisi BOD, 1998 Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat penutupan penyaluran limbah dan sanitasi yang terendah di Asia, yang menyebabkan kontaminasi air permukaan dan air tanah yang tersebar luas.32 Akibatnya, Indonesia telah berulang kali mengalami wabah infeksi lambung secara lokal dan mempunyai insiden penyakit tipus yang tertinggi di Asia.33 Kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh isu ini, secara konservatif diperkirakan US$ 4,7 milyar per tahun, atau 2 persen dari GDP, yang secara kasar sama dengan Sumber : Indikator Pembangunan Dunia 2001, Bank Dunia. US$ 12 per rumah tangga per bulan.34 Sampai kira-kira tahun 1998, sistem pembuangan limbah telah diberikan prioritas yang sangat rendah dalam perencanaan pembangunan Akses ke Air dan Sanitasi ekonomi di Indonesia, dan Repelita berikutnya telah Banyak studi epidemiologis telah memperlihatkan bahwa mengeluarkannya dari pendanaan yang berasal dari perbaikan dalam pasokan air dan sanitasi telah mengurangi anggaran pembangunan nasional. insiden penyakit yang disebabkan oleh air. Dalam tahun Walaupun data yang dapat diandalkan tentang sanitasi 1994, air pipa telah diberikan melalui 2.850.000 sambungan adalah terbatas, hanya setengah dari jumlah penduduk rumah dan melayani kira-kira 20 juta orang (29 persen) dari dianggap mempunyai sanitasi di tempat (disebut sebagai jumlah penduduk perkotaan, dan melalui 36.500 pipa tegak kakus pribadi)35 dengan tangki limbah berkonstruksi buruk yang melayani suatu tambahan 4,5 juta orang. Secara untuk mengumpulkan limbah manusia (lihat Tabel 6 untuk keseluruhan, hanya kira-kira 25 juta orang (36 persen) dari perbandingan internasional). Sisa jumlah penduduk, yang jumlah penduduk perkotaan memiliki akses ke sistem air pipa termasuk sebagian besar kaum miskin perkotaan, umum.39 mengandalkan fasilitas umum dan aliran air, dan rentan terhadap risiko kesehatan (lihat Kotak : Pembuangan Limbah Walaupun jumlah penduduk perkotaan dengan akses ke air di Indonesia).36 pipa meningkat dengan hampir 40 persen antara tahun 1989 Polusi industri dari industri besar di pulau Jawa merupakan dan 1994 (lihat Gambar 26), jumlah dari penduduk yang 25 sampai 50 persen dari jumlah keseluruhan beban polusi37 tidak mendapat pelayanan air pipa juga meningkat sebesar berkenaan dengan Biological Oxygen Demand (BOD).38 hampir 25 persen. Diperkirakan bahwa pada akhir tahun Lebih dari separuh pengaliran BOD yang dibuat oleh industri 1994, 43 juta orang tidak memiliki akses ke air pipa, dari adalah di sektor makanan dan minuman (lihat Gambar 25). jumlah mana 30 juta orang berada di pulau Jawa saja. Sektor-sektor pulp dan kertas, makanan dan minuman, bahan kimia dan tekstil bersama-sama menyebabkan lebih dari 90 persen pengaliran BOD. Adanya pengaliran industri yang Gambar 26. Penduduk Perkotaan dengan Akses ke Air khusus, seperti phenol, detergen dan nitrate telah diamati Pipa secara dangkal di daerah Jabotabek. Tabel 6. Perbandingan Air Perkotaan dan Pelayanan Sanitasi Negara GNP/kapita Cakupan Air Pembuangan US$ 1997 Perkotaan Kotoran (%) Perkotaan (%) Bolivia 950 74 41 Bulgaria 1.140 98 18 Cina 860 95 65 Indonesia 1.110 36 1 Filipina 1.220 60 4 Sumber : Laporan Lingkungan Indonesia, Bank Dunia, 1994. Sumber : Seminar Internasional Pembaruan Sektor Air Perkotaan dan Sanitasi dalam Konteks Otonomi Daerah; Jakarta, Indonesia; 21-23 Mei, 2001. 21 Polusi Air KOTAK : Pembuangan Limbah di Indonesia Walaupun sanitasi di tempat adalah lazim di Indonesia, terdapat sistem pembuangan limbah yang terbatas di kira-kira tujuh kota di Indonesia. Sistem tersebut melayani kira-kira 2 sampai 30 persen penduduk di daerah-daerah tersebut. Jaringan pembuangan modern yang pertama di Indonesia dibangun oleh Belanda selama paruh pertama abad ke-20 di beberapa kota termasuk Bandung, Cirebon, Surakarta dan Yogyakarta (lihat Gambar 27). Selama dua dekade terakhir, Pemerintah Indonesia sedikit memperluas sistem tersebut dan membangun sistem pembuangan limbah yang terpisah-pisah dikota-kota lain, seperti Jakarta, Medan dan Tangerang. Walaupun ada pembangunan tersebut, mayoritas orang Indonesia tetap mengandalkan sanitasi di tempat daripada suatu jaringan pembuangan untuk membuang limbah manusia. Gambar dibawah memperlihatkan besarnya investasi pembuangan limbah di setiap kota selama dua dekade yang lalu. Gambar 27. Biaya Investasi Kota Jumlah Penduduk Yang Daerah Yang Sambungan Dilayani (%) Dilayani (%) (000) Bandung 90,0 20 17 Cirebon 18,8 32 9,7 Jakarta 2,3 2,8 Diabaikan Medan 7,4 2,3 1,9 Surakarta * 8,0 13 26 Tangerang 9,8 4 Diabaikan Yogyakarta 10,1 10 6 * Catatan : Sedang diselesaikan Investasi di setiap kota cukup kecil, bahkan di kota-kota yang besar seperti Jakarta dan Bandung. Sistem konstruksi, pada umumnya, adalah operasi percobaan yang mencakup sebagian kecil dari setiap kota, sering di pusat kota dan/atau daerah- daerah komersil. Pemeliharaan sistem pembuangan limbah adalah terbatas dan/atau diabaikan pada sebagian besar fasilitas. Dengan pengecualian Bandung dan Medan, dimana lubang got, pipa dan pompa dibersihkan secara teratur, pipa-pipa sering tersumbat dan penuh dengan sampah, lumpur dan pelumas, dan beberapa penutup lubang got telah hilang dan/atau tertutup oleh permukaan jalan yang baru. Kurangnya biaya perbaikan yang cukup serta insentif yang tidak cukup bagi staf ahli agar tetap dipekerjakan di bagian-bagian pembuangan limbah merupakan sebab-sebab dari pemeliharaan dan operasi yang buruk. Sumber : Indonesia : Tinjauan tentang Pengalaman Sanitasi dan Pembuangan Limbah , dan Pilihan Kebijakan; EASUR, Bank Dunia, 2002. Air dari sebagian besar PDAM yang otonomi, dianggap Statistik Kementrian Kesehatan menyatakan insiden diare dan berada dibawah kualitas, dapat diminum oleh para pemakai. kematian yang disebabkan diare sebagai masalah kesehatan Persepsi konsumen tentang kualitas yang rendah dan air berkaitan dengan air yang paling umum, yang tetap tidak pipa telah menciptakan suatu ledakan di pasar air botol, yang berubah selama tahun 1992-1997 dengan sekitar 20 - 24 diperkirakan tumbuh dengan 20 persen setiap tahun.40 kasus diare per seribu orang, dan 0,25 - 0,30 kasus kematian Namun, ada beberapa statistik komprehensif tentang kualitas per seribu penyakit. Secara keseluruhan, kira-kira 3.5 juta kimia dari air pipa atau botol. Juga ada hanya sedikit informasi kasus diare telah dilaporkan dalam tahun 1995, dan 1.100 tentang pelanggaran terhadap standar kualitas air Indone- kematian diakibatkan oleh hal tersebut. Terdapat wabah sia oleh PDAM. Juga tidak ada data yang terpisah tentang infeksi lambung yang berulang kali terjadi di Indonesia, dan statistik kesehatan yang terkait dengan polusi air, yang insiden tipus adalah salah satu yang tertinggi di Asia.42 tersedia bagi sektor pedesaan dan sektor perkotaan.41 22 Polusi Air Kotak: Perlakuan Terhadap Lingkungan dari Pabrik Manufaktur di Semarang Dalam tahun 1998, Bank Dunia melakukan suatu survei untuk mengidentifikasi lingkup perlakuan terhadap lingkungan dari tingkatan pabrik dan mengukur luasnya kerentanan mereka terhadap tekanan-tekanan peraturan, masyarakat dan pasar, serta menilai dampak masing-masing terhadap perlakuan pabrik terhadap lingkungan. Suatu data set lengkap telah dikumpulkan untuk 94 pabrik di Semarang. Dari pabrik-pabrik tersebut, 25 adalah pabrik kimia, 23 pabrik tekstil, 23 pabrik makanan dan minuman, dan 23 adalah industri lain. Rata-rata pabrik di dalam contoh tersebut mempekerjakan 320 orang, berumur 16,5 tahun, dan mempunyai penjualan tahunan sebesar Rp. 146 juta. Tigapuluh tiga persen dari pabrik-pabrik tersebut menyatakan bahwa mereka telah membuat pengeluaran untuk pengawasan polusi antara tahun 1991 dan 1996, dan pengeluaran tahunan untuk polusi adalah rata-rata Rp. 12,1 juta. Jumlah 33 persen yang lain menyatakan bahwa mereka memantau emisi mereka, 15 persen menyatakan bahwa mereka melaporkan hasil pemantauan kepada BAPEDALDA setempat, sementara 18 persen melaporkan bahwa paling tidak mereka mempunyai suatu sistem pengelolaan lingkungan tingkat pabrik yang baru dibentuk. Keseluruhan kerentanan pabrik- pabrik tersebut terhadap tekanan peraturan, masyarakat dan publik adalah cukup tinggi : 84 persen dari pabrik-pabrik tersebut dikenakan pemantauan pemerintah dan/atau peringatan dari pemerintah; 69 persen dari pabrik-pabrik tersebut rentan terhadap tekanan masyarakat; dan secara signifikan beberapa perusahaan (17 persen) rentan terhadap tekanan dari para pembeli. Penemuan dari survei tersebut menunjukkan bahwa pabrik-pabrik di Semarang memberikan tanggapan terhadap tekanan- tekanan peraturan, masyarakat dan pasar, dan sampai suatu tingkat mereka melakukan investasi untuk pengurangan polusi. Namun, penemuan dari studi yang sama juga menunjukkan bahwa pengurangan polusi yang signifikan tidak terjadi di Semarang. Sumber : Aden, Jean, dan M. Rock, "Apa Yang Mendorong Perlakuan Terhadap Lingkungan dari Pabrik-pabrik Manufaktur di Semarang? Implikasi untuk para Pembuat Kebijakan", EASES, Bank Dunia, April, 1998. 23 Polusi Air Air Permukaan krisis keuangan telah memperburuk polusi daripada Lembah Sungai Jratunseluna disebabkan oleh pelaksanaan yang lemah pada saat itu - yang Ini adalah lembah sungai yang terbesar di bagian timurlaut mengalihkan polusi dari penurunan ekonomi).47 pulau Jawa. Ia terdiri atas sungai Serang, Lusi dan Juana. Bodri dan Tuntang. Sebagai akibat dari pembangunan industri Gambar 28. Tingkat DO di Lembah Sungai Brantas dan komersial, kegiatan pertanian dan kepadatan penduduk, 1990 - 1997 maka kualitas air sungai Serang dan Bidri telah memburuk selama sepuluh tahun terakhir, dengan peningkatan tingkat nitrogen, fosfor dan pestisida. Beban rumah tangga merupakan kira-kira 35 persen dari total beban BOD kotor di dalam lembah yaitu sebesar 150 ribu ton per tahun, dan kegiatan rumah tangga (23 persen), industri (18 persen), komersil dan pertanian (15 persen) melengkapi sisanya.43 Lembah Sungai Brantas Lembah Sungai Brantas adalah lembah sungai kedua terbesar di Jawa Timur dan mengairi suatu daerah sebesar kira-kira 11.800 km2. Sungai Brantas mengalir kira-kira 320 km sebelum Sumber : Sakti, Laporan Akhir : Desain dari Jaringan terbagi menjadi Kali Surabaya dan Porong. Perum Jasa Tirta Pemantauan Kualitas Air Otomatis di Sungai Brantas, 1997 (PJT) telah didirikan sebagai suatu organisasi dibawah Departemen Pekerjaan Umum untuk mengelola penggunaan Gambar 29. Tingkat Zat Padat Tertahan di Lembah sumber-sumber air di Lembah Sungai Brantas dan juga Sungai Brantas, 1990 - 1997 melakukan pemantauan kualitas air permukaan di dalam lembah tersebut. Pengambilan contoh dilakukan bulanan di empat puluh stasiun, mingguan di sembilan stasiun, dan harian di dua stasiun. Pengambilan contoh harian dilakukan di dua titik pengambilan terbesar dari Sungai Brantas di daerah Surabaya (dimana air diambil untuk penggunaan air minum). Dari tempat pengambilan tersebut telah didokumentasi bahwa kualitas airnya buruk.44 Di sungai-sungai yang sangat tercemar, seperti Brantas, adalah sulit untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar yang terkumpul di dalam badan air dengan menggunakan pabrik pengolahan yang ada dengan biaya yang layak. Sumber : Sakti, Laporan Akhir : Desain dari Jaringan Parameter kualitas air yang diukur termasuk daya konduksi, Pemantauan Kualitas Air Otomatis di Sungai Brantas, 1997. larutan oksigen, biochemical oxygen demand (BOD), zat padat tertahan, pH, amonia, nitrat dan orthofosfat. Secara Gambar 30. Kecenderungan BOD di Lembah Sungai keseluruhan kualitas air Sungai Brantas adalah buruk.45 Brantas, Tingkat DO semakin buruk ke arah muara sungai sampai pada titik dimana hanya bentuk kehidupan air yang terbatas dapat hidup di bagian yang rendah dari sungai (lihat Gambar 28). Zat padat tertahan semakin meningkat dengan pertambahan jarak ke hilir sungai (lihat Gambar 29). Kontribusi BOD industri adalah 125 ton per hari, sementara kontribusi BOD rumah tangga diperkirakan 207 ton per hari.46 Suatu penelitian terhadap kecenderungan distribusi konsentrasi BOD di Lembah Sungai tersebut (lihat Gambar 30) memperlihatkan bahwa sungai tersebut semakin bersih dari tahun 1993 sampai 1997, tetapi tampaknya menjadi tercemar pada tahun 1998 (konsisten dengan bantahan kontra-intuitif bahwa sebenarnya Sumber : Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2000; Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia. 24 Polusi Air Kuantitas dan kualitas air tanah juga telah dipengaruhi secara Polusi Air Tanah : Implikasi Keadilan merugikan oleh praktek-praktek pengelolaan air dan air limbah selama sepuluh tahun terakhir. Limbah rumah tangga, Ada bukti yang menunjukkan bahwa beban dari polusi limbah pabrik dan pengaliran pertanian merupakan sebab secara tidak proporsional jatuh pada golongan miskin. dari polusi air tanah; kurangnya suatu kebijakan harga yang Di seluruh daerah perkotaan Indonesia, sambungan air pipa sesuai serta pengisian kembali yang lambat dan menurun, rumah tangga tetap terkait erat dengan penghasilan rumah telah menjurus ke eksploitasi air tanah secara berlebihan tangga. Dalam tahun 1992, hanya 10 persen dari rumah dan perembesan air asin di daerah-daerah pesisir. Informasi tangga yang mempunyai pengeluaran kurang dari Rp. tentang angka penggalian air tanah dan luasnya kontaminasi 100.000/bulan memiliki aliran air, dibandingkan rumah di tingkat nasional adalah terbatas. tangga yang mempunyai pengeluaran lebih dari Rp.700.000/ bulan.49 Oleh karenanya, golongan miskin harus lebih KOTAK : Sumur Air Yang Terkontaminasi mengandalkan sumur, penjual air dan hidran umum. Di DKI Jakarta dalam tahun 1990/1991, hampir 20 persen Karena air tanah semakin tercemar, dan di beberapa daerah rumah tangga yang memiliki sumur, mempunyai tangki menjadi asin, rumah tangga tanpa sambungan ke air pipa kotoran yang dibuat pada jarak kurang dari 5 meter dari terpaksa membeli air minum dari para penjual pribadi sumur. Sebagian besar sungai yang dangkal, yang terletak dengan harga yang relatif tinggi. Dalam beberapa hal, rumah di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi (lebih dari tangga yang membeli air dari para penjual, membayar 100 per ha), dilaporkan telah terkontaminasi oleh bakteri sebanyak lima puluh kali lebih banyak per unit air daripada fecal coliform. Suatu studi 1991 yang dilakukan oleh JICA rumah tangga yang tersambung dengan sistem air selama musim kering 1990, mengungkapkan bahwa kotamadya. Sementara sebuah rumah tangga dengan suatu semua, kecuali dua dari 30 sumur dangkal yang diteliti di sambungan hanya membayar antara Rp. 170-285 per meter bagian-bagian kota yang berbeda, memperlihatkan tanda- kubik untuk air (harga tahun 1994), sebuah rumah tangga tanda kontaminasi fecal, khususnya di Jakarta Utara dan tanpa sambungan membayar Rp.2.500 sampai 8.840 per Pusat, dan 74 persen mempunyai jejak-jejak NH4.48 meter kubik, tergantung pada lokasi dan musin.50 Akses Tigabelas persen dari sumur-sumur yang terletak di Jakarta pelayanan air pipa secara khusus adalah penting di daerah Selatan kedapatan mengandung jejak-jejak mercury. perkotaan karena alternatif (seperti air sumur) tidak layak untuk kepadatan penduduk yang tinggi. Di daerah pedesaan, Ditemukan bahwa tingkat polusi secara negatif terkait dimana air pipa di dalam rumah malah lebih jarang, dengan kedalaman sumur. Sebagai tambahan, secara khususnya diantara golongan miskin, rumah tangga harus signifikan sumur pompa memperlihatkan tingkat menghabiskan waktu yang banyak untuk membawa air, dan kontaminasi yang lebih rendah daripada sumur terbuka. meninggalkan kegiatan ekonomi yang lain. 25 Polusi Air Indonesia mengalami suatu ledakan pertambangan dalam tahun 1990-an, yang memerlukan ratusan atau ribuan hektar Tabel 7. Perkiraan Biaya dan Keuntungan di setiap lokasi tambang, menghasilkan limbah sisa-sisa Tahunan dari Kegiatan Pertambangan (juta US$) tambang yang meningkatkan resiko kecelakaan yang Pengeluaran Reklamasi Kerugian Nilai dari merugikan, dan mengkontaminasi sungai dengan bahan- untuk Tanah Produktivitas Hasil bahan pencemar (lihat Tabel 7). Suatu Keputusan Presiden, Lingkungan (tahunan selama 7 tahun) yang memberikan kepada pertambangan prioritas atas semua Skala besar 10 5-7 1.300 penggunaan tanah yang lain, telah diganti oleh Undang- /batubara (26-39) undang No. 41 tahun 1999 tentang Pengelolaan Hutan. Pada Skala besar 65 100 3.500 dasarnya Undang-undang ini melarang pertambangan /logam (550) permukaan di tanah hutan negara, apapun klasifikasinya. Skalamenengah 3 4-6 82 425 /batubara (22-34) Secara keseluruhan, mineral dan produk-produk terkait Artisanal/ Tidak ada data 177 merupakan 19% dari total ekspor Indonesia, dengan emas skala kecil (1.000) sebagai pemberi penghasilan terbesar.51 Sektor pertambangan TOTAL 78 286-290 82 5.225 di Indonesia terdiri atas tiga jenis tambang, masing-masing Sumber : "Pertambangan dan Lingkungan di Indonesia : dengan karakteristik yang terang dan jelas : (i) skala besar, (ii) Kecenderungan Jangka Panjang dan Akibat dari Krisis Ekonomi skala menengah, dan (iii) artisanal dan skala kecil (ASM).52 Asia", Rangkaian Kertas Diskusi EASES, Bank Dunia, Nopember 2000. Dibandingkan dengan pertambangan skala besar, yang Ekivalen tahunan dari biaya rehabilitasi selama 10 tahun pada nilai mempunyai dampak yang relatif terbatas terhadap lingkungan diskon 12%. Angka di dalam tanda kurung menunjukkan perkiraan di Indonesia, operasi ASM cenderung merupakan pembuat dari total biaya reklamasi selama periode 10 tahun. polusi yang besar dalam hubungan dengan hasilnya. Operasi Pertambangan Skala Menengah ASM biasanya juga sulit untuk dipantau dan jarang memenuhi peraturan-peraturan lingkungan. Sejak krisis ekonomi 1997, Penilaian baru-baru ini terhadap praktek lingkungan dari jumlah pertambangan skala menengah serta pertambangan tambang skala menengah menunjukkan kinerja lingkungan batubara dan emas skala kecil yang membuat polusi, telah yang sembrono, khususnya di tambang yang dimiliki secara meningkat. domestik, yang menjurus kepada kerugian produksi dan kerusakan lingkungan yang signifikan.56 Pertambangan Skala Besar Masalah lingkungan utama yang berkaitan dengan Operasi pertambangan skala besar memiliki potensi untuk pertambangan skala menengah termasuk : pembuatan lokasi rentan terhadap kecelakaan besar dengan konsekuensi yang tidak sesuai dari pabrik persiapan batubara, sering di lingkungan negatif jangka panjang bilamana penilaian resiko tepi sungai, yang dapat menjurus kepada risiko kontaminasi yang layak tidak dilakukan pada permulaan suatu proyek. ketika limbah tumpah atau tertiup langsung ke dalam sungai; kurangnya kolam sedimen, yang sering meluap; daerah Resiko terbesar yang timbul dari suatu operasi pertambangan penerimaan yang dirancang buruk; penyebaran partikel skala besar adalah tumpahan sisa-sisa pertambangan. Sesuai batubara yang halus karena kurangnya sirkuit pengumpulan dengan data global dari Program Lingkungan PBB, United batubara halus di pabrik; ARD yang signifikan dari sisa-sisa States Committee on Large Dams, dan sumber-sumber lain, pertambangan; dan pengelolaan buruk dari tanah lapisan atas. telah terjadi 28 tumpahan sisa-sisa pertambangan yang besar dalam 30 tahun terakhir, atau kira-kira satu per tahun di seluruh Walaupun banyak perusahaan telah melakukan investasi yang dunia.53 Kira-kira 50 dari 10.000 tambang skala menengah perlu untuk peralatan pengendalian polusi dan infrastruktur, dan skala besar yang aktif di dunia, berada di Indonesia; satu perolehan kembali biaya reklamasi melalui penanganan tumpahan sisa-sisa tambang dapat membebani Indonesia partikel halus batubara secara lebih baik selama suatu perkiraan US$ 100 juta untuk pembersihan dan penghancuran dan pencucian, tetap merupakan suatu kompensasi (tidak termasuk biaya suatu kemungkinan kerugian tantangan. Perkiraan memberi kesan bahwa industri aneka ragam kehidupan atau fungsi ekologis lainnya).54 Suatu pertambangan skala menengah dapat mencapai suatu kinerja masalah lingkungan paling serius berikutnya adalah lingkungan yang kuat dengan suatu pengeluaran sebesar kira- penyaluran batu asam, karena pengaruhnya dapat kira US$ 53 juta per tahun, termasuk biaya reklamasi yang berlangsung beberapa dekade.55 dilakukan terus menerus. Berkaitan dengan nilai dari hasil batubara untuk industri batubara skala menengah dalam tahun 1998 - US$ 45 juta - biaya reklamasi jauh lebih kecil dari satu persen pendapatan kotor. 26 Polusi Air Pertambangan Artisanal dan Skala Kecil KOTAK : Pengaruh Kesehatan dari Polusi Mercury Pertambangan artisanal dan skala kecil (ASM), yang Mercury biasanya digunakan oleh para penambang skala kecil dalam pengolahan digunakan untuk emas dan batubara, dilaksanakan biji emas. Kontak langsung dan konsumsi dari makanan yang terkontaminasi mer- dengan sedikit atau tanpa kepedulian pada lingkungan. cury dapat mempunyai dampak kesehatan yang serius. Resiko kesehatan yang Sekitar 349 ASM adalah lokasi pertambangan yang le- paling besar terhadap manusia dan satwa liar berasal dari konsumsi ikan yang gal, yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pertambagnan terkontaminasi. Methyl mercury, yang paling berbahaya unuk manusia, bertumpuk (DGN) dan mencakup 1,8 juta hektar. Suatu jumlah ASM pada saat naik rantai makanan. yang tidak diketahui adalah ilegal dan tidak teratur. Mercury mempengaruhi otak, tulang belakang, ginjal, paru-paru dan hati. Sampai tahun 1980-an jumlah ASM cukup kecil; namun, Keterbukaan jangka panjang terhadap mercury dapat menjurus kepada gejala- suatu peningkatan yang besar dalam jumlah ASM secara gejala yang semakin buruk, seperti perubahan pribadi, tunnel vision, pingsan dan signifikan telah merubah situasi, sebagian besar koma. Mercury juga mempengaruhi pertumbuhan janin, mencegah perkembangan disebabkan oleh perolehan kembali yang lebih tinggi (5 normal dari otak dan sistem syaraf. Anak-anak yang terkena memperlihatkan sampai 10 kali lebih tinggi daripada kegiatan ekonomi intelejensia yang rendah, maupun pendengaran dan koordinasi yang buruk. tradisional) dan sebagian gangguan pada hukum dan Disebabkan oleh jangka waktu yang lama sebelum pengaruh dari penyakit karena ketertiban. mercury dapat terlihat, dan kesulitan dalam membedakan penyakit karena mer- cury dengan penyakit umum lainnya, seperti malaria, maka masyarakat yang terkena Pengaruh lingkungan utama dari ASM termasuk erosi polusi mercury sering tidak mengetahui resiko kesehatan pada waktunya. tanah, sedimentasi badan air, polusi mercury dan Penggundulan hutan dan pertambangan emas skala kecil dapat menghasilkan kurangnya reklamasi tanah setelah penutupan. Dari suatu tumpukan mercury yang mematikan. Penggundulan hutan menyebabkan semuanya itu, yang paling berbahaya adalah erosi, yang dapat mengkontaminasi sistem sungai dengan jumlah besar mercury kontaminasi mercury. Mercury tidak biodegradable dan yang timbul secara alamiah. Dengan menggunakan metode lain untuk dapat bergabung dengan elemen-elemen lain dan menghancurkan biji-bijian dan membatasi penggunaan mercury sampai pada membentuk racun yang paling buruk. Pembuangan ke proses konsentrasi akhir, maka penggunaan mercury dapat dikurangi sebanyak sungai dapat mengakibatkan suatu kerugian dramatis 70 sampai 90 persen dalam pertambangan. Penggunaan tabung tertutup untuk dari tumbuhan dan satwa liar dalam lingkup jarak yang mendaur ulang mercury, sangat mengurangi bahaya keselamatan dan dapat besar ke arah hilir. mengurangi jumlah limbah mercury dengan 10 sampai 20 persen lagi. Namun, tujuan akhir adalah untuk menghapuskan penggunaan mercury dalam produksi Sebagian besar daerah ASM mempunyai usia produksi emas, biasanya dengan memperkenalkan proses konsentrasi yang lebih terpusat, yang pendek, biasanya kurang dari sepuluh tahun. dengan pembuangan dan fasilitas sisa-sisa tambang yang sesuai. Walaupun pertambangan skala kecil dapat meningkatkan Sumber : "Pertambangan dan Lingkungan di Indonesia : Kecenderungan Jangka pendapatan daerah pedesaan dalam jangka waktu Panjang dan Akibat dari Krisis Ekonomi Asia". Unit Pembangunan Lingkungan pendek, pengandalan kepada pertambangan yang dan Sosial, Wilayah Asia Timur dan Pasifik, Bank Dunia, 2000. meningkat, ditambah kerusakan lingkungan yang signifikan, dapat mempunyai suatu dampak yang tetap per ton) adalah sekitar US$ 3 juta per tahun (termasuk reklamasi). sehubungan dengan pembangunan berkesinambungan. Potensi untuk pembangunan yang seimbang sering Perkiraan konservatif dapat berdasarkan biaya reklamasi yang dikeluarkan tergantung pada kebiasaan menyimpan dari para oleh empat tambang logam besar, dengan syarat bahwa perkiraan tersebut resipien - yaitu, bagaimana mereka menggunakan mengurangi kerusakan lingkungan dengan biaya setidak-tidaknya untuk pendapatan yang tidak disangka-sangka yang dihasilkan langkah pencegahan tahunan.57 Dengan tidak adanya standar reklamasi oleh kegiatan pertambangan. Alokasi dari sebagian yang jelas, maka biaya-biaya tersebut sangat bervariasi. Perkiraan yang ada pendapatan tersebut untuk praktek lingkungan yang lebih untuk empat tambang diperlihatkan dalam tabel 8. Perkiraan keseluruhan baik atau reklamasi tanah, meningkatkan prospek pengeluaran untuk mempertahankan lingkungan bagi tambang-tambang di pembangunan lokal dalam jangka panjang. Indonesia adalah US$ 50 sampai 60 (catatan : Nilai tahunan keseluruhan dari produksi adalah US$ 3,5 milyar). Perkiraan Biaya Ekonomi dari Kerusakan Lingkungan Tabel 8. Pengeluaran Tambang untuk Lingkungan Walaupun sulit untuk mengukur kerusakan lingkungan Pengeluaran untuk yang disebabkan oleh pertambangan skala besar di In- Tambang Lingkungan donesia, ada kemungkinan untuk memperkirakan angka- (US$ per tahun) angka untuk biaya pencegahan kerusakan lingkungan. Tambang Tembaga dan Emas 42 Diperkirakan bahwa pengeluaran lingkungan yang Freeport, Papua diperlukan untuk langkah-langkah pencegahan bagi Tambang Emas Kelian, Kalimantan Timur 2 Tambang Nikel Inco 1 industri skala menengah (diperoleh dengan Tambag Emas Minahasa 2 (perkiraan) menggunakan biaya Kaltim Prima Coal sebesar US$ 0,23 TOTAL untuk Indonesia 50 sampai 60 27 Polusi Air KOTAK: Di Teluk Jakarta Limbah rumah tangga dan limbah industri tanpa pengolahan memadai yang kemudian mengalir masuk saluran air dan perairan pantai mempunyai dampak signifikan pada flora dan fauna perairan pantai. Limbah rumah tangga terutama meningkatkan BOD dan mengurangi oksigen terlarut , yang menimbulkan kondisi anoxic. Dengan kondisi demikian, ikan dan spesies lain yang tergantung pada oksigen tidak dapat bertahan dan organisme aerobik lambat laun tergeser oleh bentuk kehidupan anaerobic, terutama bakteri dan spesies invertebrata dalam jumlah terbatas. Polusi organic ini berdampak penting pada organisme benthik dan perikanan pantai, terumbu karang dan spesies yang hidupnya tergantung pada organisme muara dan sungai. (Lihat Tabel 9) Jika nilai DO dan BOD di Teluk Jakarta diteliti ( lihat Gbr 31 dan 32), tampak bahwa variasi DO kira-kira sama di keempat Zona, meskipun tingkat BOD lebih tinggi di Zona C dan D dibanding Zona A dan B. Selama periode 1999-2000, di Zona A , kualitas air dari 4 stasiun pengamat (A1, A3,A6, A7) rendah; di 3 lokasi ( A2, A3, A5) kualitas air sedang. Kualitas air rata-rata sedang di Zona B dan D. Di zona C, kualitas rata-rata adalah antara rendah dan sedang (Lihat Peta 5 dan Tabel 10). Gbr 31. Level DO di Teluk Jakarta Gbr. 32 Level BOD di Teluk Jakarta , Tabel 9. Klasifikasi dan Standar Kualitas Air 1999-2000 1999-2000 Laut Maksud BOD D O NH3-N penggunaan air Berenang dan 20 5 1 menyelam Budi daya air 45 Konservasi 45 44 10,3 kelautan Industri 20 - - Tabel 10. 1999-2000 Kualitas Air di Teluk Jakarta Peta 5. Lokasi Monitoring di Teluk Jakarta Zone pH Ammonia Nitrat (Mg/L) (mg/L) A 7,87-8,37 * -0,04 0,01-0,35 B 7,62-8,33 * -0,038 0,12-1,35 C 7,57-8,32 * * -3,14 D 7,30-8,34 * - 0,25 * - 0,31 Sumber: Laporan Kualitas Lingkungan di DKI Jakarta, 1999-2000. * tidak terdeteksi Sumber: D Jung-Hun Woo, CGRER, Universitas Iowa,USA. 28 Polusi Air Kotak: Ancaman Polusi terhadap Terumbu Karang Indonesia memiliki terumbu karang terkaya secara biologis di dunia , dengan keragaman ikan terumbu yang terbesar ( sekitar 1.650 spesies) dan 60 persen dari spesies karang keras di dunia (480 spesies). Menurut perkiraan konservatif, Indonesia memiliki lebih dari 50 persen terumbu karang di Asia Timur ( tidak termasuk terumbu karang yang belum dipetakan di daerah terpencil, dan terumbu di bawah permukaan), yang tersebar seluas 51,000 km2. Namun diperkirakan bahwa 86 persen dari terumbu karang ini menghadapi risiko degradasi sedang hingga tinggi.58 Terumbu karang berjasa sebagai penahan ombak , hilangnya terumbu karang mengakibatkan semakin rawannya masyarakat pantai terhadap bencana alam jika permukaan air naik, sebagaimana diisyaratkan oleh proyeksi pemanasan global. Selain itu, terumbu karang Indonesia mendukung salah satu kegiatan perikanan laut terbesar di dunia, dengan hasil tangkapan sebanyak 3.6 juta ton (1997). Namun, survei tahun 1998 terhadap kondisi terumbu karang menunjukkan hasil berikut: 5.3% sangat baik (cakupan koral 76-100%); 21.7% baik (51- 75% cakupan); 33.5% sedang (26-50% cakupan); dan 39.5% buruk (0-25% cakupan). Terumbu karang terancam praktek-praktek penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dan mencemarkan , seperti peledakan dan penggunaan racun mematikan natrium sianida yang mengakibatkan pingsannya ikan besar dalam perdagangan ikan hidup yang sangat menguntungkan itu. Kedua praktek ini dilakukan secara luas di Indonesia, meski ada upaya untuk mengendalikan penggunaannya. Dampak racun sianida dan peledakan di terumbu karang meliputi kerusakan fisik terumbu dan matinya karang dan organisme non-target lainnya secara luas, serta dampak merugikan lain yang tak segera terdeteksi pada kesehatan ekosistem koral dengan akibat serius bagi kesejahteraan manusia dalam jangka menengah hingga panjang. Polusi yang bersumber dari darat, termasuk limbah industri, limbah cair, dan sisa bahan kimia pertanian (mis. pupuk dan pestisida), selain bertambahnya sedimentasi karena penggundulan hutan, juga mengancam terumbu karang. Terumbu karang biasanya tumbuh subur di air jernih dengan tingkat nutrien rendah, karena zooxanthelae yang diandalkan oleh koral memerlukan banyak cahaya. Maka, bertambahnya sedimen berpengaruh secara negatif pada pertumbuhan koral, yang mengakibatkan kematian koral dalam kasus yang terberat. Tampak bahwa terumbu yang terkena polusi darat keragamannya kurang pada 10 meter, dibandingkan terumbu asli. Selain itu, menurut perkiraan konservatif , antara tahun 1989 dan 2000, jumlah terumbu yang mengandung 50 persen koral hidup telah turun sekitar 36-29 persen. Walaupun memiliki keuntungan finansial jangka pendek, kerugian ekonomi akibat praktek-praktek tidak berkelanjutan ini signifikan. Diperkirakan bahwa kerugian ekonomi akibat penangkapan ikan dengan sianida sebesar US $46 juta/tahun. Perkiraan total kerugian ekonomi dari penangkapan ikan dengan bahan peledak dan adanya sedimentasi berjumlah US$ 1.140 juta ( selama periode 20 tahun) akibat kerugian usaha perikanan berkelanjutan, perlindungan pantai, dan kerugian pendapatan dari turisme ( lihat Tabel 11 dan Gbr. 33). Angka ini adalah perkiraan konservatif dari biaya kegiatan pencemaran oleh manusia , dimana kerugian potensial dari penangkapan ikan dengan racun, pembangunan pantai, sedimentasi yang bersumber di hulu di daerah tanpa pariwisata signifikan, dan sumber polusi dari laut tidak dimasukkandalam angka ini. Meskipun demikian, biaya tinggi ini sangat kontras dengan perkiraan pendapatan individu sebesar US $ 390 juta yang dihasilkan dalam periode yang sama.59 Tabel 11. Kerugian Ekonomi dari Penangkapan ikan dengan Gbr. 33. Keuntungan Individu dan Total Kerugian Ekonomi akibat bahan peledak dan Sedimentasi selama periode 20 tahun ( US$ Penangkapn Ikan dengan peledakan dan akibat Sedimentasi juta) dalam Kurun Waktu 20 tahun (Juta US$) Pendapatan yang Kehilangan Kerugian ditentukan dari Perlindungan Pendapatan Perikanan Pantai dariTurisme Berkelanjutan Peledakan 570 160 210 SedimentasiAkibat 20 0 100 Logging di daerah Turisme Sumber: WRI, 2002. Sumber: WRI, 2002. Di tahun 1994, untuk mencegah semakin rusaknya terumbu, pemerintah RI merencanakan penetapan 85 daerah laut terlindung yang meliputi 50 juta hectare hingga tahun 2000. Namun, sampai tahun 2000, Indonesia hanya mempunyai 51 wilayah laut terlindung meliputi 6,2juta hectare karena perubahan politik dan kurangnya upaya pemerintah secara terkoordinasi. Pemerintah RI juga mensponsori COREMAP, program15 tahun untuk memperkuat pengelolaan sumber daya pantai selain pertimbangan kebutuhan masyarakat. Program ini keberhasilannya terbatas. 29 Polusi Air Kerugian akibat Polusi Air Bersih Respon Kebijakan Polusi air dapat merugikan kesehatan manusia, perikanan Kontrol terhadap pencemaran air diatur oleh berbagai dan pertanian, dan menimbulkan biaya kesehatan dan undang-undang. Kebanyakan UU ini pada awalnya ekonomi yang bersangkutan (lihat Tabel 12). Polusi air juga diberlakukan terutama untuk mengatur penggunaan dan mengancam ekosistem melalui eutrofikasi dan bertanggung pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, dan bukan jawab atas hilangnya spesies tumbuhan dan hewan.60 untuk memberi perlindungan. Walaupun telah dilakukan Penggunaan air tercemar menyebabkan sejumlah penyakit sejumlah upaya untuk mengontrol pencemaran air industri, termasuk diare, hepatitis, tifus, trachoma dan infeksi cacing baru setelah diberlakukan Peraturan Pengendalian Polusi tambang. Air 2001, limbah rumah tangga dinyatakan sebagai Pengaruh pencemaran air pada kesehatan terutama pencemar air dan pemerintah kota bertanggung jawab atas diakibatkan oleh kontaminasi air minum, mandi dan masak pengelolaannya. oleh kotoran manusia. Selain itu penyakit terbawa air juga Dengan desentralisasi, kota dan kabupaten (kecamatan) ditularkan dari berbagai jalan fecal-oral. Implikasinya adalah berhak merencanakan dan mengelola layanan lingkungan, bahwa penyebaran penyakit ini juga tergantung pada konstruksi, dan operasi fasilitas pusat pengolahan air limbah. kebiasaan hygiene pribadi - dimana tingkat kebersihan Desentralisasi pada akhirnya mungkin dapat menghasilkan seringkali berhubungan dengan tersedianya air yang aman perbaikan dalam manajemen kualitas air, karena pembuat digunakan.61 keputusan akan lebih dekat dengan masalah dan konstituen Menerapkan temuan Survei Kesehatan Rumah Tangga bahwa yang terkena. Masih terlalu dini untuk menilai adanya 12 persen kematian disebabkan oleh diare pada 8,2 juta perubahan terhadap kondisi ini, namun satu hasil negatif penduduk Jakarta, Bank Dunia mengestimasi bahwa nilai ialah bahwa data pemantauan kualitas sungai ambien tidak ekonomi dari pengurangan kematian sebanyak 55-60 persen lagi dikirim ke pusat. Oleh karena itu akan semakin sulit (3.800-4.200 kematian dihindari setiap tahun62) adalah sekitar untuk menilai kondisi perairan Indonesia dengan cara yang $215-315 juta.63 komprehensif. Tabel 12. Biaya Kesehatan yang dapat dihindari dari Polusi Air di Jakarta , 1994 Kontaminasi dari Kotoran Nilai Total (Juta US$) Rendah Sedang Tinggi Kematian yang dapat dihindari 40 300 700 Penyakit yang dapat dihindari 1 3 6 Biaya Total 41 303 706 Sumber: Indonesia Environment and Development Report, Bank Dunia,1994. Biaya Ekonomi dan Risiko Potensial bagi Akuakultur Budidaya air payau di pantai utara Jawa selain mencemarkan juga semakin terancam pencemaran. Di tahun 1992, banyak importir Jepang mulai menjajaki pilihan pemasok lain setelah sisa-sisa antibiotik ditemukan pada udang windu (black ti- ger prawn) Indonesia. Sejak itu ada indikasi bahwa episode kontaminasi akuakultur telah terjadi berulangkali di pulau - pulau lain, sehingga industri udang Indonesia semakin memprihatinkan.64 30 Polusi Air Pelaksanaan undang-undang Program PROKASIH Pelaksanaan undang-undang lingkungan yang ada Program Kali Bersih (Prokasih) yang diresmikan tahun 1989 sekarang ini lemah akibat kurangnya koordinasi antar oleh GOI dirancang sebagai respon inovatif terhadap berbagai lembaga , rendahnya kemampuan teknis untuk peningkatan beban polusi di daerah aliran sungai kritis. membuktikan pelanggaran, gagalnya proses pengadilan Program ini menyoroti pencemar terburuk industri, di 24 untuk memvonis dan memberi denda pada pelanggar, dan sungai yang tercemar berat, dengan menyatakan sebagai akses terbatas pada informasi. Namun, untuk memprakarsai targetnya yaitu pengurangan beban polusi sebesar 50 perubahan peraturan dan mendorong agar standar persen dalam jangka waktu dua tahun secara sukarela. lingkungan lebih ditaati oleh perusahaan, GOI mencoba melengkapi peraturan command-and-control dengan Program PROKASIH meliputi lima langkah yaitu: (i) instrumen berdasarkan pasar dan alat pengungkapan menetapkan tim PROKASIH daerah; (ii) mengidentifikasi publik, meskipun ini hanya berhasil secara terbatas. perusahaan tertentu di industri pencemar berat; (iii) Instrumen ini dimaksud sebagai insentif guna mendorong mengupayakan agar perusahaan tersebut menandatangani perubahan dalam perilaku para pengguna air dan surat komitmen secara sukarela untuk mengurangi beban polutan.Walaupun program pengaduan polusi digariskan polusi sebanyak 50 persen dalam jangka waktu yang untuk mengontrol polusi air yang berasal dari usaha industri, disepakati; (iv) memantau hasil selanjutnya; dan (v) memberi pelaksanaannya terbatas hanya pada tahap pilot di satu tekanan lebih besar bagi mereka yang tidak berusaha daerah di negara ini. Tantangan bagi para pembuat memenuhi komitmennya. Sejak 1994 perjanjian sukarela telah keputusan adalah untuk menerapkan program ini dengan diadakan untuk lebih dari 2.000 usaha; beban polusi tampak cara yang masuk akal agar biaya untuk mematuhinya berkurang di beberapa propinsi, terutama yang memiliki berkurang dan tersedia insentif untuk pencemar. Selain itu, kemampuan teknis untuk mengejar tujuan program penerapan instrumen ekonomi (seperti pajak) untuk PROKASIH. pengambilan air tanah dan permukaan, selain harga sumber Pelaksanaan PROKASIH dilakukan oleh otoritas propinsi daya air yang sesuai akan memacu pula upaya konservasi. dengan dukungan lembaga pusat bilamana perlu. Selain itu media didorong untuk melaporkan kerusakan lingkungan Pemantauan yang terjadi akibat polusi dan upaya pembersihan yang Saat ini, kualitas air di banyak sungai tidak dipantau secara signifikan, dan LSM membantu memfasilitasi keikutsertaan tetap. Selain itu, dimana dilakukan monitoring kualitas air, kelompok masyarakat dalam kegiatan lingkungan terkait. beberapa lokasi dipantau tiap minggu dan tiap hari, tetapi Walaupun masih berhasil, dampak keseluruhan dari Program hasilnya dilaporkan setiap bulan dan/atau setiap tahun. Tidak PROKASIH dianggap ada keuntungan dan kerugiannya, ada mekanisme untuk memasukkan data pantauan dengan karena sifat program yang terbatas, dan sukarela, selain cara yang tepat waktu, ke dalam rencana rehabilitasi. kapasitas Pemerintah yang terbatas untuk memantau pro- gram. 31 Polusi Air Perundangan Kualitas Air Perundang-undangan Isu dan Kegiatan Yang Diatur Peraturan Pemerintah No. 19 (1999) mengenai Pengendalian Peraturan ini memberi kerangka untuk kontrol polusi laut, upaya meringankan dampak Pencemaran Laut dan penegakan hukum. UU mengatur pembuangan bahan pencemar ke laut. UU No. 23 (1997) mengenai Pengelolaan Lingkungan Memberi mandat kepada Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengatur semua aspek pengendalian polusi termasuk polusi air. Peraturan Pemerintah No. 82 (2001) mengenai Pengelolaan Peraturan ini menetapkan kerangka kerja untuk pengelolaan kualitas air dan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pencegahan polusi air. Mengatur klasifikasi penggunaan perairan dan pemantauan polusi air. Keputusan Menteri (Kepmen) Lingkungan Hidup No. Kep-35/ Keputusan ini menetapkan sungai, kualitas air dan standar pemantauan untuk MENLH/7/1995 mengenai Program Kali Bersih (PROKASIH) program PROKASIH. KepMen Lingkungan Hidup No. Kep-35A/MENLH/7/1995 Keputusan ini menerapkan mekanisme penghargaan bagi perusahaan yang mengenai Program untuk Menilai Pemenuhan Kinerja memenuhi peraturan lingkungan dan yang berpartisipasi aktif dalam program Perusahaan/Bisnis terhadap Upaya PROKASIH PROKASIH. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/ 10/ Keputusan ini mengatur level limbah cair (efluen)yang dibuang dan membatasi 1995 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk Kegiatan konsentrasi polutan kimia dan/atau logam dari kegiatan industri. Industri. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-52/MENLH/10/ Keputusan ini mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasi 1995 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk Kegiatan polutan kimia dan/atau logam dari kegiatan hotel dan turisme. Perhotelan. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/ Keputusan ini mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasi 1995 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk Kegiatan polutan kimia dan/atau logam dari rumah sakit. Rumah Sakit. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-42/MENLH/10/ Keputusan ini mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasi 1996 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk Industri polutan kimia dan/atau logam dari industri minyak, gas dan panas bumi. Perminyakan, Gas dan Panas Bumi. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-45/MENLH/11/ Keputusan ini memberi kerangka bagi pengendalian polusi di daerah pantai dan 1996 mengenai Program Pantai/Pesisir Bersih (Program bakau dan terumbu katang. Konservasi Pantai). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-09/MENLH/4/ Keputusan ini memperkuat Kepmen Lingkungan Hidup 1997 mengenai Perubahan terhadap Keputusan Menteri No. Kep-42/MENLH?10/1996 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk Industri Lingkungan Hidup No. Kep-42/MENLH/10/1996 mengenai Minyak, Gas dan Panas Bumi. Standar Kualitas Limbah Padat untuk Industri Perminyakan, Gas dan Panas Bumi. Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. Kep-03/MENLH/1/1998 Keputusan yang mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasi mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk Daerah Industri. bahan polutan kimia dan/atau logam dari areal/daerah industri. Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2001 Keputusan ini menetapkan kerangka untuk perlindungan terumbu karang. mengenai Perlindungan Terumbu Karang (Pengendalian dan Keputusan ini juga menyatakan bahwa limbah industri kimia/minyak yang dibuang Pemantauan Kerusakan Terumbu Karang). ke laut ialah penyumbang terbesar bagi kerusakan terumbu karang. Fungsi Penggunaan/Klasifikasi Sungai dan Standar Kualitas Air Di Indonesia , sungai-sungai digolongkan ke dalam empat kategori, yang berkaitan dengan penggunaan/fungsinya: Klasifikasi A: air dapat langsung digunakan untuk minum tanpa pengolahan (termasuk BOD/level polutan yang dianggap `dapat diterima' untuk semua klasifikasi); Klasifikasi B: air akan digunakan untuk minum setelah pengolahan konvensional; Klasifikasi C: air untuk perikanan dan hewan; Klasifikasi D: air untuk pertanian, suplai perkotaan, industri dan tenaga listrik. Undang-undang yang ada menyatakan bahwa sungai di Indonesia diklasifikasi menurut penggunaan yang telah ditentukan. Masing- masing klasifikasi mendefinisikan kriteria kualitas air untuk berbagai bahan (yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 20/ 1990) dan menetapkan batas-batas konsentrasi untuk masing-masing bahan ini di dalam sungai sehingga penggunaan khusus dapat dicapai dan dipertahankan . Sumber: Surabaya River Pollution Control Action Plan Study ­ Final Report. 32 Limbah Padat Dan Berbahaya Produksi limbah padat telah meningkat secara signifikan selama lima tahun terakhir di Indonesia; pembuangan yang Tabel 13. Sumber dan Jenis Limbah Padat sebagian besar tak terkendali ke lingkungan sekitar tampak Sumber Jenis-Jenis Limbah Padat semakin mengancam kualitas air, udara dan tanah. Tempat pembuangan informal mencemarkan air permukaan dan air Rumah Sisa makanan, kertas, plastik, tekstil, kulit, limbah kebun, tangga kayu, logam, dan limbah rumah tangga yang berbahaya tanah selain mendorong kehadiran binatang pengganggu dan patogen yang menyebarkan penyakit menular. Ancaman Industri Kemasan,bahanbangunandanpembongkaran,limbah ini semakin parah dengan kurangnya fasilitas pembuangan berbahayadanabu dan pengolahan sampah yang aman untuk lingkungan. Data Komersial Kertas, kardus, plastik, kayu , sisa makanan, kaca, logam, akurat dan handal yang tersedia mengenai produksi, limbahkhususdanlimbahberbahaya Lembaga Sama seperti komersial pengumpulan dan pembuangan sampah selain untuk Konstruksi Kayu, baja, beton, debu dst, mengkategorikan limbah sifatnya terbatas dan tampak kurang Layanan Limbahjalanan,potonganpohondanpertamanan,danlimbah dihargai. Perkotaan umum dari taman, pantai , lumpur Proses Limbah proses industri, bahan bekas, ff-specification prod Limbah padat berasal dari berbagai sumber hunian, industri, uct, slag, tailing pertanian, kelembagaan dan komersial, termasuk rumah Pertanian Sisa makanan busuk, limbah pertanian, dan limbah tangga, pabrik, dan rumah sakit (lihat Tabel 13). Di Indone- berbahaya sia, sumber terbesar limbah padat ialah kegiatan rumah Sumber: "What a Waste: Solid Waste Management in Asia," Urban Development Sector Unit, East Asia and Pacific Region, Bank Dunia, tangga dan komersial (lihat Gbr. 34). Di 1998, per kapita Mei 1999. rata-rata produksi limbah padat di kota besar di Indonesia berkisar antara 0,66 - 0,90 kg per kapita per hari (lihat Tabel Gbr. 34 Sumber Limbah Padat di Kota-Kota Indonesia 14). Di 2000, Jakarta sendiri menghasilkan lebih dari 25,000 m3 sampah per hari, yang diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada 2010. Di daerah ini terdapat variasi besar limbah yang dihasilkan ( lihat Gbr. 35). Namun diperkirakan bahwa seiring dengan urbanisasi di Indonesia, masalah limbah akan semakin besar. Komposisi Limbah Komposisi limbah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lokasi, standar hidup, dan cuaca. Komposisi limbah padat mempengaruhi pemilihan dan operasi peralatan dan fasilitas Sumber: IBID. pengumpulan dan pembuangan , kelayakan pemulihan sumber daya dan energi, dan desain dari fasilitas Tabel 14. Produksi Limbah Padat Perkotaan di Indonesia, pembuangan. 1996 Kota Produksi Limbah Tiap Di Indonesia, kebanyakan limbah sangat organic dan dapat Limbah Hari didaur ulang. Hingga 75 persen dari limbah perkotaan In- (m3/hari) per kapita (kg/kapita/hari) donesia biodegradable dan sebagian besar terdiri dari Jakarta, Java 24.025 0,66 sampah dapur dan pasar. Persentase tinggi sampah or- Bandung, Java 6.862 0,70 ganic menunjukkan bahwa limbah tersebut dapat digunakan Semarang, Java 3.215 0,69 sebagai kompos, meskipun ini memerlukan lebih banyak Yogyakarta, Java 1.240 0,78 pembinaan, demonstrasi dan pelatihan sebelum dapat Padang, Sumatra 1.922 0,90 Ujung Padang, 2.424 0,86 dipakai dalam skala besar. Namun jika terbukti layak, ini Sulawesi dapat memberi dividen ganda dalam bentuk berkurangnya Sumber: DKI, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Padang masalah pembuangan limbah padat maupun produksi dan Ujung Pandang Jakarta, 1998. pupuk organic yang bermanfaat. 33 Limbah Padat Dan Berbahaya Gbr. 35. Produksi Limbah di Indonesia di dalam Konteks Ekonomi dan Urbanisasi di Asia Catatan: Ukuran lingkaran proporsional dengan satuan produksi limbah Sumber: "What a Waste: Solid Waste Management in Asia," Urban Development Sector Unit, East Asia and Pacific Region, Bank Dunia, Mei 1999. Kotak: Pengaruh dari Manajemen Limbah Padat Di Media Lingkungan Efek dari banyak pencemar jarang terbatas pada media dan jalur eksposur tunggal; keterkaitan antara polusi di seluruh media lingkungan begitu kompleks. Ini paling nyata dalam hal (mis)manajemen limbah padat. Pembuangan sampah secara sembarangan mencemarkan persediaan air permukaan dan air tanah. Di daerah perkotaan, limbah padat menyumbat saluran, menciptakan air tergenang dimana patogen dapat berkembang biak, dan memperbesar bahaya banjir selama musim hujan. Pembakaran sampah yang tidak terkontrol dan insinerasi buruk mempunyai sumbangan besar untuk polusi udara kota dan masalah kesehatan yang terkait. Gas Leachate Treatment Pond, Bali rumah kaca dihasilkan dari dekomposisi limbah organic pada landfill, dan leachate yang tidak diolah mencemari tanah dan air di sekitar. Isu kesehatan dan keselamatan juga timbul dari manajemen sampah padat secara salah. Kotoran manusia sering ditemui di sampah kota. Vektor serangga dan tikus tertarik pada sampah dan dapat menyebarkan penyakit seperti kolera dan demam berdarah. Menggunakan air yang tercemar limbah padat untuk mandi, makan dan irigasi dan minum dapat mengekspos seseorang pada organisme penyakit dan kontaminan lain. Pekerja kebersihan dan pemulung jarang dilindungi dari kontak dan cedera; ini merupakan ancaman kesehatan yang serius dalam pembuangan limbah berbahaya dan limbah kesehatan bersama-sama dengan sampah perkotaan. Sumber: "What a Waste: Solid Waste management in Asia." Urban Development Sector Unit, East Asia and Pacific Region, Bank Dunia, Mei 1999. 34 Limbah Padat Dan Berbahaya Pendauran Ulang Hanya sebagian kecil dari limbah padat didaur ulang, meskipun terdapat pasar yang relatif besar untuk produk jadi yang terbuat dari plastik daur ulang, botol kaca, kertas bekas dan logam bekas ( lihat Gambar 36a dan Gambar 36b). Pendauran ulang dilakukan terutama oleh sector swasta in- formal (mis. pemulung, pembantu truk sampah), dan terjadi pada tiga tahap : tingkat rumah tangga, pengambilan di trotoir dan di tempat pembuangan. Data tahun 1996 dari Asosiasi Pemulung Indonesia mengungkapkan bahwa di Jakarta terdapat lebih dari 150 fasilitas yang memproses bahan yang dapat didaur ulang untuk industri yang berbeda. Bahan daur ulang, sebagian besar terdiri dari kertas, kaca, logam dan Gbr. 36a : Kecenderungan jumlah Botol Plastik plastik dijual ke distributor, dimana bahan dibersihkan, dipilah, dikemas dan mengalami pemrosesan awal sebelum dijual kembali (lihat Tabel 15). Pengumpulan Pengumpulan limbah padat sangat terdesentralisasi dan bervariasi di seluruh daerah, tergantung dari kesejahteraan ekonomi, tingkat urbanisasi, dan praktek budaya. Pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk mengumpulkan sampah, yang umumnya dilakukan melalui kontraktor, atau oleh para penghuni itu sendiri. Gbr. 36b : Kecenderungan Jumlah Kantong Plastik Jumlah sampah yang resmi dikumpulkan secara efisien di seluruh Indonesia adalah rendah dan diperkirakan sebesar 50 persen; namun kota besar tampaknya mempunyai tingkat pengumpulan lebih tinggi ( hingga 75 persen ). Daerah kota yang lebih miskin maupun daerah pedesaan biasanya kurang terlayani atau tidak dilayani sama sekali. Di Jakarta, lebih dari separuh rumah tangga mengandalkan organisasi masyarakat Rukun Tetangga65 dan/atau Rukun Sumber: MEIP, 1997. Warga66 untuk layanan pengumpulan sampah primer. Warga memutuskan dan membayar tingkat layanan yang Tabel 15. Penghematan Biaya Operasional SWM Akibat Kegiatan Pemulung dikehendakinya, dari rumah-ke-rumah, pengambilan dari trotoir, dan pengumpulan per blok di daerah yang lebih Kota Biaya Produksi Pengurangan Penghematan Operasional SW dalam SW Bulanan mampu, ke pengumpulan dengan gerobak di daerah Manajemen Anorganik oleh Pemulung (Juta Rp) berpenghasilan rendah. Cara terakhir ini lebih sering Limbah Padat Bulanan (m3) (Milyar Rp/tahun) (m3) dilakukan dan berbiaya rendah, terutama untuk rumah tangga di daerah berpenghuni padat yang tidak mudah dijangkau Bandung 3.630 55.060 10.610 29,17 (19%) karena jalannya rusak dan sempit. Selama sepuluh tahun Semarang 2.940 30.729 500 (2%) 1,37 terakhir, pengumpulan sampah berkurang secara signifikan Surabaya 11.200 41.458 12.665 34,83 dibandingkan dengan jumlah sampah yang dihasilkan, dan (31%) ini mungkin terjadi akibat terbatasnya jumlah kendaraan Sumber: DKI Bandung, Semarang, Surabaya atau Listyawan, B., "Pros- pengumpul yang sesuai, tidak adanya titik transfer, kurang pects of Recycling Systems in Indonesia," Recycling in Asia Partner- dilaksanakannya dan dipenuhinya aturan dan peraturan. ship for Responsive Solid Waste Management, UN Center for Re- gional Development, Nagoya , Japan 1997. 35 Limbah Padat Dan Berbahaya Penyapuan Jalan Pemindahan dan Pengangkutan Menyapu jalan dilakukan baik secara manual (dengan sapu) dan secara mekanis. Kendaraan penyapu mekanis biasanya hanya membersihkan jalan utama di pusat-pusat kota besar. Meskipun sampah jalanan hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan aliran limbah, bagian yang signifikan dari tenaga kerja dan manajemen limbah dialokasikan untuk memelihara kebersihan jalan. Anggapan tentang pentingnya untuk menyapu jalan kemungkinan adalah akibat persaingan untuk menerima penghargaan ADIPURA , yang diberikan setiap tahun oleh Presiden untuk kota kecil, sedang dan besar yang terbersih. Sistem transfer berguna untuk mengurangi jarak angkut untuk truk pengumpul, sehingga biaya pengumpulan dapat lebih Tempat Pembuangan Terbuka rendah. Di Jakarta, sampah yang terkumpul dikirim ke tempat pengumpulan sementara (TPS) dimana sampah ini Pembuangan terbuka tetap merupakan cara yang paling menunggu dikumpulkan oleh dinas kota. Beberapa TPS umum dari limbah padat perkotaan. Kira-kira 85 persen kota relatif modern dengan petugas dan metal dumpster yang kecil dan 53 persen kota berukuran sedang secara resmi dilengkapi untuk pemindahan mekanis, sedangkan yang membuang sampahnya di pembuangan terbuka. Terdapat lainnya hanya berupa container metal besar, bak beton, dan/ beberapa kasus kota kecil (mis. Bajera) yang tidak memiliki atau tempat terbuka. tempat pembuangan resmi. Akibatnya, baik pekerja sampah dan penghuni menggunakan tempat pembuangan illegal Pengangkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir adalah karena tidak ada pilihan legal lainnya. tanggung jawab dari Dinas Kebersihan (DK). Usaha komersial dan industri besar di Jakarta harus membuang sampahnya sendiri dengan bantuan DK dan/atau kontraktor umum. Sampah pasar dikumpulkan oleh truk pemerintah daerah. Jumlah truk pengumpul sampah tetap sedikit selama sepuluh tahun terakhir meski jumlah penduduk tumbuh secara signifikan dan lebih banyak sampah padat yang dihasilkan. DK tetap menggunakan alat pemadat dan truk mekanis lainnya meskipun telah ditunjukkan bahwa truk tersebut mahal dan tidak efisien (lihat Tabel 16). Tabel 16. Biaya Operasi Armada Persampahan di Jakarta Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Biaya per Tahun (US$) 1986 1990 1990 Bak terbuka 223 129 7.220 Alat pemadat 219 277 21.280 Tipper 213 215 8.760 Tipper,crane 11 13 n.a. Arm Roll 68 102 11.410 Sumber: Porter,R., "The Economics of Waste and Water: A Case Study of Jakarta, Indonesia," Avebury Ashgate Publishing Ltd, England, 1996. 36 Limbah Padat Dan Berbahaya Pengolahan dan Pembuangan Opsi pengolahan yang mungkin untuk limbah padat termasuk pembuatan kompos, anaerobic digestion, pembakaran, dan sanitary landfilling (Lihat tabel 17). Sampah padat rumah tangga yang mencapai lokasi pembuangan ini mempunyai kelembaban dan kandungan organic tinggi dan nilai kalori rendah, serupa dengan kebanyakan negara berkembang di Asia. Pembuatan kompos dan sanitary landfill adalah teknologi paling sesuai untuk pengolahan dan pembuangan, sedangkan pembakaran kurang efektif dan mahal. Pembakaran harus dibatasi pada pengolahan limbah medis yang menular dan limbah berbahaya. Pembuangan terbuka ilegal masih saja merupakan bentuk pembuangan yang paling banyak terdapat di negeri ini, dengan 90 persen sampah dibuang dengan cara ini. Landfill terkontrol dan landfill saniter hanya berjumlah sedikit. Tabel 17. Cara-cara pembuangan sampah padat perkotaan di negara tertentu, 1997 (persentase sampah padat yang dibuang dengan menggunakan masing-masing cara) Landfilling Tempat pembuangan terbuka Kompos Insinerasi Lain-lain Australia 80 - 10 5 5 Korea 60 20 5 5 10 Malaysia 30 50 10 5 5 Cina 30 50 10 2 8 India 15 60 10 5 10 Indonesia 10 60 15 2 13 Filipina 10 75 10 - 5 Pakistan 5 80 5 - 10 Vietnam - 70 10 - 20 Sri Langka - 85 5 - 10 Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup, Singapura, Laporan Tahunan, 1997. Pembuatan kompos Sanitary landfill (Penimbunan) Masyarakat Indonesia secara tradisional melakukan Di Indonesia, tempat pembuangan hanya dikembangkan di composting untuk membuang sampahnya. Composting ialah beberapa daerah perkotaan besar. Hanya terdapat satu dekomposisi dari sampah organic dengan kondisi terkendali tempat pembuangan di Jakarta , yaitu Sistem Pembuangan untuk menghasilkan pengkondisi tanah, kompos atau pupuk Saniter Bantar Gebang, yang mulai beroperasi tahun 1989. organic. Namun selama 20 tahun terakhir, praktek kompos Tempat ini milik DK dan terletak kira-kira 40 km dari pusat telah berkurang akibat semakin banyaknya penggunaan kota. Kira-kira 5.500 ton sampah padat kota dikirim setiap pupuk kimia.. Namun, sejak awal tahun 1990 an beberapa hari oleh sekitar 1.500 truk sampah. Tempat pembuangan ini kota dan komunitas telah merintis proyek pengkomposan. buka 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan meminta bayaran Rp 8.000/ton. Tempat pembuangan ini juga mempunyai 3 Peraturan untuk fasilitas kompos terbatas : para operator mesin pemadat; namun hanya satu yang tampaknya hanya diminta untuk meminimalkan berkembang biaknya lalat dipergunakan. Praktek sanitary landfill yang dapat diterima dan memantau dan menanggapi keluhan dari masyarakat. tidak dijalankan secara konsisten; misalnya, penutup tanah Hasil uji untuk logam berat, yang dilakukan pada tahap awal dapat diberikan setiap tiga bulan. Sekitar 640 pemulung dari pelaksanaan proyek kompos, menunjukkan bahwa terdaftar untuk bekerja di dan/atau di sebelah penimbunan. proyek itu memenuhi standar kompos untuk logam berat. Rekor operasi dari Bantar Gebang rendah, sebagian besar karena kurangnya sumber daya keuangan, staf yang terlatih dan terampil, dan kurangnya dukungan politik dari pemerintah daerah. 37 Limbah Padat Dan Berbahaya Saat air merembes melalui sampah padat di timbunan, air Terdapat tiga incinerator di Indonesia. Sebuah incinerator akan menyerap zat kimia dan mikro organisme yang terdapat di Surabaya dikembangkan melalui kemitraan swasta-publik pada bahan yang membusuk. Keluarnya cairan secara tak pada tahun 1989-90. Fasilitas pembakaran 200 ton per hari terkontrol dari timbunan sampah padat, yang disebut mulai beroperasi tahun 1991. Kandungan energi rendah leachate, mencemarkan air tanah dan air permukaan dan dari sampah di Surabaya (antara 900 sampai 1,200 kcal/kg) menimbulkan bahaya lingkungan dan kesehatan untuk menimbulkan masalah start-up, dan bahan bakar harus terus daerah sekitarnya. Bila dikelola dengan baik, leachate ditambah untuk memelihara pembakaran, bahkan selama dikumpulkan dalam sistem pengumpul leachate dan musim kering dan setelah 5 hari pengeringan udara di shed. dipompa ke fasilitas pengolahan dimana akan mengalami Karena kekurangan tempat untuk sistem pengeringan udara, pengolahan sebelum dibuang. fasilitas ini hanya membakar 170 ton per hari. Selain itu, Gas tempat pembuangan dikeluarkan secara pasif dengan fasilitas ini tidak menggunakan sistem kontrol partikulat atau menggunakan perkolasi vertical. Gas tempat pembuangan, gas, dan instalasinya dapat menambah biaya keseluruhan yang mirip dengan gas alam, dihasilkan pada saat dari fasilitas dengan paling sedikit 50 persen. dekomposisi sampah di penimbunan dan pembuangan terbuka dan biasanya mengandung 50 persen gas rumah kaca yang keras, methan, yang memberi sumbangan untuk Limbah berbahaya ialah limbah yang, secara tersendiri atau pemanasan global. Gas methan yang dihasilkan oleh tempat setelah berhubungan dengan limbah lain, mempunyai cirri penimbunan besar dapat dikonrol secara efektif dengan seperti reaksi kimia, beracun, korosif, atau mempunyai mengumpulkan dan mengkonversikan gas menjadi energi kecenderungan untuk meledak, yang berisiko bagi kesehatan yang dapat dijual. Di seluruh dunia, pengembangan manusia atau lingkungan. Limbah berbahaya dihasilkan dari produksi energi dari gas tempat pembuangan telah kegiatan industri, perdagangan, dan pertanian, dan dapat dianjurkan dengan kuat dan didorong. Misalnya, di Santiago, berbentuk padat, cair atau lumpur yang memberi risiko yang Chile, gas tempat pembuangan dapat memenuhi 40 persen akut dan kronis bagi kesehatan masyarakat atau lingkungan.67 permintaan jaringan distribusi gas kota dan juga dikirim ke pabrik pengolahan makanan untuk digunakan sebagai Produksi Limbah sumber bahan bakar bagi boiler pabrik. Perkiraan konservatif bagi Indonesia adalah 1 juta ton limbah berbahaya yang dihasilkan selama tahun 2000.68 Di Pembakaran dan Fasilitas Pembakaran (Insinerator) Indonesia, industri utama yang menghasilkan limbah Pembakaran sampah dipraktekkan di kota dan desa untuk berbahaya ialah tekstil, pengerjaan logam, kimia (termasuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga. Hal ini juga produsen petrokimia, pestisida, pupuk, tinta dan pewarna), dilakukan oleh pemulung di tempat pebuangan sampah otomotif, elektronika, dan industri minyak dan gas. Di daerah untuk memisahkan bahan yang dapat diaur ulang dari dengan konsentrasi tinggi industri rumah, seperti Bali, dengan sampah. Kebakaran secara tak sengaja sering mulai di industri besar pewarna tekstil, dan tidak ada metode tempat pembuangan, disebabkan oleh api yang menyalakan pembuangan limbah yang resmi, kemungkinan terjadinya gas methan hasil dekomposisi bahan organik. pencemaran perairan dengan limbah beracun dan anorganik Fasilitas pembakaran terpusat dianjurkan oleh beberapa semakin memprihatinkan. kalangan sebagai solusi potensial bagi masalah sampah yang semakin besar di Indonesia. Namun incinerator bukan pilihan yang efektif untuk meniadakan sampah padat perkotaan di Indonesia, karena sifat sampah itu yang tidak sesuai (kelembaban dan kandungan organic tinggi serta nilai kalori rendah), kurangnya kualitas yang konstan dan konsisten dari aliran limbah dan suhu operasi, biaya konstruksi dan operasi yang tinggi, dan pemantauan dan pengawasan yang lemah. 38 Limbah Padat Dan Berbahaya Respon Gbr. 37: Limbah B3 yang diproses di Pusat pengolahan Cileungsi (000 ton) Monitoring dilakukan secara terbatas dan konsentrasi merkuri, tembaga, atau chromium tidak diukur secara tetap. Ada indikasi bahwa sejumlah besar limbah beracun dan berbahaya dibuang di tempat pembuangan secara tidak terkontrol dan dibuang di sungai dengan limbah industri lainnya. Hanya sedikit mekanisme pengembalian biaya (cost-recovery) untuk pengolahan limbah yang mahal; hal ini merupakan disinsentif bagi industri untuk membuang limbah berbahaya di fasilitas pengolahan yang ada. Pusat Pengolahan Limbah Berbahaya Cileungsi di dekat Jakarta mulai beroperasi tahun 1994. Pusat Pengolahan ini Catatan : Data tahun 2002 diekstrpolasi linier dari data September mempunyai kemampuan pemrosesan (lihat gambar 37) selain (24.000 ton) daerah penyimpanan yang aman dan tempat pembuangan Sumber : Hilman M. 2002. yang dilapisi untuk pembuangan bahan beracun yang distabilkan dan pada tingkat rendah. Ini merupakan fasilitas Gbr. 38 : Izin pengolahan B3 yang diterbitkan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup satu-satunya di Indonesia. Baru-baru ini pengolahan seperti untuk daur ulang pelarut, pengolahan asam dan basa, pengambilan timah dan perak dari industri elektronik, pengambilan kembali tembaga, pengolahan air limbah berbahaya dengan penguapan, tersedia dalam skala kecil di Indonesia. Selain itu, Kantor Menteri Lingkungan Hidup telah menerbitkan sejumlah 219 izin untuk penghasil limbah berbahaya guna mengolah limbahnya sendiri, yang mulai berlaku November 2002 (lihat gambar 38).69 Sumber: Hilman M. 2002. Biaya Manajemen Limbah Padat Data dan informasi mengenai alokasi anggaran perkotaan Sumber Pendapatan dan pengeluaran swasta untuk pengelolaan limbah padat Semua daerah perumahan di Jakarta diharapkan membayar jarang dan/atau sulit diperoleh. Berbagai lembaga untuk pengumpulan awal sampah. Tergantung pada tingkat pemerintah yang terlibat dalam manajemen limbah padat penghasilan masyarakat dan/atau tingkat layanan yang tidak menyusun biaya untuk layanan yang diberikan. Biaya dikehendaki, rumah tangga membayar mulai beberapa ru- penyusutan dari fasilitas dan peralatan, layanan hutang, piah hingga maksimum 3 US dolar sebulan. Kira-kira separuh asuransi dan utilitas tidak diperhitungkan, sehingga biaya dari biaya ini digunakan untuk menutup layanan pemilikan dan operasi tidak diketahui jelas. Selama tahun pengumpulan sampah, dan sisanya untuk keamanan 1990an, GOI mengalokasi rata-rata 0,4 persen dari GDP bagi lingkungan dan acara khusus. Penghuni yang lebih miskin prasarana umum perkotaan; namun, hanya 8 persen dari ini dirugikan oleh sistem ini karena jasa pengumpulan dikaitkan (sekitar 0,03 persen GDP) dikeluarkan untuk layanan dengan pendapatan kecil yang dihasilkan. Untuk sebagian pengelolaan limbah padat. besar kota di Indonesia, hanya sedikit atau tidak tersedia data untuk menunjukkan biaya yang dibayar di tingkat lokal untuk pengumpulan sampah primer. 39 Limbah Padat Dan Berbahaya Biaya sampah dikumpulkan oleh kelurahan untuk menutupi Pelaksanaan undang-undang biaya transportasi dan pembuangan akhir. Meskipun ada peraturan mengenai jumlah yang harus dibayar oleh Pelaksanaan undang-undang yang ada umumnya lemah berbagai sumber penghasil sampah, biaya yang akibat kurangnya kemauan politik, tidak memadainya sebenarnya dikumpulkan sangat rendah. Dalam hal kota koordinasi antara berbagai lembaga, kemampuan teknis Jakarta, hanya 1 persen dari ongkos sampah disampaikan yang rendah untuk membuktikan pelanggaran, akses terbatas ke DK. Untuk menutupi perbedaan dalam ongkos yang pada informasi, dan kurangnya pendanaan. Untuk hilang, pemerintah daerah menggunakan dana umumnya memperbaikinya Pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk membayar tahap pengelolaan sampah ini. Kota-kota mencoba melengkapi peraturan perintah dan pengawasan lain lebih aktif dalam hal mencari jalan untuk mengumpulkan yang ada dengan instrumen berdasarkan pasar dan ongkos tersebut. Misalnya, Surabaya melakukannya melalui kemitraan publik-swasta. tagihan air, dan Bandung melalui tagihan listrik. Selain Program KENDALI limbah Beracun dan Berbahaya (B3) yang mengumpulkan dan mengelola ongkos melalui diadakan oleh Bapedal dari 1995 hingga 1997 dirancang desentralisasi, pemerintah daerah bertanggung jawab sebagai program kemitraan strategis untuk mengelola limbah secara keseluruhan untuk pendanaan dan pengembalian beracun dan berbahaya. Program ini bertujuan untuk biaya dari layanan pengelolaan limbah padat. meningkatkan kesadaran mengenai peraturan dan ketaatan terhadap peraturan di kalangan penghasil limbah berbahaya. Melalui program ini, jumlah perusahaan yang mendaftar untuk izin mengolah limbah berbahaya dapat dikatakan meningkat. Pada tahun 1995, 89 industri, yang Kerangka legislative dipilih dari daftar penghasil limbah berpartisipasi dalam pro- Undang-undang dan peraturan khusus dikembangkan untuk gram ini.70 Di bawah program ini, kalangan industri mengelola layanan limbah padat secara baik dan efisien. disyaratkan menanda tangani pernyataan bahwa mereka Dengan desentralisasi, kotamadya dan kabupaten berhak akan memenuhi peraturan. Program ini memberikan bantuan merencanakan dan mengelola layanan lingkungan, termasuk teknis dan bimbingan kepada perusahaan, kenyataannya, pengelolaan limbah padat. Sementara desentralisasi setelah berpartisipasi dalam program, jumlah perusahaan diharapkan membawa perbaikan dalam kualitas layanan yang taat terhadap peraturan meningkat hingga 96 persen yang ditawarkan, masih terlalu dini untuk menilai adanya setelah hampir dua tahun.71 Program ini berakhir tahun 1997 perubahan dalam kondisi. karena memburuknya keadaan ekonomi. Kelembagaan Sebelum desentralisasi, manajemen limbah padat ditangani oleh beberapa departemen dan kementrian : Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, BPPT, BAPEDAL, dan Sub Direktorat Pengelolaan Limbah Padat. Struktur ini menimbulkan tumpang tindih tanggung jawab dan lemahnya pelaksanaan dan penegakan undang-undang dan peraturan limbah padat. Dengan desentralisasi, pemerintah daerah mendapat lebih banyak tanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan program manajemen limbah padat di daerahnya. 40 Limbah Padat Dan Berbahaya Perundangan mengenai Limbah Padat dan Berbahaya Legislasi Isu dan Pengaturan Kegiatan Undang-Undang No. 23 (1997) menegani Pengelolaan Memberi mandat kepada Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengatur Lingkungan seluruh aspek pengendalian polusi termasuk ketentuan umum untuk mengelola limbah padat, beracun dan berbahaya. Peraturan Pemerintah No. 18 (1999) mengenai Pengelolaan Peraturan ini mendefinisikan parameter, definisi dan kerangka untuk Limbah Berbahaya dan Beracun pengelolaan limbah berbahaya dan beracun. Melarang impor batere timbal acid sejak September 2002. Peraturan Pemerintah No. 85 (1999) mengenai Perubahan Peraturan ini mengandung beberapa perubahan terhadap Peraturan terhadap Peraturan Pemerintah No.18 (1999) mengenai Pemerintah No. 18 (1999) menegnai proses identifikasi awal dan pedoman Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. toksikologi. Peraturan Pemerintah No. 74 (2001) mengenai Pengelolaan Peraturan ini adalah pengembangan yang signifikan dari kedua peraturan Limbah Berbahaya dan Beracun. sebelumnya. Disini terdaftar 209 bahan kimia beracun . Peraturan ini menyatakan bahwa: · Setiap perorangan dan perusahaan dilarang membuang limbah beracun secara langsung ke dalam air, tanah atau udara; · Penghasil limbah beracun diwajibkan memroses limbah beracun; · Diperlukan izin untuk mengumpulkan, mengangkut dan mengolah, termasuk pembuangan akhir. Keputusan Kepala BAPEDAL No Kep-68 /BAPEDAL/05 /1994 Keputusan ini memberi pedoman perizinan bagi perusahaan untuk mengenai Prosedur untuk mendapat lisensi/Izin untuk Menyimpan, menyimpan, mengumpulkan, mengoperasikan, menimbun dan mengolah Mengumpulkan, Operasi dari Alat Pengolahan, Pengolahan dan limbah berbahaya dan beracun. Penimbunan Limbah Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep- 01 /BAPEDAL/ 09 /1995 Keputusan ini mengatur pengumpulan dan penyimpanan limbah mengenai Prosedur dan Pedoman Teknis untuk Menyimpan dan berbahaya dan beracun. Mengumpulkan Limbah Berbahaya dan Beracun Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep- 02 /BAPEDAL/ 09 /1995 Keputusan ini mengatur dokumentasi penanganan limbah berbahaya mengenai Persyaratan Dokumentasi untuk Limbah Berbahaya dan beracun. dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-03 /BAPEDAL/09 /1995 Keputusan ini mengatur syarat teknis pengelolaan yang benar dari mengenai Persyaratan Teknis untuk Pengelolaan Limbah penanganan limbah berbahaya dan beracun. Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No.Kep-04 /BAPEDAL/ 09 /1995 Keputusan ini mengatur lokasi untuk penimbunan limbah berbahaya dan mengenai Prosedur dan Persyaratan untuk Penimbunan Hasil beracun dan penanganan pengolahan limbah. Pengolahan Limbah B3, Persyaratan untuk Bekas Lokasi Pengolahan Limbah dan Bekas Lokasi Penimbunan Limbah Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No.Kep-05 /BAPEDAL/09 /199 Keputusan ini menetapkan penggunaan yang benar dari symbol dan mengenai Penggunaan Simbol dan Label untuk Limbah label limbah berbahaya dan beracun. Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-255 /BAPEDAL/ 08 /1995 Mengklasifikasi pelumas mesin bekas dalam golongan beracun dan mengenai Prosedur dan Pedoman Teknis untuk Penyimpanan mengatur penanganan yang benar dari pelumas mesin bekas dan dan Pengumpulan dari Pelumas Mesin Bekas. menegakkan peraturan yang ada. Surat Edaran dari Kepala BAPEDAL No. 08/SE/02/1997 mengenai Penyerahan Pelumas Mesin Bekas. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-02 /BAPEDAL/ 01 /1998 Keputusan ini menetapkan pedoman yang benar untuk pejabat propinsi mengenai Pedoman Pemantauan Manajemen Limbah Berbahaya dan kecamatan untuk mengelola dan memantau limbah berbahaya dan dan Beracun di Daerah. beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep- 03 /BAPEDAL/01/1998 Keputusan ini merintis peogram kemitraan guna mengkoordinasi upaya mengenai Inisiatif Kemitraan untuk Pengolahan dan Pengelolaan nasional untuk menangani limbah berbahaya dan beracun, yang meliputi Limbah Berbahaya dan Beracun. pejabat BAPEDAL daerah dan perusahaan daerah. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-03 /BAPEDAL/ 01 /1998 Keputusan ini menetapkan 9 propinsi pilot prioritas untuk berpartisipasi mengenai Propinsi Prioritas dalam Inisiatif Kemitraan untuk dalam Inisiatif Kemitraan untuk program Pengolahan dan Pengelolaan Pengolahan dan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. Limbah Berbahaya dan Beracun. 41 Isu Global Indonesia turut serta dalam sejumlah konvensi internasional Lapisan Ozon yang dirancang untuk menangani masalah lingkungan glo- bal dan lintas batas (lihat Tabel 18 untuk daftar konvensi terkait Tujuan dari Protokol Montreal ialah untuk melindungi lapisan polusi). Melalui kerjasama dan kolaborasi dengan masyarakat ozon dengan mengambil tindakan untuk phase out emisi bahan internasional, Indonesia melaksanakan sejumlah instrumen yang mengurangi ozon (ODS) secara global, sementara dalam upaya untuk menghadapi isu lingkungan yang mempertimbangan faktor teknis, lingkungan dan ekonomi, memprihatinkan. selain kebutuhan negara berkembang. Sejak Indonesia mengawali kegiatan pengurangan ODS di 1993, konsumsi ODS telah berkurang dari 7.728 ton (Ozone Depleting Poten- Perubahan Iklim tial [ODP] ) menjadi total konsumsi 5.019 ODP pada 2001. Emisi gas rumah kaca di Indonesia diproyeksikan akan Keberhasilan ini dimungkinkan oleh kombinasi dari kebijakan, meningkat dengan cepat di tahun-tahun mendatang. Emisi kegiatan menciptakan kesadaran dan dukungan finansial dari CO2 dari sektor energi diproyeksikan akan naik tiga kali antara Dana Multilateral untuk membantu sejumlah besar usaha guna 2000 dan 2020, saat porsi batubara dalam persediaan energi mengkonversi produksinya dari penggunaan ODS ke teknologi diperkirakan meningkat dengan faktor 10. Pada 1994 (tanggal pengganti. Total dukungan finansial dari MLF pada Maret inventaris emisi terakhir). Emisi tiga gas rumah kaca utama 2002 adalah sekitar US$ 37 juta. Pengurangan total dari ODS (GHG) di Indonesia : karbon dioksida, metana dan nitrogen di Indonesia dijadwalkan pada Desember 2007. oksida berjumlah sekitar 343 juta ton CO2 ekivalen.72 Tambahan 156 juta ton emisi CO2 netto disebabkan oleh Indonesia telah menerima dana dari Dana Multilateral Protokol perubahan tata guna lahan (terutama penggundulan hutan) Montreal melalui Bank Dunia, UNDP, UNIDO dan UNEP untuk dan pertanian, bertanggung jawab atas emisi 85 juta ton CO2 melaksanakan pengurangan. ekivalen. Persistent Organic Pollutants (POPs) Studi Strategi Nasional (NSS) Konvensi Persistent Organic Pollutants, yang meliputi 12 Indonesia merupakan bagian dari komunitas 30 negara yang bahan kimia sintesa, diberlakukan pada 22 Mei 2001 dan ditargetkan secara aktif oleh program NSS, yang memberi ditandatangani oleh Indonesia. Pemerintah RI sedang bantuan kepada negara tuan rumah untuk mengembangkan mempersiapkan strategi nasional untuk manajemen POPs dan pendekatan nasionalnya untuk pemanfaatan Clean Develop- pengurangan. POPs adalah senyawa karbon yang tetap utuh ment Mechanism (CDM) dan Joint Implementation (JI) di dalam di lingkungan untuk jangka panjang, tersebar luas, terkumpul kelompok khusus peluang dan kendala. CDM ialah dalam jaringan lemak organisme hidup dan beracun bagi mekanisme fleksibel yang termasuk di dalam Protokol Kyoto. manusia dan satwa. POPs termasuk pestisida (mis. DDT), Mekanisme ini memungkinkan negara dengan pembatasan bahan kimia industri (mis. PCB); dan produk sampingan tak emisi gas rumah kaca dan komitmen pada pengurangannya, disengaja dari proses industri atau pembakaran (dioksin dan untuk turut serta dalam kegiatan berdasarkan proyek di negara furan). berkembang dengan tujuan membantu negara berkembang mencapai pembangunan berkelanjutan dan membantu Limbah Berbahaya Lintas Batas negara Annex B untuk memenuhi targetnya guna mengurangi Tujuan Konvensi Basel ialah manajemen lingkungan yang emisi. Proyek-proyek CDM menghasilkan unit pengurangan baik dari limbah berbahaya. Pada 1988, Indonesia emisi GHG yang disebut reduksi emisi sertified (CERs), Pro- melaporkan produksi limbah berbahaya 17.131 MT. Tujuan gram NSS Indonesia, yang diawasi oleh Kantor Menteri Negara Konvensi ialah: (i) mengurangi pergerakan lintas perbatasan Lingkungan Hidup, dengan dukungan German Agency for dari limbah berbahaya sekecil mungkin; (ii) membuang limbah Technical Cooperation (GTZ), Lembaga Australia untuk ini sedekat mungkin dari tempat dihasilkannya; (iii) Pengembangan Interasional (AusAID) dan Bank Dunia meminimalkan produksinya. mengembangkan strategi untuk menarik investasi CDM dan melaksanakan proyek CDM di Indonesia. Ini merupakan studi pertama dari program NSS yang diselesaikan di wilayah Asia. 42 Isu Global Tabel 18: Konvensi Global Terkait Polusi dan Indonesia Judul Tanggal Ditandatangani Tanggal Ratifikasi Konvensi mengenai Penilaian Dampak Lingkungan dalam Konteks Lintas Batas, Espoo, 1991 Februari 5, 1991 September 10, 1997 Annex 16, jilid II (Perlindungan Lingkungan: Emisi Mesin Pesawat Terbang) bagi Konvensi Chicago Desember7,1944 April 4, 1947 1044mengenaiPenerbanganSipilInternasional,Montreal,1981 Konvensi mengenai Polusi Udara Lintas Batas Jangka Panjang (LRTAP), Jenewa, 1079 November13,1979 Maret 16, 1983 United Nations Framework Convention mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC), New York, 1002 Mei 9, 1992 Maret 21, 1983 Konvensi Wina untuk Perlindungan Lapisan Ozon, Wina, 1985 September 16, 1987 January1,1989 Protokol Montreal mengenai Bahan yang Mengurangi Lapisan Ozon, Montreal 1987 Juni 1, 1992 Konvensi mengenai Larangan Impor ke Afrika dan Kontrol Pergerakan Lintas Batas dan Pengelolaan Januari30,1991 April 2, 1998 Limbah Berbahaya di Afrika, Bamako, 1991 KonvensimengenaiKontroldariPergerakanLintasBatasdariLimbahBerbahayadanPembuangannya Maret 22, 1998 Mei 5, 1992 (Konvensi Basel), Basel, 1989. Konvensi untuk Melarang Impor dari Limbah Berbahaya dan Radioaktif ke Negara Kepulauan Forum September 16, 1995 dan Mengontrol Pergerakan Lintas Batas dan Pengelolaan Limbah Berbahaya di Daerah Pasifik Selatan ( Konvensi Waigani), Waigani, 1995 KonvensimengenaiPencegahanPolusiLautolehDampingLimbahdanBahanLain(KonvensiLondon Desember29,1972 Agustus 30, 1975 1972),London1972 Konvensi Internasional untuk Mencegah Polusi dari Kapal, 1973, seperti dimodifikasi oleh Protokol Februari 17, 1978 Oktober 2, 1983 1978 sehubungan dengannya (MARPOL) 73/78), London, 1973 dan 1978 Konvensi Internasional mengenai Pertanggung Jawaban Sipil untuk Kerusakan dari Polusi Minyak November28,1969 Juni 19, 1975 1969 (1969 CLC), Brussels, 1969, 1976, dan 1984. Konvensi Internasional mengenai Kesiapan, Respon dan Kerjasama untuk Polusi Minyak (OPRC), November30,1990 Mei 13, 1995 London,1990 KonvensiInternasionalHubunganIntervensidiLautLepasdalamhalKorbanPolusiMinyak(Konvensi November29,1969 Mei 6, 1975 Intervensi), Brussels, 1969 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Kelautan (UNCLOS), Montego Bay, 1982 Desember10,1982 November16,1994 Konvensi mengenai Konservasi Sumber Daya Kehidupan Laut Antartika (CCAMLR), Canberra, 1980 Mei 20, 1980 April 7, 1982 Konvensi mengenai Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia (Konvensi Warisan Dunia), Paris, November16,1972 Desember17,1975 1972 Konvensi mengenai Keragaman Hayati (CBD), Nairobi, 1992 Juni 5, 1992 Desember29,1993 Konvensi mengenai Konservasi dari Spesies Hewan Hidup yang Bermigrasi (CMS), Bonn, 1979 Juni 23, 1979 November1,1983 KonvensimengenaiLahanBasahyangPentingsecaraInternasionalterurtamasebagaiHabitatBurung Februari 2, 1971 Desember21,1975 Perairan (Konvensi Ramsar), Ramsar, 1971 Perjanjian Perkayuan Tropis Internasional, 1994 (ITTA, 1994), Jenewa, 1994 November18,1983 April 1, 1985 Konvensi mengenai Perlindungan dan Penggunaan Jalur Air Lintas Batas dan Danau Internasional, Maret 17, 1992 Oktober6, 1996 Helsinki, 1992 KonvensimengenaiBantuandalamhalKecelakaanNukliratauKeadaanDaruratRadiologi(Konvensi September 26, 1986 Februari26,1987 Bantuan), Wina, 1986 Konvensi mengenai Pemberitahuan Awal mengenai Kecelakaan Nuklir (Konvensi Pemberita huan), September 26, 1986 Oktober 27, 1987 Wina,1986 Konvensi mengenai Keamanan Nuklir, Wina, 1994 Juni 17, 1994 Oktober 24, 1996 43 Struktur Kelembagaan Struktur Kelembagaan dari Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup ialah otoritas pusat di Indonesia untuk masalah lingkungan. Bertanggung jawab secara keseluruhan atas strategi, perundangan, perumusan kebijakan, penetapan standar kualitas lingkungan, ketaatan , pemantauan dan pelaksanaan peraturan polusi, pembangunan kesadaran, partisipasi masyarakat, pembangunan kapasitas, penilaian dampak lingkungan, riset lingkungan, pengumpulan , pengelolaan dan sosialisasi data. Juga mengawasi dan mendukung propinsi untuk mengelola dan melaksanakan kebijakan dan peraturan nasional. . Sumber: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2002. 44 Daftar Istilah Lingkungan Ambient Measurement : pengukuran konsentrasi zat atau Pollutant: Umumnya, zat apapun yang dimasukkan ke polutan di dalam lingkungan langsung dari organisme; diambil lingkungan yang mempengaruhi secara negatif manfaat untuk mengkaitkan dengan jumlah eksposur yang mungkin. sumber daya atau kesehatan manusia, hewan atau ekosistem. Akuifer: formasi, geologi bawah tanah, atau kelompok formasi, Run-Off: Bagian dari air hujan, salju yang meleleh , atau air yang menjadi sumber air tanah. irigasi yang mengalir di atas tanah ke kali atau air permukaan Biochemical Oxygen Demand (BOD): Jumlah oksigen yang lainnya. Dapat membawa polutan dari air dan tanah ke dalam dikonsumsi dalam proses biologi yang mengurai bahan or- air. ganic di dalam air. Makin besar BOD, makin besar derajat Salinisasi/Saline Intrusion: Invasi air tawar di permukaan atau polusi organik. di dalam tanah oleh air garam. Dissolved Oxygen (DO): Oksigen yang tersedia bebas di dalam Sewage: Limbah dan air limbah yang dihasilkan dari sumber air, penting bagi ikan dan kehidupan akuatik lain dan untuk hunian dan perdagangan dan dibuang ke saluran mencegah bau. Level DO dianggap indicator paling penting pembuangan. dari kemampuan perairan itu untuk mendukung kehidupan akuatik yang diinginkan. Pengolahan limbah sekunder dan Standar: Norma yang memberi batasan pada jumlah polutan lanjut umumnya dirancang untuk memastikan cukupnya DO atau emisi yang dihasilkan. dalam air yang menerima limbah. Subsidence: Gerakan menurun dari permukaan tanah yang Effluent: Air limbah - diolah atau tidak - yang mengalir keluar berhubungan dengan pemompaan air tanah, terutama dimana dari pusat pengolahan, saluran air limbah atau pipa pemompaan itu melebihi hasil aman dan permukaan air telah pembuangan industri. Umumnya berarti air yang dibuang ke turun. air permukaan. Suspended Solids: Partikel kecil polutan padat yang Logam Berat: Unsur logam dengan berat atom tinggi (mis. mengapung pada permukaan atau tersuspensi dalam air merkuri, khrom, kadmium, arsen dan tmbal); dapat merusak buangan atau cairan lain. Tidak dapat dibuang dengan cara makhluk hidup dalam konsentrasi rendah dan cenderung konvensional. terakumulasi di rantai makanan. Total Colliform Bacteria (TCB): Kumpulan dari mikroorganisme Most Probable Number (MPN): Perkiraan dari kerapatan mi- tidak merusak yang hidup dalam jumlah besar di usus manusia crobial per satuan volume sampel air, berdasarkan teori dan hewan berdarah dingin, Subkelompok spesifik dari koleksi kemungkinan. ini adalah bakteri coliform fecal - yang kehadirannya di lingkungan akuatik menunjukkan bahwa air telah Organic Pollution: Limbah karbon yang terkandung dalam terkontaminasi denganmateri feces manusia atau hewan lain. materi tumbuhan atau hewan dan berasal dari sumber rumah tangga atau industri. Total Suspended Solids: Ukuran dari zat padat teruspensi di dalam air limbah, limbah cair atau perairan, yang ditentuan Ozone Depleting Potential (ODP): ODP dari suatu zat oleh tes untuk total suspended non-filterable solids (lihat sus- menunjukkan kapasitasnya untuk mengurangi lapisan ozon pended solid). relatif terhadap CFC 11. Standar Kualitas Air: standar yang menentukan penggunaan Pestisida: Bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan perairan dan menetapkan criteria kualitas air yang harus untuk mencegah, menolak atau mengurangi hewan dipenuhi untuk melindungi penggunaan yang telah ditentukan. pengganggu. Watershed/Daerah aliran sungai: areal lahan yang airnya Point Source: Lokasi tetap atau fasilitas tetap dari mana polutan mengalir ke sebuah kali; daerah aliran untuk sungai besar dikeluarkan; sumber polusi tunggal yang dapat dikenal ; mis. dapat meliputi sejumlah daerah aliran lebih kecil yang pada pipa, saluran, kapal, galian tambang, cerobong asap pabrik. akhirnya bergabung menjadi satu. Sumber: Berdasarkan United States Environmental Protection Agency "Terms of the Environment", Mei 1998. 45 Indonesia Sekilas Panding Asia KEMISKINAN dan SOSIAL Timur Penghasilan Indonesia dan Pasifik Rendah 2000 Penduduk, pertengahan tahun (Juta) 210,4 1.853 2.459 GNI per kapita (Metode Atlas, US$) 570 1.060 420 GNI (Metode Atlas, US$ milyar) 119,9 1.964 1.030 Pertumbuhan rata-rata per tahun, 1994-00 Penduduk (%) 1,5 1,1 1,9 Tenaga kerja (%) 2,5 1,4 2,4 Perkiraan Terakhir (tahun terakhir tersedia. 1994-00) Kemiskinan (% penduduk di bawah garis kemiskinan nasional) 24 .... Penduduk kota (% total penduduk) 41 35 32 Harapan hidup pada saat lahir (tahun) 66 69 59 Kematian anak (per 1.000 kelahiran hidup) 46 35 77 Malnutrisi anak (% anak di bawah 5) 70 13 Akses ke sumber air yang diperbaiki (% penduduk) 76 75 76.. Buta huruf (% penduduk berumur 15 +) 10 14 38 Pendaftaran bruto di sekolah dasar (% populasi usia sekolah) 113 119 96 Laki-laki 115 121 102 Perempuan 110 121 86 RASIO EKONOMI KUNCI dan TREND JANGKA PANJANG 1980 1990 1999 2000 GDP (US$ milyar) 76,4 114,4 141,3 153,3 Investasi domestik kotor/GDP 24,6 30,7 12,2 17,9 Ekspor barang dan jasa/GDP 34,9 25,3 35,2 38,5 Tabungan domestik bruto/GDP 32,3 20,2 25,7 Tabungan nasional bruto/GDP 38,8.. 28,1 13,1 19,2 Saldo rekening /GDP .. -2,6 3,3 4,9 Pembayaran bunga/GDP 1,5 3,0 3,4 4,7 Total hutang/GDP 61,1 106,7 92,5 Total layanan hutang /ekspor 27,4.. 30,5 Nilai hutang saat ini/GDP 106,0 Nilai hutang saat ini/ekspor .... 33,3.... 254,9 25,4.... 1980-90 1990-00 1999 2000 2000-04 (pertumbuhan tahunan rata-rata) GDP 6,1 4,2 0,8 4,8 4,9 GDP per kapita 4,2 2,5 -0,8 3,1 3,4 Ekspor barang dan jasa 2,9 5,4 -31,6 16,1 4,0 STRUKTUR EKONOMI 1980 1990 1999 2000 (% of GDP) Pertanian 24,5 19,4 19,5 16,9 Industri 42,6 39,1 43,7 47,3 Manufaktur 13,3 20,7 25,9 26,0 Layanan 32,9 41,5 36,7 35,8 Konsumsi Swasta 50,4 58,9 73,3 67,3 Konsumsi umum pemerintah 10,7 8,8 6,5 7,0 Impor barang dan jasa 20,6 23,7 27,2 30,7 1980-90 1990-00 1999 2000 (pertumbuhan rata-rata tahunan) Pertanian 3,6 2,1 2,7 1,7 Industri 6,9 5,8 1,9 5,5 Manufaktur 12,6 6,9 3,8 6,2 Layanan 6,9 3,5 -1,0 5,3 Konsumsi Swasta 5,6 6,5 4,6 3,6 Konsumsi umum pemerintah 4,6 0,1 0,7 6,5 Investasi domestik bruto 6,7 -0,3 -23,3 8,9 Impor barang dan jasa 1,2 5,5 -40,7 18,2 Catatan: data 2000 adalah perkiraan awal *ada Diamond menunjukkan empat indicator kunci di dalam negeri ( dalam cetakan tebal) dibandingkan dengan rata-rata kelompok penghasilan. Jika tidak data, diamond nya tidak lengkap. 46 Catatan 1 Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, 2000 2 `Lain' dapat disagregasi : Avgas dan Avitur -5.456; dan 744.143 kiloliter masing-masing 3 Statistik Minyak dan Gas Indonesia, 2002 (angka 1999) 4 Angka 1996 5 R. Abalak, Lead Exposure and Anemia among Children in Jakarta, Indonesia, Final Report, 2001, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Environmental Health, Division of Environmental Hazards and Health Effects (EHHE), Lead Poisoning Prevention Branch 6 M. Kleeman, Energy Use and Air Pollution in Indonesia, Ashgate Publishing Limited 1994. 7 B. Ostro, Estimating. The Health Effects of Air Pollution : A method with an Application to Jakarta, World Bank, 1994. 8 Renat Heuberger,SWISSCONTACT Jakarta, SO2 and NO2 Passive Sampling, Lead Analysis, 2000. 9 B. Ostro, Estimating. The Health Effects of Air Pollution : A method with an Application to Jakarta, World Bank, 1994 10Stasiun pemantauan: Rawa Terate 1, Ancol, Gelora Senayan, Gambir, Duri Kosambi, Cipedak, Pegadungan, Kramat Pela dan Cilincing. 11Ibid. 12J. T. Shah, Nagpal, C. Brandon, eds, URBAIR Guidebook, World Bank, 1997. 13Energy Information Administration, US Department of Energy, 2002. 14Holmes, D., Where Have All the Forests Gone?, The World Bank, 2002 1515Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 1999, Laporan Akhir, Causes, Extent, Impact and Costs of 1997/ 98 Fires and Drought, Bank Pembangunan Asia dan BAPPENAS. 16EMC sekarang dikenal sebagai "Deputi Asisten untuk Fasilitas Pengelolaan Dampak Lingkungan" 17Hilman, M. , Deputy Menteri Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas kerja , November 2002 18M. Kleeman, Energy. 19Ibid. 20Kleeman, M., Energy. 21Tingkat kematian bayi pada 2000 adalah 44 per 1000 kelahiran hidup (dibandingkan 54 kematian per 1000 kelahiran di 1996). 22BPS- Statistik Indonesia, 2000 Statistik Potensial Desa. 23KedutaanBesarAmerikaSerikat,Jakarta (http://www.usembassyjakarta.org/econ/clean%20air.html). 24Nilai dari kasus kematian premature (juga dikenal sebagai nilai kehidupan statistik) diperkirakan sebagai nilai discounted dari penghasilan yang diperkirakan di masa depan pada umur rata-rata. 25Karena nilai absolut dari tunjangan dinyatakan sebagai bagian dari penghasilan urban, angka-angka ini bebas dari perkiraan mengenai penghasilan urban rata-rata. 26Renat Heuberger, Swisscontact, Jakarta "Air Monitoring Jakarta: Assessment of the Quality Monitoring System", 2000. 27Pada tahun 2000, sekitar 729 diuji. 28Swisscontact, Clean Air Project: Inspection & maintenance of Private Cars, Pramono and Heuberger. 29Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997. 30The Little Green Data Book: World Development Indicators, World Bank, 1997. 31Indonesia Environment Report, World Bank, 1994. 32Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997. 33Ibid. 34ADB TA No. 2805-INO, Strengthening of Urban Waste Management Policies and Strategies, 1998. 35International Seminar on Water Supply and Sanitation Sector Reform in the Context of Regional Autonomy; Jakarta, May 21-23, 2001. 36Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR; WB 1997. 37Ibid. 47 Catatan 38BOD ialah jumlah oksigen yang dikonsumsi dalam proses biologis yang menguraikan bahan organic dalam air. Makin banyak BOD, makin banyak derajat polusi. 39Rasio layanan sulit diestimasi secara tepat, karena mereka khususnya tergantung pada perkiraan jumlah rumah tangga yang dilayani per sambungan dan per standpipe. Pada umumnya diakui bahwa rata-rata 7 orang atau 1,6 rumah tangga dilayani oleh sambungan domestik akibat perumahan kolektif, pemakaian bersama oleh dua rumah tangga atau lebih dan membeli dari tetangga. 40Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997. 41Ibid. 42A. Sudjarwo and Y.D. Desa, "Community-Based Sanitation, International Seminar on Water Supply and Sanitation Sector Reform in the Context of Regional Autonomy," Jakarta, May 21-23, 2001. 43Laporan Lingkungan Indonesia, 1994. 44Sakti, Laporan Akhir: Design of Automated Water Quality Monitoring Network in the Brantas River, 1997. 45Design of Automated Water Quality Monitoring Network in the Brantas River - Final Report. Disiapkan untuk PT LIDIPUTA PERTIWI oleh PT. GEMPA SURYA SAKTI, October 1997. 46Laporan Lingkungan Hidup Indonesia 1994; Design of Automated Water Quality Monitoring Network in the Brantas River, 1997. 47Afsah, S., Impact of Financial Crisis on Industrial Growth and Environmental Performance in Indonesia, US-Asia Environmental Partnership, July 1998. 48Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta; JICA, 1991. 49Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997. 50Ibid. 51Tambang Freeport ialah penghasil tambang emas terbesar di dunia; pada tahun 2000 dihasilkan 73,5 ton emas. 52Jenis teknologi dan throughput of ore biasanya dipakai untuk mendefinisikan skala tambang yang berbeda. Namun, Departemen Tambang dan Energi Indonesia mengklasifikasikan kegiatan tambang bukan dari skala operasi namun dari jenis mineral yang dihasilkan dan sistem huruf:'A' untuk mineral yang vital bagi ekonomi (mis. emas, uranium); `B'untuk produk yang terkait energi (mis. batubara;minyak;gas); dan `C' untuk mineral industri (mis. pasir;kerikil;batu kapur); dan tambang emas skala kecil. 53`Chronology of Major Tailings Dam Failures' tersedia di internet di http://antenna.nl/wise-database/uranium/mdaf.html. Meskipun penulis tidak menggolongkannya demikian, sebagian besar dari tambang ini kemungkinan adalah tambang skala- menengah. 54Perkiraan berdasarkan US$100 juta yang dikeluarkan oleh Placer Dome untuk tumpahan tambang Marcopper skala menengah di Filipina. 55Acid rock drainage adalah air dari limbah dan tailing tambang yang menjadi asam oleh oksidasi bahan sulfida. ARD membunuh kebanyakan kehidupan tumbuhan dan hewan. Untuk menghindari ARD, limbah harus tertutup oleh air atau tanah di lokasi impermeable. 56Hamilton, 1998 b., Bank Dunia, laporan Indonesia in Transition. 57Secara teoretis, jika biaya lingkungan di internalisasi , kemudian pada marjin, pengeluaran lingkungan oleh perusahaan dapat cukup untuk 58World Resources Institute (WRI), Reefs at Risk in Southeast Asia, 2000. 59Ibid. 60Eutrophication: Kelebihan nutrien dalam perairan yang menimbulkan penimbunan bentuk kehidupan yang merugikan. 61Peninjauan tahun 1990 terhadap 84 studi mengenai kualitas dan kuantitas air , hygiene, sanitasi dari 30 negara berbeda mengindikasi bahwa perbaikan keadaan air dan sanitasi diharapkan dapat mengurangi kematian sebanyak 55 hingga 60 persen dan morbiditas sebanyak 25 persen. 62Perkiraan ini mengasumsi tingkat kematian kasar 0,007, yang menghasilkan perkiraan kematian 7.000/tahun. 63The Indonesia Environment and Development Report, World Bank, 1994. 64Ibid. 48 Catatan 65Pada umumnya rukun tetangga ialah satuan administrasi terkecil, terdiri dari keluarga, dipimpin oleh perorangan yang dipilih oleh warga. 66Rukun warga menunjukkan satuan administrasi yang terdiri dari beberapa RT yang dipimpin oleh seseorang yang dipilih oleh warga. Pemimpin yang ditunjuk tidak dianggap pejabat pemerintah; namun ia didukung oleh program social pemerintah dan bertindak sebagai penghubung antara otoritas pemerintah local dan warga yang memilihnya. 67Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 2002. 68Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 2002. 69Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 2002 70Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 2002 71Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 2002 72Studi Strategi Nasional mengenai Mekanisme Pengembangan Bersih di Indonesia, Kementrian Lingkungan, 2001. 49 50