59566 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Kantor MDF Jakarta Gedung Bursa Efek Indonesia Tower I/Lantai 9 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12910, Indonesia Tel: (+6221) 5229-3000 Faks: (+6221) 5229-3111 www.multidonorfund.org Dicetak 2010 Publikasi ini diproduksi oleh Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias. Ucapan Terima Kasih Laporan ini disusun oleh Sekretariat Multi Donor Fund , , dengan kontribusi dari Badan Mitra (UNDP WFP ILO dan Bank Dunia) serta tim proyek. Sekretariat Multi Donor Fund dipimpin oleh Manajer MDF Shamima Khan, dengan anggota tim: Sarosh Khan, Safriza Sofyan, Anita Kendrick, Akil Abduljalil, Harry Masyrafah, Lina Lo, Puni Ayu Indrayanto, Shaun Parker, dan Geumala Yatim. Tim ini didukung oleh Rachmawati Swandari, Inge Susilo, Friesca Erwan dan Olga Lambey. Dukungan editorial: T. Sima Gunawan (bahasa Indonesia) Percetakan: PT. Lumbung Kencana Makmur Anak-anak berpose di depan lingkungan baru mereka yang dibangun dengan dukungan proyek Rekompak MDF di Tubuk Lancang, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh (pada kedua halaman ini/sampul). Foto: Tarmizy Harva untuk MDF Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan "MDF memahami pentingnya memastikan keberlanjutan program, sehingga manfaat dan dampaknya dapat terus dirasakan setelah penutupan MDF." Jembatan gantung Gido dan jalan beton yang menghubungkannya mengurangi waktu tempuh perjalanan dan memudahkan masyarakat yang tinggal di tiga desa terpencil di Nias untuk mencapai pasar dan sekolah serta meningkatkan akses mereka terhadap fasilitas layanan masyarakat lainnya. Foto: Shaun Parker/Sekretariat MDF iv Sambutan Ketua Bersama Sambutan Ketua Bersama MDF Enam tahun telah berlalu sejak bencana tsunami MDF menggunakan pendekatan bertahap untuk dan gempa bumi menghancurkan kehidupan rekonstruksi, diawali dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat di Aceh dan Nias tahun 2004 dan 2005. mendesak untuk pemulihan masyarakat, diikuti Bekas kehancuran kini nyaris tak terlihat, ekonomi dengan pembangunan infrastruktur besar, pelestarian daerah mulai berkembang dan kehidupan masyarakat lingkungan, dan pembangunan kapasitas, serta dibangun kembali dengan lebih baik. Pekerjaan besar pemulihan mata pencaharian. Pemerintah Indonesia dalam merehabilitasi dan Hari ini, dengan gembira kami sampaikan bahwa merekonstruksi daerah yang terkena bencana telah program tersebut telah mencapai hasil yang luar biasa. mendapatkan pengakuan dunia sebagai upaya berbagai Proyek-proyek MDF berjalan sesuai dengan rencana pemangku kepentingan yang sukses dalam pemulihan dalam memenuhi target sebelum penutupannya di pascabencana. bulan Juni 2012. Pendekatan perumahan berbasis Multi Donor Fund (MDF) untuk Aceh dan Nias dibentuk masyarakat yang digunakan MDF bahkan menjadi model untuk mendukung usaha pemerintah dalam memimpin rekonstruksi pascabencana. Investasi infrastruktur upaya ini. Setelah penutupan BRR April 2009, Bappenas telah membangkitkan kembali kegiatan ekonomi dan mengambil alih peran koordinasi rekonstruksi dan meningkatkan akses bagi masyarakat luas. Investasi rehabilitasi Aceh dan Nias, dan berperan sebagai salah dalam pengelolaan limbah dan lingkungan membantu satu Ketua Bersama MDF. Komitmen dan kepemimpinan mengurangi dampak negatif rekonstruksi. Saat ini kami yang kuat dari pemerintah pusat dan pemerintah bekerja untuk memperkuat kapasitas lembaga daerah provinsi Aceh dan Sumatera Utara memungkinkan dan meletakkan landasan bagi pertumbuhan ekonomi MDF untuk memberikan kontribusi yang signifikan berkelanjutan serta kesinambungan pembangunan di bagi agenda pemerintah untuk `membangun kembali Aceh dan Nias. dengan lebih baik'. Dengan demikian MDF akan tetap berkomitmen Pemerintah Aceh bahkan bertekad untuk memenuhi untuk menyelesaikan pelaksanaan proyek hingga akhir kebutuhan yang tersisa dalam sektor infrastruktur, mandat. Pemahaman pelajaran yang diperoleh dan mata pencaharian dan perumahan sesuai dengan penyebaran praktik terbaik juga akan menjadi bagian Rencana Aksi 2010­2012 serta memastikan penting dari kegiatan MDF di tahun-tahun. pengoperasian dan dan pemeliharaan investasi yang dibangun MDF. Armida S. Alisjahbana Irwandi Yusuf Stefan Koeberle Julian Wilson Menteri Negara Gubernur Aceh Kepala Perwakilan Kepala Delegasi Perencanaan Pembangunan Nasional Bank Dunia Uni Eropa v "MDF telah berkinerja dengan baik dan sebagian besar proyek yang berstatus aktif hampir selesai." Tiga generasi dari keluarga Wulandari hidup berdampingan di rumah baru mereka yang dibangun melalui proyek Rekompak. Wulandari, 55, kehilangan suami dan salah satu dari tiga anak perempuannya saat tsunami terjadi pada tahun 2004. Wulandari dan anaknya telah membangun kembali kehidupan mereka di rumah baru yang dibangun oleh MDF di Ulee Lheue di Kota Banda Aceh, salah satu wilayah yang paling parah terkena gelombang tsunami. Foto: Abbie Trayler-Smith/Panos Pictures/Department for International Development (Inggris) vi Daftar Isi Daftar Isi Sambutan Ketua Bersama MDF ................................................................................................................... v Ringkasan Eksekutif.................................................................................................................................... 1 Kemajuan dan Kinerja Portofolio .........................................................................................................................1 Operasi dan Komunikasi MDF ............................................................................................................................ 2 Keuangan ........................................................................................................................................................... 2 Prospek ...............................................................................................................................................................3 Bab 1: Operasi dan Komunikasi MDF ............................................................................................................ 5 Operasi MDF .......................................................................................................................................................5 Meningkatkan Keterlibatan Pemangku Kepentingan Melalui Komunikasi ...........................................................7 Kisah MDF 1 Menyeberangi Jembatan Gido .................................................................................................... 10 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio .......................................................................................................13 Ikhtisar Portofolio MDF ..................................................................................................................................... 13 Pemulihan Masyarakat ..............................................................................................................................14 Rekonstruksi dan Rehabilitasi Infrastruktur Besar dan Transportasi ...........................................................16 Penguatan Tata Kelola dan Pembangunan Kapasitas .................................................................................19 Peningkatan Proses Pemulihan..................................................................................................................22 Melestarikan Lingkungan .........................................................................................................................24 Pembangunan Ekonomi dan Mata Pencaharian ....................................................................................... 26 Tantangan .........................................................................................................................................................28 Kisah MDF 2 Jalan Akses Baru Banda Aceh: Katalis untuk Pertumbuhan ........................................................... 30 Bab 3: Keuangan MDF ............................................................................................................................... 33 Komitmen ......................................................................................................................................................... 33 Dana Tunai yang Tersedia .................................................................................................................................. 33 Alokasi dan Komitmen Pendanaan .................................................................................................................... 33 Pencairan Dana .................................................................................................................................................34 Prospek .............................................................................................................................................................35 Kisah MDF 3 Aceh dan Nias yang Bersih dan Hijau ........................................................................................... 36 Bab 4: Menatap ke Depan ......................................................................................................................... 39 Kisah MDF 4 Mendukung Pemulihan Pascabencana Melalui Organisasi Berbasis Masyarakat di Nias ................ 42 Lampiran | Portofolio Proyek ..................................................................................................................... 45 Daftar Akronim dan Singkatan ................................................................................................................... 69 Peta Aceh dan Nias ................................................................................................................................... 70 vii "Melalui 23 proyeknya, MDF memberikan hasil yang berkualitas tinggi." SDLP menyediakan pelatihan bagi staf utama dari 18 pelabuhan di Aceh dan Nias untuk memastikan kelanjutan operasi yang efektif dari investasi infrastruktur yang dibangun oleh MDF. Sekitar 80 persen dari semua staf pelabuhan di Aceh dan Nias dilatih melalui 138 kursus pelatihan yang telah diselenggarakan. Bahan-bahan kursus ini kemudian diserahkan ke Universitas Syiah Kuala untuk dimasukkan ke dalam program gelar pascasarjana mereka. Foto: Koleksi SDLP Ringkasan Eksekutif dalam hal ini memberikan dukungan langsung bagi pemerintah pusat maupun provinsi dalam memainkan Ringkasan Eksekutif peran koordinasi dan pelaksanaan tersebut . Kemajuan dan Kinerja Portofolio Setelah terjadi gempa bumi dan tsunami yang dahsyat pada bulan Desember 2004 dan Maret 2005, Multi Melalui 23 proyeknya, MDF memberikan hasil yang Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) mendukung berkualitas tinggi. Sebagian besar proyek yang berada Pemerintah Indonesia dalam rekonstruksi Aceh dan di bawah portfolionya telah selesai atau hampir selesai Nias. Melalui pengumpulan kontribusi senilai AS$678 dikerjakan: delapan proyek telah selesai, 12 proyek juta dari 15 donor (sekitar 10 persen dari keseluruhan telah memasuki tahap pelaksanaan penuh dan tiga dana rekonstruksi), MDF bertekad untuk memberikan proyek berada dalam tahap awal pelaksanaan. Ribuan kontribusi secara efisien dan efektif guna tercapainya proyek infrastruktur besar dan kecil telah selesai dan rekonstruksi Aceh dan Nias yang "lebih baik". Hal ini mulai memberikan kontribusi terhadap revitalisasi dicapai dengan mengisi kesenjangan dalam rekonstruksi ekonomi daerah. Rumah dan sekolah telah ditempati yang disesuaikan dengan prioritas pemerintah dan dan digunakan, organisasi masyarakat semakin aktif dalam menghimpun para pemain kunci dari berbagai dan saling berhubungan, lembaga daerah menjadi lebih tingkat pemerintah, donor, masyarakat sipil dan kuat dan lebih tangguh, serta pemerintah daerah lebih warga. MDF juga telah banyak memberikan kontribusi siap dalam mengelola upaya rekonstruksi yang masih bagi upaya harmonisasi donor, dan telah berhasil berlangsung dan pembangunan di masa mendatang. menyatukan berbagai pemangku kepentingan dalam Dukungan terhadap kelestarian lingkungan telah menjalin dialog yang berkaitan dengan kebijakan. membantu mengurangi dampak negatif yang mungkin Kajian Paruh Waktu (MTR) MDF menyimpulkan bahwa timbul dari rekonstruksi pada sumber daya alam Aceh pendekatan dan arahan MDF secara keseluruhan telah yang berharga. Masyarakat dan individu, terutama sesuai dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. perempuan, lebih diberdayakan untuk berperan dalam MDF juga dinilai berkinerja baik. perencanaan untuk pengembangan masa depan dalam masyarakat mereka. Peluang mata pencaharian bagi Rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dan Nias terus masyarakat telah ditingkatkan melalui kegiatan proyek berlanjut melalui mekanisme yang ditetapkan dan kegiatan pembangunan ekonomi dengan target pemerintah. Bappenas (Badan Perencanaan yang lebih khusus baru saja berjalan. Pembangunan Nasional) memainkan peran utama dalam MDF dan bertanggung jawab atas keseluruhan Hal-hal yang berkaitan dengan kesinambungan sosial upaya koordinasi rekonstruksi dan rehabilitasi. juga telah dimasukkan ke seluruh aspek di dalam Pemerintah provinsi Aceh dan Sumatera Utara juga program MDF. Aspek kesetaraan dan inklusifitas memainkan peran yang semakin penting dalam gender telah tertanam kuat dalam setiap proyek MDF rekonstruksi dan pelaksanaan Rencana Aksi untuk untuk memastikan bahwa perempuan dan kelompok Kelanjutan Rekonstruksi 2010-12 (Rencana Aksi marginal lainnya berperan dalam proses pengambilan 2010-2012) bersama dengan pemerintah pusat. MDF keputusan masyarakat. MDF juga telah menggunakan 1 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan pendekatan yang peka terhadap konflik dengan diselenggarakan sebagai bagian dari kegiatan memperhitungkan ruang lingkup operasi MDF yang penutupan beberapa proyek MDF. Transparansi dan unik di Aceh, dengan mandat yang memungkinkan-- akuntabilitas dalam portofolio MDF diperkuat melalui proyek untuk beroperasi di lokasi pascabencana dan mekanisme penanganan keluhan yang telah ditetapkan pascakonflik. dan dipantau secara teratur. Proyek-proyek MDF mengatasi berbagai tantangan Proyek terus didukung dan disosialisasikan melalui pelaksanaan fisik dan tantangan lainnya. Di Nias, kegiatan penjangkauan MDF. Kegiatan ini termasuk faktor-faktor seperti keterpencilan lokasi proyek, membangun kesadaran masyarakat yang lebih luas jaringan transportasi yang buruk, musim hujan yang mengenai kegiatan MDF dan juga memberikan panjang, kurangnya akses untuk memperoleh bahan kesempatan bagi masyarakat untuk memberikan berkualitas, serta kesulitan dalam merekrut dan umpan balik bagi MDF. Upaya penjangkauan MDF mempertahankan staf lapangan yang berkualitas melibatkan pemangku kepentingan di berbagai tingkat dapat membuat proyek tertunda. Semua proyek MDF dalam diskusi mengenai kebijakan, pendekatan dan menghadapi sejumlah tantangan baru dalam transisi hasil strategis serta tentang kegiatan proyek, dan proses dan tanggung jawab kepada pemerintah, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. terutama proses anggaran pemerintah reguler dalam hal pencairan dana. Hal ini ditambah dengan ketatnya jadwal penyelesaian pelaksanaan serangkaian Keuangan proyek terakhir. Semua pemangku kepentingan telah menyatakan komitmen mereka untuk bekerja sama MDF telah mengalokasikan dan memberikan guna mendukung kelancaran pelaksanaan proyek. komitmen sebesar AS$646 juta bagi 23 proyek sesuai Dengan komitmen ini, MDF berada pada posisi dengan prioritas Pemerintah Indonesia. Sekitar yang tepat untuk terus bekerja dengan baik sampai penutupan semua proyek pada bulan Juni 2012. Operasi dan Komunikasi MDF Kualitas dan pelaksanaan proyek dipantau secara rutin untuk memastikan bahwa portofolio MDF tepat dan memberikan hasil berstandar tinggi. Sekretariat MDF menyampaikan laporan kepada Komite Pengarah mengenai kemajuan dan tantangan portofolio. Saat ini Sekretariat MDF bersama dengan proyek sedang membahas strategi penutupan dan menyelesaikan pengaturan pemantauan dan evaluasi (M&E). Hal ini dilakukan untuk memastikan agar dampak MDF dalam rekonstruksi Aceh dan Nias dapat dirasakan oleh "MDF menghasilkan pembelajaran seluruh pemangku kepentingan dan khalayak yang untuk pemulihan pascabencana lebih luas dan mereka juga dapat meresapi pelajaran dan upaya rekonstruksi di masa penting yang diperoleh dari berbagai kegiatan MDF. mendatang." Lokakarya mengenai pembelajaran yang diperoleh P2DTK mendukung rehabilitasi sekolah serta memberikan pelatihan pengelolaan berbasis sekolah termasuk dukungan bagi sekolah dasar negeri di Bando Baru, Kabupaten Aceh Utara, seperti tampak pada gambar. Foto: Akil Abduljalil/Sekretariat MDF 2 Ringkasan Eksekutif sepertiga portofolio MDF dialokasikan untuk bidang kegiatan pembangunan kapasitas dan penguatan infrastruktur, sepertiga untuk proyek pemulihan kelembagaan yang terus berlanjut, berfokus pada masyarakat dan sisanya untuk keempat bidang lainnya, usaha untuk memastikan bahwa dampak rekonstruksi yaitu pembangunan ekonomi dan mata pencaharian, masih akan tetap dirasakan oleh masyarakat Aceh dan pelestarian lingkungan, pembangunan kapasitas dan Nias lama setelah penutupan MDF. tata kelola, serta peningkatan proses pemulihan. Sekitar 77 persen dari dana yang dialokasikan dan Saat ini dana MDF telah sepenuhnya dialokasikan untuk dijanjikan untuk proyek telah dicairkan (AS$500 juta), proyek yang disetujui. 1 Diperkirakan akan terdapat sisa dan proyek telah menghabiskan AS$436 juta atau 87 dana dari masing­masing proyek yang telah dan akan persen dari dana yang disalurkan. ditutup. Dana ini kemudian akan dialokasikan kembali ke proyek yang masih berjalan atau kegiatan lain MDF memberikan keleluasaan kepada pemerintah sejauh dimungkinkan dalam sisa jangka waktu yang untuk melaksanakan proyek melalui kementerian, terbatas. Pemerintah Indonesia telah memprioritaskan lembaga dan mitra pembangunan lainnya. Sekitar penggunaan sisa dana untuk memperkuat kapasitas 73 persen dana MDF telah disalurkan ke proyek- lembaga daerah dan rekonstruksi infrastruktur daerah proyek melalui anggaran nasional pemerintah, 23 dalam kerangka kerja proyek yang ada. persen melalui kemitraan dengan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Program Pembangunan PBB - UNDP, MDF akan menilai hasil dan dampak dari usaha yang Program Pangan Dunia - WFP dan Organisasi Buruh telah dilakukan dengan berfokus pada pembelajaran Internasional - ILO), dan 4 persen sisanya disalurkan yang diperoleh. Bencana alam nasional dan global melalui Lembaga Swadaya Masyarakat. Pemerintah yang baru-baru ini terjadi telah kembali menimbulkan juga memimpin pengangkatan Badan Mitra dan Badan minat atas keberhasilan model dan pendekatan yang Pelaksana bagi proyek-proyek yang didanai MDF, dirintis oleh MDF. MDF memperkuat program dan dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif kegiatan di semua tingkat pemerintahan melalui dan kompetensi inti dari lembaga-lembaga tersebut. peningkatan kapasitas untuk mencapai pembangunan yang berkesinambungan serta meningkatkan upaya tanggap bencana. Secara nasional dan global, MDF Prospek memberikan kontribusi atas terbentuknya program tanggap bencana yang baru. Dengan memanfaatkan MDF tetap berkomitmen untuk melanjutkan dukungan pengalamannya dengan MDF, Pemerintah Indonesia terhadap rekonstruksi sampai dengan akhir mandatnya. bahkan telah membentuk Fasilitas Multidonor untuk Kesinambungan kerja sama dan koordinasi yang kuat Pemulihan pascabencana (IMDFF-DR). MDF akan dari seluruh mitra dan pemangku kepentingan perlu terus berupaya menghasilkan pembelajaran yang dilakukan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan bermanfaat dalam menghadapi situasi yang rawan proyek yang tersisa hingga penutupan MDF. Proyek serta usaha pemulihan dan rekonstruksi dalam kondisi MDF yang masih ada difokuskan pada pembentukan pascabencana di masa depan di seluruh dunia. landasan bagi pertumbuhan ekonomi dan masa depan yang aman dan stabil di Aceh. Proyek menerapkan strategi penutupan, yang mendukung pengalihan aset rekonstruksi kepada lembaga daerah yang berwenang, serta memberikan arahan bagi operasi dan pemeliharaan yang tepat. Kedua proyek pembangunan 1 Dengan memperhitungkan berkurangnya kontribusi yang sebelumnya dijanjikan donor seperti yang dijelaskan dalam Bab ekonomi, proyek-proyek terakhir infrastruktur, serta 3: Keuangan. 3 "Pemantauan proyek dan umpan balik merupakan hal penting untuk memastikan kualitas portofolio MDF." Proyek IRFF membiayai serangkaian pekerjaan rekonstruksi infrastruktur yang meliputi sistem pasokan air bersih di Desa Pria Laut, Sabang, Aceh. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 4 Bab 1: Operasi dan Komunikasi MDF dan perwakilan masyarakat LSM internasional, berpartisipasi dalam Komite Pengarah sebagai wakil Bab 1: Operasi dan Komunikasi MDF mitra pembangunan dan untuk mendukung koordinasi di lapangan. Komite Pengarah dipimpin bersama oleh Pemerintah Indonesia (Bappenas), Pemerintah Aceh, Uni Eropa sebagai donor terbesar dan Bank Dunia sebagai Wali Amanat. Multi Donor Fund (MDF) tetap berkomitmen untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam melanjutan usaha rekonstruksi Aceh dan Nias. MDF yang didirikan pada bulan April 2005 telah menghimpun Operasi MDF AS$678 juta dalam bentuk kontribusi dari 15 donor untuk mendukung pelaksanaan usaha rehabilitasi Bappenas memimpin koordinasi kegiatan rekonstruksi rekonstruksi pemerintah setelah terjadinya gempa dan rehabilitasi setelah mandat BRR berakhir. bumi dan tsunami bulan Desember 2004 serta gempa Pengaturan transisi sementara yang dibentuk setelah bumi bulan Maret 2005. Kelima belas donor tersebut penutupan BRR telah berakhir. MDF saat ini sepenuhnya adalah: Uni Eropa, Belanda, Inggris, Bank Dunia, berfungsi berdasarkan proses dan lembaga reguler Swedia, Denmark, Norwegia, Jerman, Kanada, Bank Pemerintah Indonesia, serta berkoordinasi erat dengan Pembangunan Asia, Amerika Serikat, Belgia, Finlandia, Pemerintah provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Badan- Selandia Baru dan Irlandia. badan koordinasi rekonstruksi interim yang dibentuk di tingkat pemerintah provinsi untuk mendukung MDF diatur oleh Komite Pengarah yang terdiri dari proses transisi dari BRR ke pemerintah reguler telah perwakilan dari pemerintah, donor, wali amanat dan ditutup. Pada saat ini, MDF berkomitmen penuh untuk masyarakat sipil. Atas permintaan pemerintah, Bank mendanai proyek yang disetujui. Setiap sisa dana yang Dunia ditunjuk sebagai Wali Amanat MDF. Pemangku belum digunakan dari proyek yang sedang berlangsung kepentingan utama lain, seperti Koordinator PBB dapat dialokasikan ke proyek-proyek lain yang ada jika disetujui oleh Bappenas, yang berperan sebagai koordinator, dan bekerja sama dengan Pemerintah provinsi Aceh dan Sumatera Utara. MDF bekerja dengan baik dan sebagian besar proyek aktif dalam portofolio hampir selesai. Proyek yang memasuki tahap akhir kini berfokus pada pengembangan strategi penutupan untuk mendorong kesinambungan. Gelombang terakhir proyek baru dan proyek yang ada, yang telah mendapatkan alokasi dana tambahan difokuskan pada pembangunan kapasitas, pembangunan ekonomi dan infrastruktur utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti yang diprioritaskan oleh pemerintah. Pada CBLR3 dan RACBP menggunakan pendekatan berbasis sumber daya lokal untuk memanfaatkan tenaga kerja setempat dan menggunakan teknologi konstruksi jalan dan metode kerja yang tepat untuk menyelesaikan pembangunan dan pemeliharaan jalan. Foto: Shaun Parker/Sekretariat MDF 5 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan September 2010, MDF melakukan tinjauan atas pada bulan Maret 2010 memutuskan bahwa, karena seluruh proyek yang didanainya. Presentasi dilakukan singkatnya waktu pelaksanaan yang tersisa sebelum oleh para Badan Mitra, yaitu UNDP, ILO, WFP dan Bank tanggal penutupan MDF, dana yang tersisa akan Dunia di hadapan Komite Pengarah. Komite Pengarah dialokasikan untuk proyek-proyek yang ada sesuai menyatakan kepuasannya atas kemajuan dan hasil dengan prioritas pemerintah. pelaksanaan proyek serta pengelolaan keuangan MDF yang dilakukan oleh Wali Amanat. MDF telah sepenuhnya mengalokasikan dana yang tersedia untuk proyek yang disetujui. Pada MDF terus bekerja sama dengan Bappenas dan pertemuan Ketua Bersama Komite Pengarah MDF pemerintah kedua provinsi, yaitu Aceh dan Sumatera yang diselenggarakan Maret 2010, perwakilan Utara untuk mencapai hasil proyek yang berkualitas ketua bersama, termasuk Pemerintah Provinsi tinggi melalui pendekatan bertahap dan seperti yang Aceh, mendukung dua kebutuhan prioritas utama diprioritaskan oleh Pemerintah Indonesia. Bappenas, yang dipaparkan oleh Bappenas sebagai investasi melalui konsultasi erat dengan pemerintah kedua infrastruktur dan lanjutan koordinasi rekonstruksi. provinsi, telah mengembangkan Rencana Aksi untuk Komite Pengarah kemudian mendukung pendanaan Kelanjutan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh dan Nias 2010-2012. Rencana Aksi mengidentifikasi kesenjangan dalam upaya rekonstruksi, dengan rencana pelaksanaan yang berakhir Desember 2012. Sesuai dengan prioritas pemerintah, tujuan MDF secara keseluruhan adalah memberikan kontribusi yang efisien dan efektif terhadap rekonstruksi Aceh dan Nias yang "lebih baik" dengan mengisi kesenjangan yang diidentifikasi dalam dokumen strategi pemerintah. Proyek-proyek ini tidak hanya merekonstruksi perumahan dan infrastruktur serta merehabilitasi ekonomi sesuai dengan dokumen strategi ini, namun juga mengatasi keprihatinan sosial seperti pengurangan kemiskinan, peningkatan mata pencaharian, dan peningkatan kesetaraan gender. MDF terus menindaklanjuti rekomendasi dari Kajian "Dimensi gender tertanam kuat Tengah Waktu (MTR) dalam konteks prioritas dalam proyek-proyek MDF untuk Pemerintah Indonesia, serta dalam lingkup dan jadwal memastikan bahwa perempuan MDF. Proses Kajian Tengah Waktu yang komprehensif memainkan peran dalam atas MDF telah diselesaikan pada bulan November proses pengambilan keputusan 2009. Temuan ini menegaskan bahwa portofolio MDF masyarakat." berkinerja baik, dan arahnya secara keseluruhan sesuai dan relevan. Hasil MTR dipresentasikan di hadapan Komite Pengarah pada tanggal 16 November 2009. Berdasarkan rekomendasi MTR, Komite Pengarah Seorang anggota kelompok produsen di Desa Lam Cot, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, membuat makanan tradisional kue karah. Dia dan anggota lain dalam kelompoknya mampu memulihkan kegiatan mata pencaharian mereka melalui bantuan pinjaman mikro dari PPK. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 6 Bab 1: Operasi dan Komunikasi MDF tambahan untuk Bantuan Teknis bagi Proyek BRR dan Bappenas yang dilaksanakan oleh UNDP, dan pembiayaan tambahan bagi proyek IRFF untuk membangun jalan sepanjang pantai barat Aceh. Keputusan utama terkait dengan kemungkinan penggunaan sisa dana dari proyek yang ditutup dicapai selama periode pelaporan ini. Dengan komitmen penuh atas semua dana yang tersisa, Komite Pengarah pada bulan September 2010 menanggapi kebutuhan pemerintah yang masih ada dengan menyetujui bahwa sedapat mungkin dana yang tersisa akan diprioritaskan untuk pembangunan kapasitas lembaga daerah dan Sebuah gedung sekolah dasar di Nias yang dibangun oleh MDF melalui proyek PNPM R2PN. Sampai saat ini proyek rekonstruksi infrastruktur daerah. Hal ini akan didanai tersebut telah menyelesaikan pembangunan 32 sekolah dan melalui proyek yang berjalan. 4.300 rumah di Nias. Foto: Anita Kendrick/Sekretariat MDF Pemantauan proyek dan umpan balik merupakan hal yang penting untuk memastikan kualitas portofolio MDF. Kegiatan pengawasan rutin dilakukan oleh Badan terus terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai Mitra untuk memantau kemajuan dan kualitas proyek. alokasi pendanaan dan isu-isu strategis lainnya. Kegiatan tersebut sering dihadiri oleh Sekretariat MDF Seluruh proyek MDF akan ditutup pada bulan Juni dan donor. Konsultasi dilakukan dengan tim proyek 2012, sedangkan program MDF akan berakhir pada dan Badan Mitra untuk membahas strategi penutupan bulan Desember 2012. dan pengaturan penutupan M&E untuk memastikan bahwa pemangku kepentingan merasakan dampak MDF dalam rekonstruksi Aceh dan Nias serta meresapi pelajaran penting yang diperoleh, untuk digunakan Meningkatkan Keterlibatan Pemangku dalam program pemulihan pascabencana di masa Kepentingan Melalui Komunikasi mendatang. Umpan balik yang diterima melalui berbagai mekanisme penanganan keluhan terus MDF memainkan peran koordinasi yang penting dipantau dan tindak lanjut diambil sesuai kebutuhan. dalam menyatukan pemain kunci dari berbagai tingkat pemerintah, donor dan masyarakat sipil. Kemitraan MDF akan terus bekerja sama dengan pemerintah yang dibina di antara para pemangku kepentingan pusat, provinsi dan daerah untuk mendukung agenda memungkinkan MDF untuk secara efektif menanggapi rekonstruksi daerah yang terkena dampak hingga kebutuhan pemulihan Aceh dan Nias. Selama masa akhir mandat MDF. Komunitas donor MDF terus pelaporan keterlibatan pemangku kepentingan MDF menunjukkan minat yang besar terhadap operasi MDF. ini sebagian besar dimaksudkan untuk membahas Melalui perwakilan tingkat Komite Pengarah dan Tim kemajuan proyek dan keberlanjutan investasi MDF. Peninjau Teknis, para donor terus terlibat erat dalam Pada pertemuan Komite Pengarah terakhir, disepakati pemantauan kemajuan dan hasil MDF. Mereka juga bahwa pendokumentasian pembelajaran yang 7 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan diperoleh dan penyebaran praktik terbaik kepada pendekatan perumahan inovatif berbasis masyarakat. pemangku kepentingan utama akan menjadi bagian Lokakarya ini menyimpulkan bahwa pendekatan dari kegiatan MDF sebelum penutupannya. Hal ini rekonstruksi perumahan berbasis masyarakat untuk memastikan bahwa dampak penuh program melalui sistem pemerintah tetapi dilaksanakan didokumentasikan dengan baik dan disebarluaskan oleh masyarakat, bisa menjadi strategi yang efektif untuk upaya pemulihan pascabencana di masa untuk rekonstruksi perumahan pascabencana. Lebih mendatang di Indonesia dan di seluruh dunia. MDF dari 100 peserta menghadiri lokakarya Rekompak, menyediakan forum unik untuk berdiskusi tentang termasuk pemerintah daerah dan pusat (Kementerian kebijakan dan strategi rekonstruksi Aceh dan Nias Pekerjaan Umum, BNPB 2 , dan Bappenas), perwakilan bersama berbagai pemangku kepentingan. donor, LSM setempat, dan wadah pemikir/akademisi setempat. Program Pengembangan Kecamatan Berbagai kegiatan penjangkauan dilakukan untuk (PPK) serta proyek Dukungan untuk Memperkuat mendukung pelaksanaan proyek dan meningkatkan Peran dan Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil kesadaran akan program MDF. Kegiatan ini bervariasi (CSO) juga mengadakan lokakarya penutupan selama mulai dari pembinaan hubungan dengan pemerintah tahun 2010 yang mencakup pelajaran yang diperoleh. daerah, masyarakat dan LSM, penyebaran informasi Program Pengangkutan Laut dan Logistik (SDLP) melalui publikasi dan materi komunikasi lainnya, menyelenggarakan lokakarya mengenai pelajaran serta penyelenggaraan lokakarya atau acara publik yang diperoleh pada bulan November 2010. Banyak lainnya yang sering membangkitkan minat media. lokakarya dan acara penutupan seperti ini direncanakan Usaha penjangkauan ini tidak hanya efektif dalam bersamaan dengan penyelesaian kegiatan proyek. menyampaikan kemajuan, tetapi juga dalam menanggapi dan menanggulangi berbagai isu terkait MDF dan proyek-proyeknya juga memanfaatkan proyek. Selama periode pelaporan ini, MDF dan proyek- saluran media formal untuk menjangkau pemirsa proyeknya telah melakukan lebih dari 250 kegiatan yang lebih luas dan meningkatkan profil publik. Selain penjangkauan. menyelenggarakan kegiatan yang menarik perhatian media, MDF juga secara proaktif terlibat dengan Lokakarya mengenai pembelajaran yang diperoleh media setempat untuk menyebarluaskan informasi diselenggarakan sebagai bagian dari kegiatan dan mengatasi berbagai masalah yang muncul dari penutupan beberapa proyek MDF tahun lalu. waktu ke waktu dalam ranah publik. Saluran media Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat yang sering digunakan adalah radio dan koran daerah, dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak), dengan menggunakan acara perbincangan interaktif misalnya, mengadakan beberapa kegiatan sehubungan dan penempatan artikel. Dalam rangka mendorong dengan penutupannya pada bulan April 2010. Hal ini liputan positif dari media daerah dan nasional, MDF juga mencakup lokakarya satu hari mengenai pembelajaran mengadakan acara khusus media seperti kunjungan yang diperoleh selama proyek ini berlangsung, tur jurnalis ke lokasi dan pertemuan media. Selama media ke lokasi proyek serta upacara penutupan dan periode pelaporan, MDF dan proyek-proyeknya telah serah terima resmi. Lokakarya mengenai pembelajaran melakukan lebih dari 15 acara perbincangan radio dan yang diperoleh mencakup partisipasi berbagai menghasilkan lebih dari 50 liputan media yang positif. pemangku kepentingan dan pelajaran berharga yang didapat serta pengalaman dari pelaksanaan 2 BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 8 Bab 1: Operasi dan Komunikasi MDF MDF mempromosikan transparansi dan akuntabilitas bagi pihak yang melaksanakan program rekonstruksi dalam pelaksanaan programnya. Semua proyek yang dan pemulihan pascabencana dalam kondisi lain. didanai oleh MDF wajib menetapkan mekanisme Banyak organisasi, termasuk badan pembangunan penanganan keluhan yang dapat digunakan pemangku dan universitas terkemuka, pemerintah negara yang kepentingan, terutama penerima manfaat, untuk terkena dampak bencana, dan media mencari tahu menyampaikan umpan balik, pertanyaan dan tentang pembelajaran yang diperoleh dan praktik keluhan mengenai sasaran dan pelaksanaan proyek. terbaik dari Sekretariat MDF, Bank Dunia sebagai Wali Mekanisme ini terus dipantau. Hampir semua keluhan Amanat, Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi dan pertanyaan yang diterima ditangani oleh proyek Aceh dan Sumatera Utara, serta tim proyek individual. masing-masing melalui verifikasi langsung dengan Permintaan seperti ini datang dari berbagai sumber masyarakat dan pelapor yang terlibat. seperti Radio BBC, The Washington Post, Pemerintah Haiti, serta berbagai unit dan program di Bank Dunia, Bencana alam nasional dan global yang baru-baru ini misalnya Multi Donor Trust Fund di Pakistan. Oleh terjadi telah mendorong munculnya kembali minat karena itu, pembelajaran dari MDF telah memberikan terhadap MDF. Sebagai salah satu Multi Donor Trust Fund kontribusi terhadap upaya tanggap bencana di dunia yang oleh banyak pihak dianggap paling berhasil dalam maupun untuk situasi rawan lainnya. rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di dunia, MDF telah menjadi sumber informasi yang berharga "MDF akan terus bekerja sama dengan pemerintah pusat, provinsi dan daerah hingga akhir mandatnya." Gubernur Aceh Irwandy Yusuf (kiri) secara resmi menyerahkan laporan akhir Rekompak kepada salah satu dari 14 bupati dan walikota pada upacara penutupan proyek di bulan Mei 2010. Tampak dalam gambar mantan Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Joachim von Amsberg (tengah). Foto: M. Nasir/Sekretariat MDF 9 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Kisah MDF 1 Menyeberangi Jembatan Gido Menyediakan akses yang aman bagi masyarakat sepanjang tahun Di Pulau Nias hujan turun rata-rata 268 hari setahun. Hujan deras dan banjir bandang merupakan hal biasa. Jembatan dan alat penyeberangan air lainnya di pulau tersebut sebagian besar terbuat dari bahan alami yang mudah rusak dan rentan hanyut oleh arus bergejolak. Ketika jembatan rusak, tak jarang masyarakat terisolasi untuk sementara waktu atau harus mencari rute alternatif yang sering kali lebih mahal dan memakan waktu lama untuk mencapai jalan akses utama. Desa Loloana'a, yang terletak di Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, Sumatera Utara, meliputi area seluas 562 hektar di daerah berbukit, dengan 96 rumah tangga dan penduduk berjumlah 521 orang. Budi daya karet merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk Gido. Untuk menambah penghasilan mereka, kebanyakan warga juga memproduksi kakao, pisang dan pinang. Getah karet yang diproduksi di Loloana'a dijual setiap hari Jumat di "pekan" atau pasar mingguan Desa Hiliweto. Getah karet juga biasa dijual ke pengumpul di Desa Lahemo. Akses menuju desa-desa tetangga dan "pekan" sebelumnya adalah melewati jalan tanah dan menyeberangi sungai yang tidak dapat dilalui selama musim hujan. Sejak dibangunnya dua buah infrastruktur penting dengan dukungan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias - jembatan gantung dan jalan beton terkait - akses menuju pasar, sekolah, dan jasa lainnya telah banyak meningkatkan kualitas hidup penduduk Gido Loloana'a. Jalur yang terbuat dari beton dibangun melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN), sedangkan jembatan dibangun melalui proyek Pembangunan Kapasitas untuk Jalan Pedesaan Berbasis Sumber Daya Lokal (CBLR3), yang dilaksanakan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang bermitra dengan Program Pembangunan PBB (UNDP). Sinergi kedua proyek MDF ini melipatgandakan manfaat dari masing-masing proyek bagi masyarakat sekitarnya. Jembatan Gido selesai dibangun pada bulan September 2010 oleh kelompok kerja masyarakat dan kontraktor dengan masukan teknis dari ILO. Konstruksi dimulai tahun 2008. Walter Illi, Pimpinan Tim ILO untuk Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Nias (RACBP) yang sebelumnya mengerjakan proyek CBLR3, telah bekerja di Nias sejak tahun 2005. Dalam komentarnya mengenai kedua proyek yang dilaksanakan oleh ILO itu, ia berkata, "Masyarakat membutuhkan infrastruktur transportasi yang tahan lama. Penyedia infrastruktur transportasi setempat membutuhkan jasa konsultasi Beberapa siswa pulang dari sekolah menggunakan jembatan gantung Gido yang dibangun oleh RACBP yang dilaksanakan ILO di Nias. Sebelumnya, selama musim hujan, anak-anak tidak aman untuk menyeberangi sungai. Sekarang, dengan adanya jembatan ini maka anak-anak dari tiga desa yang terisolasi dapat pergi ke sekolah sepanjang tahun. Foto: Akil Abduljalil/Sekretariat MDF 10 Bab 1: Operasi dan Komunikasi MDF teknis dalam memilih teknologi yang tepat untuk kondisi Nias. Kami mencoba menjawab kedua tantangan ini dengan mengidentifikasi medan yang sama di mana keahlian khusus diuji dan terbukti sukses." Pembangunan jembatan gantung bukanlah konsep baru di Indonesia, termasuk Nias, dan metode konstruksi ini telah digunakan selama berabad-abad. Sebagian besar desain tradisional ini mengandalkan penggunaan kayu berkualitas tinggi. Sedangkan saat ini kayu jati telah menjadi komoditas langka dan demi pelestarian lingkungan, seharusnya tidak lagi digunakan, bahkan untuk daerah yang masih memilikinya. "Tak peduli hujan atau panas, sekarang Sementara itu tidak cukup banyak penelitian mengenai bahan dan saya dapat menyeberangi Sungai Gido! metode konstruksi alternatif. Apalagi mengenai standar desain konstruksi yang memperhitungkan bahan pengganti yang digunakan. Akibatnya, Sekarang anak-anak saya dapat pergi banyak jembatan di Nias yang saat ini dianggap tidak aman. Selain itu, ke sekolah, saya dapat membawa hasil berlanjutnya deforestasi mengakibatkan puncak banjir yang lebih tinggi panen saya ke pasar dengan lebih cepat. di banyak sungai. Karena tidak ada solusi yang layak untuk mengatasi Pedagang dan pekerja kemanusiaan pun tantangan ini, tim proyek ILO meminta bantuan dari Helvetas Nepal, dapat mengunjungi kami secara rutin di sebuah LSM internasional yang telah berhasil membangun jembatan desa." gantung di beberapa negara selama lebih dari 50 tahun. Jembatan Gido adalah prototipe dari 1.100 meter jembatan yang akan direhabilitasi dan dibangun melalui program Nias-RACBP hingga 2012. Tim ILO akan bekerja sama dengan insinyur dari Nepal untuk membuat desain teknis standar dan spesifikasi yang dapat dengan mudah diadaptasi dan direplikasi dengan kondisi Nias. Melalui pembangunan kapasitas yang diberikan ILO dan teknisi Nepal dari Helvetas, pemerintah daerah dan penyedia infrastruktur akan dapat mengamati dan mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk membangun jembatan dan penyeberangan yang efektif dan tahan lama. Jalan beton yang dibangun melalui KRRP memberikan akses langsung ke jembatan Gido untuk menuju Desa Akhelawe, Hiliotalua, dan Sihare'o Sogaeadu. Terbentang lebih dari satu kilometer, jalur jembatan selebar 1,5 meter ini menyediakan akses aman sepanjang tahun bagi pejalan kaki dan sepeda motor ke sekolah, pasar dan jaringan transportasi lain. Warga Lahemo dan Lewa-Lewa juga mendapatkan manfaat dari jalur baru ini karena mereka kini dapat menuju ke kebun karet dengan mudah. Penyelesaian jalur tersebut, yang dibangun dengan biaya Rp 289 juta (AS$32,000),3 memakan waktu sekitar setahun. Infrastruktur tambahan yang dibangun di bawah proyek ini mencakup dua gorong-gorong dan tembok penahan sepanjang 26 meter. Proyek ini mempekerjakan 56 pekerja (enam di antaranya adalah perempuan), dan selesai 28 Oktober 2010. Oleh karena warga dapat menyeberangi sungai dan membawa produk mereka ke pasar sepanjang tahun, prospek ekonomi penduduk desa di seberang jembatan Gido mengalami peningkatan, dan menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka yang sekarang dapat pergi ke sekolah secara rutin sepanjang tahun. Ibu Refensi Suriana Ndraha, penerima manfaat dan penduduk Desa Loloana'a mengungkapkan: "Tak peduli hujan atau panas, sekarang saya dapat menyeberangi Sungai Gido! Sekarang anak-anak saya dapat pergi ke sekolah, saya dapat membawa hasil panen saya ke pasar dengan lebih cepat. Pedagang dan pekerja kemanusiaan pun dapat mengunjungi kami secara rutin di desa." 3 Nilai tukar per tanggal 30 September 2010 adalah AS$1 = Rp 9.015. 11 "Hasil yang signifikan telah dicapai dengan mapannya portofolio MDF." MDF membantu memulihkan jaringan transportasi penting sepanjang Aceh dan Nias melalui pembangunan dan rehabilitasi jalan nasional, provinsi dan kabupaten. Jalan ini bukan hanya memulihkan jalur yang hancur dilanda bencana tapi juga membantu meletakkan landasan bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masa depan. Foto: Irwansyah Putra untuk MDF 12 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur besar dan Bab 2: Kemajuan dan Kinerja transportasi, penguatan tata kelola, pelestarian lingkungan, peningkatan proses pemulihan secara Portofolio keseluruhan, serta pembangunan ekonomi dan mata pencaharian. Berdasarkan petunjuk Komite Pengarah, MDF Prestasi luar biasa telah diraih dalam pemulihan dan menerapkan strategi bertahap dalam mendukung rekonstruksi di Aceh dan Nias selama enam tahun sejak rekonstruksi. Tahap pertama memenuhi kebutuhan terjadinya bencana alam yang dahsyat pada Desember mendesak atas pemulihan masyarakat dan rehabilitasi 2004 dan Maret 2005. Multi Donor Fund memberikan jaringan transportasi. Hal ini diikuti dengan fokus pada kontribusi sekitar 10 persen dari keseluruhan dana infrastruktur besar, pengurangan dampak rekonstruksi rekonstruksi, dan telah berhasil menanggapi prioritas terhadap lingkungan, dan pembangunan kapasitas. dan kebutuhan yang diidentifikasi oleh Pemerintah Tahap terakhir berfokus pada pembangunan ekonomi Indonesia secara efektif. MDF juga memberikan dan kelanjutan penguatan kapasitas setempat. kontribusi positif untuk menyelaraskan usaha-usaha Serangkaian proyek terakhir ini meliputi Fasilitas donor serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi Pendanaan Pembangunan Ekonomi (EDFF), Proyek proses rekonstruksi. Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Nias (LEDP) dan Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Rekonstruksi melalui MDF akan terus berlangsung Kapasitas Nias (RACBP). hingga Desember 2012. Bappenas telah mengembangkan Rencana Aksi untuk Kelanjutan MDF kini telah mengalokasikan seluruh sumber daya Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh dan Nias 2010-2012 keuangannya. Proyek baru terakhir dalam portofolio yang mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan MDF, LEDP Nias, disahkan oleh Komite Pengarah pada prioritaskan kebutuhan untuk Aceh dan Nias. Jangka bulan Mei 2010. Pembiayaan tambahan juga didukung waktu dalam Rencana Aksi ini bertepatan dengan untuk tiga proyek lainnya sepanjang tahun lalu-- tahun-tahun yang tersisa dari mandat MDF untuk Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF), memberikan kontribusi bagi pemulihan Aceh dan RACBP Nias (untuk memperluas cakupan kecamatan Nias sampai dengan Desember 2012. Pembangunan tambahan), dan bantuan teknis bagi BRR dan Bappenas ekonomi merupakan prioritas karena pemerintah untuk meningkatkan koordinasi Rencana Aksi 2010- menganggap pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi 2012 sampai akhir mandat MDF. sebagai hal penting untuk mempertahankan hasil dari rekonstruksi dan perdamaian di Aceh. Portofolio MDF berkinerja baik dan proyek berjalan sesuai rencana untuk memenuhi target pada saat penutupan. Portofolio gelombang pertama dan Ikhtisar Portofolio MDF kedua saat ini telah memasuki tahap akhir atau bahkan telah ditutup. Sebanyak delapan proyek telah Portofolio MDF terdiri dari 23 proyek yang terbagi ditutup, 12 proyek telah memasuki tahap pelaksanaan atas enam bidang hasil. Dana MDF dialokasikan penuh dan tiga proyek berada dalam tahap awal untuk proyek dalam bidang pemulihan masyarakat, pelaksanaan. Beberapa proyek memperpanjang 13 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan tanggal penutupannya dalam rangka memenuhi Proyek Pemulihan Masyarakat MDF telah mencapai tujuan mereka. Seluruh proyek ini akan ditutup pada hasil yang mengesankan dalam membangun kembali tanggal 30 Juni 2012, sedangkan penutupan program rumah dan infrastruktur di tingkat masyarakat. secara keseluruhan akan dilaksanakan pada tanggal 30 Proyek-proyek ini menunjukkan bahwa masyarakat Desember 2012. yang terkena dampak dapat berada di depan dalam pengambilan keputusan untuk proses pemulihan Hasil signifikan dicapai bersamaan dengan jatuh mereka sendiri bahkan dalam keadaan paling berat temponya portofolio. MDF menyediakan forum untuk sekalipun. Target perumahan telah tercapai di Aceh melakukan dialog mengenai kebijakan rekonstruksi pada tahun 2010 dan hampir tercapai di Nias. Lebih dari Aceh dan menghimpun banyak pemangku kepentingan. 15.000 rumah telah direkonstruksi atau direhabilitasi di Pendekatan perumahan berbasis masyarakat adalah Aceh dengan tingkat hunian sebesar 97%, sedangkan model rekonstruksi pascabencana, dan investasi 4.500 rumah lainnya telah selesai dibangun atau dalam infrastruktur telah merevitalisasi kegiatan ekonomi proses pembangunan di Nias. dan akses di seluruh Aceh dan Nias. Bidang lingkungan memberikan hasil positif, dan potensi dampak negatif Proyek PPK, P2KP, Rekompak dan PNPM R2PN juga yang besar pada lingkungan dari proses rekonstruksi telah memberikan hasil yang mengesankan dalam telah berhasil dihindari. Selain itu, MDF memberikan rekonstruksi infrastruktur masyarakat. Proyek-proyek kontribusi pada penguatan lembaga daerah dan ini telah membantu masyarakat dalam membangun pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. 2.623 kilometer jalan desa, 7,51 kilometer jembatan, dan 1.549 kilometer saluran irigasi dan drainase. Selain itu, 483 sekolah dan 395 kantor pemerintah daerah Pemulihan Masyarakat Kelompok pertama proyek yang disahkan oleh MDF adalah untuk mendukung pemulihan masyarakat melalui mekanisme yang telah ada dan pendekatan proyek pembangunan berbasis masyarakat (CDD). Dengan memanfaatkan program dan pendekatan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), kelompok yang terdiri dari lima proyek ini meningkatkan program yang ada di Aceh dan Nias (PPK dan P2KP), atau mengadaptasi model CDD untuk memenuhi kebutuhan rekonstruksi khusus, seperti perumahan (Rekompak dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias - PNPM R2PN) atau sertifikasi tanah (Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi Pertanahan Aceh - RALAS). Masyarakat melaksanakan sendiri rekonstruksi perumahannya melalui program Rekompak di desa-desa di seluruh Aceh. Foto ini menunjukkan perumahan yang dibangun di Desa Lambung, Banda Aceh. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 14 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio atau balai desa/kota telah dibangun atau direhabilitasi. MDF di bawah program PNPM pemerintah 4 . Selain Peningkatan air bersih dan sanitasi mencakup hampir itu, di Aceh PNPM dilengkapi dengan program BKPG 6.000 sumur atau sumber air bersih lain serta 1.195 (Bantuan Keuangan Peumakmue Gampong) tingkat unit sanitasi. Tingkat kepuasan penerima manfaat provinsi. Program-program ini akan melanjutkan atas proyek-proyek tersebut umumnya tinggi, perencanaan masyarakat dan pembangunan yang menunjukkan pentingnya kepemilikan dan infrastruktur PPK dan P2KP di semua gampong atau pemberdayaan bagi pemulihan masyarakat. desa di Aceh. Proyek-proyek PPK dan PNPM R2PN di Nias juga akan digabung dengan program nasional RALAS telah memberi kontribusi penting bagi upaya PNPM Pedesaan. rekonstruksi melalui pembagian lebih dari 220.000 sertifikat tanah. Dari jumlah tersebut, 63.000 Dimensi gender tertanam kuat dalam proyek pemulihan diterbitkan atas nama perempuan atau sebagai sertifikat masyarakat MDF. Setiap proyek memasukkan bersama. Meskipun sejumlah masalah pengelolaan dan pemberdayaan perempuan ke dalam desain proyek pelaksanaan menghambat pencapaian target RALAS untuk memastikan bahwa perempuan berperan sepenuhnya, proyek ini tetap memberikan kontribusi dalam proses pengambilan keputusan masyarakat. untuk pemulihan hak atas tanah dan pembangunan Proyek-proyek ini mempelopori peningkatan usaha kembali sistem administrasi tanah di Aceh. Pelatihan pemberdayaan perempuan bukan hanya sekadar dan pembangunan kapasitas dalam ajudikasi berbasis meningkatkan partisipasi perempuan dalam kegiatan masyarakat diberikan kepada lebih dari 700 staf perencanaan masyarakat tetapi juga menemukan cara pemerintah dan akan terus memiliki dampak dalam untuk memastikan agar suara mereka didengar. P2KP hal penyampaian layanan sertifikasi tanah pemerintah. mengembangkan komponen untuk meningkatkan Mungkin hal yang paling penting adalah peningkatan pemberdayaan perempuan dengan menyisihkan kesadaran masyarakat serta pemahaman tentang dana khusus untuk kegiatan mereka. PPK maupun prosedur kepemilikan tanah dan hak kepemilikan P2KP juga mendukung pemberdayaan perempuan perempuan yang akan berdampak pada layanan ini di melalui penyediaan kesempatan pembiayaan mikro masa depan, serta permintaan penyampaian layanan bagi perempuan. RALAS juga turut memainkan peran tersebut secara transparan. penting dalam meningkatkan kesadaran perempuan mengenai hak atas tanah dan mendukung sertifikasi Proyek pemulihan masyarakat MDF juga terus tanah bersama. Hampir 30 persen sertifikat tanah memberikan dampak pada pemberdayaan masyarakat yang dikeluarkan dalam proyek ini adalah sertifikat di Aceh dan Nias. Proses dalam masyarakat telah bersama atau atas nama perempuan. Pembelajaran terbentuk, dan tingkat partisipasi yang tinggi, termasuk yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman besarnya partisipasi perempuan, telah menimbulkan ini dimasukkan ke program PNPM yang sedang rasa kepemilikan yang kuat atas infrastruktur yang berlangsung di Aceh dan Nias dan seluruh Indonesia. dibangun dan memberikan harapan atas peran anggota masyarakat yang lebih besar dalam perencanaan Keberhasilan proyek pemulihan masyarakat pembangunan. Hasil yang dimulai pada tingkat MDF menunjukkan bahwa pendekatan berbasis masyarakat di seluruh Aceh dan Nias melalui proyek- masyarakat bisa sukses dalam situasi pascabencana proyek ini kemungkinan akan berlanjut bersamaan dengan penggabungan proyek PPK dan P2KP dukungan 4 PNPM: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. 15 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan dan pembelajaran ini telah digunakan dalam konteks Indonesia dan prioritas yang ditetapkan oleh pascabencana lainnya. Proyek perumahan Aceh Pemerintah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara (untuk (Rekompak) telah menjadi model bagi program Nias), MDF memberikan investasi yang besar dalam rekonstruksi perumahan Pemerintah Indonesia di Jawa rekonstruksi infrastruktur dan rehabilitasi di Aceh dan setelah terjadinya gempa bumi tahun 2006. Lebih Nias. Sekitar 35 persen dana MDF telah dialokasikan dari 200.000 rumah dibangun dengan menggunakan untuk sektor ini. Selain itu, banyak kontribusi lainnya pendekatan ini. Model ini telah disesuaikan lebih lanjut yang juga telah diberikan untuk infrastruktur di tingkat di Sumatera Barat setelah terjadinya gempa bumi 2009. masyarakat melalui program pemulihan masyarakat Pemerintah pusat menggunakan pendekatan berbasis MDF. masyarakat sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk rekonstruksi perumahan pascabencana. Selain MDF menggunakan pendekatan multiaspek untuk itu, delegasi dari Haiti baru-baru ini mengunjungi pemulihan infrastruktur dan transportasi setelah Aceh dan Jawa untuk mempelajari proyek-proyek tsunami. Dukungan awal untuk rekonstruksi rekonstruksi pascabencana CDD, dan mendapatkan mencakup dukungan logistik untuk pengangkutan pelajaran yang mengesankan untuk replikasi. PPK bahan rekonstruksi ke daerah yang terkena dampak. maupun Rekompak melakukan lokakarya pada SDLP memberikan layanan pengiriman dari tahun penutupan proyek untuk membahas pembelajaran 2005 sampai 2007. Hal ini dilakukan agar lembaga yang diperoleh, baik untuk kegiatan masa depan di rekonstruksi dapat mengirimkan muatan penting, Aceh dan bagian lain di Indonesia maupun skenario seperti bahan dan alat-alat konstruksi, untuk kemajuan pascabencana lain di seluruh dunia. pemulihan dan rekonstruksi di pantai barat Aceh dan tempat pendaratan terpencil di Nias dan Simeulue. Kegiatan MDF di daerah pemulihan masyarakat hampir Setelah tahap pemulihan awal, dana MDF dialokasikan berakhir. Tiga proyek telah menyelesaikan tujuannya ke berbagai proyek untuk rekonstruksi infrastruktur dalam mendukung pemulihan masyarakat dan telah besar, termasuk pelabuhan, jalan nasional, provinsi dan ditutup tahun lalu (PPK, P2KP, Rekompak). Proyek kabupaten, sistem pasokan dan pengolahan air, sistem sertifikasi tanah (RALAS) ditutup pada bulan Juni 2009, drainase, tempat pembuangan akhir saniter serta setelah memperkuat kapasitas kelembagaan mengenai infrastruktur pada tingkat masyarakat. Pembangunan ajudikasi tanah. Pelaksanaan proyek perumahan Nias, kapasitas dan perhatian terhadap kebutuhan kelompok PNPM R2PN, terus berlangsung dan kegiatan itu akan marginal merupakan elemen kuat yang terdapat dalam selesai pada bulan Juni 2011. semua proyek rekonstruksi. Tiga proyek infrastruktur MDF telah memberikan hasil berkualitas yang efektif dan memenuhi tujuannnya. Rekonstruksi dan Rehabilitasi Infrastruktur Dengan adanya Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno- Besar dan Transportasi Calang, koridor pantai barat utama tetap dapat berfungsi dalam dua tahun pertama setelah tsunami. Bersama dengan Pemerintah Indonesia, MDF Proyek ini ditutup Desember 2007 setelah donor lain merupakan penyumbang utama bagi rekonstruksi dan mengambil alih rekonstruksi jalan koridor pantai rehabilitasi infrastruktur besar di Aceh dan Nias. Sesuai barat. Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) dengan prioritas Rencana Aksi 2010-2012 Pemerintah telah selesai dan melindungi kawasan bisnis di ibu 16 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Proyek Infrastruktur Besar dan Transportasi Proyek Alokasi Dana (AS$ juta) Proyek Pencegahan Banjir untuk Banda Aceh (BAFMP) 6,50 Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) 42,00 Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) 136,70 Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang 1,46 Program Angkutan dan Logistik Laut (SDLP) 25,03 Program Rekonstruksi Pelabuhan (TRPRP) 3,78 Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas di Nias (RACBP) 11,80 Total 227,27 Untuk memastikan berfungsinya sistem drainase di Banda Aceh, diperkenalkanlah "program pengelolaan sampah" di bawah proyek BAFMP. Program percontohan itu dengan cepat ditingkatkan oleh pemerintah kota karena keberhasilan awalnya. Komitmen kuat dari pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan keberlanjutan proyek yang telah selesai dilaksanakan dan ditutup pada akhir 2009. Foto: Irwansyah Putra untuk MDF 17 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan kota Aceh dari banjir. Sistem drainase di kawasan Investasi strategis akhir dari MDF dalam infrastruktur ini direhabilitasi melalui pembangunan tiga stasiun berskala besar telah disetujui oleh Komite Pengarah. pompa, pemasangan katup banjir dan perbaikan Pada bulan April 2010, telah disetujui dana tambahan saluran drainase. Program Rekonstruksi Pelabuhan sebesar AS$37 juta untuk proyek IRFF yang membangun (TRPRP) membantu memulihkan jaringan transportasi jalan nasional strategis sepanjang 50 kilometer dari penting setelah terjadinya tsunami dan gempa bumi Calang ke Meulaboh di pantai barat Aceh, termasuk dengan menyediakan desain fisik dan dukungan jembatan Kuala Bubon. Proyek ini diharapkan dapat teknis untuk rekonstruksi pelabuhan utama dan satu memberikan manfaat penghidupan dan akses terhadap pelabuhan sungai. Pembangunan kembali pelabuhan layanan dasar bagi lebih dari 900.000 penduduk. Melalui ini memastikan bahwa peralatan dan bahan bisa dana tambahan ini, total dana MDF yang dialokasikan dikirim ke daerah terpencil untuk membangun kembali masyarakat dan mata pencaharian selama tahap awal rekonstruksi. Dampak proyek-proyek ini diperluas ke semua pihak yang terlibat dalam rekonstruksi dan rehabilitasi, termasuk Pemerintah Indonesia, LSM, organisasi masyarakat sipil, serta donor multilateral dan bilateral, dengan menyediakan akses ke daerah yang terkena imbas bencana. Tiga proyek infrastruktur besar yang masih aktif (IREP, SDLP dan IRFF) berjalan lancar dan diharapkan dapat memenuhi target pada tanggal penutupannya. Melalui dua proyek rekonstruksi infrastruktur besar yaitu IREP (Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur) dan IRFF (Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur), sekitar 500 kilometer jalan nasional dan provinsi, 87 kilometer jalan kabupaten, lima pelabuhan dan sebelas sistem pasokan air telah selesai dibangun. Kedua proyek ini bekerja sama secara erat untuk mendukung desain, keuangan dan pelaksanaan lebih dari 52 subproyek infrastruktur terpisah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Lima puluh subproyek telah selesai. Proyek SDLP (Program Angkutan dan Logistik Laut) saat ini berfokus pada kesinambungan jangka panjang pelabuhan melalui pelatihan staf pelabuhan dari semua tingkatan di 18 pelabuhan di seluruh Aceh dan Nias sehingga fasilitas dan aset ini dapat beroperasi dengan efisien di masa yang akan datang. Seorang siswa mengunjungi Museum Pusaka Nias di Gunung Sitoli, Nias dalam widyawisata yang didukung PNPM R2PN. Proyek ini mendorong pelestarian warisan budaya unik di Nias melalui pelatihan untuk guru dan siswa. Foto: Koleksi PNPM R2PN 18 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio untuk IRFF saat ini telah mencapai AS$137 juta, Umum dan kontraktor jalan lokal (CBLR3). Tiga yang menjadikannya proyek tunggal terbesar dalam proyek lain (Program Transformasi Pemerintah Aceh portofolio MDF. Bersama dengan pendanaan bersama - AGTP, Program Transisi Kepulauan Nias - NITP, dan Pemerintah Indonesia, total dana yang diinvestasikan Bantuan Teknis untuk BRR dan Bappenas) memberikan dalam rekonstruksi infrastruktur besar melalui IRFF kontribusi secara langsung bagi peningkatan efisiensi mencapai sekitar AS$245 juta. dan efektivitas proses pemulihan. MDF memainkan peran utama dalam menciptakan MDF memberikan dukungan seluas-luasnya atas upaya jaringan infrastruktur di seluruh Aceh dan Nias. rekonstruksi untuk membangun jaringan masyarakat Pelabuhan ekspor telah dibangun di Lhokseumawe sipil di Aceh dan Nias melalui Program Penguatan dan Kuala Langsa di Aceh, yang menjadi pintu gerbang Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias (CSO) ke pasar internasional. Di Gunung Sitoli, Nias, dan yang ditutup pada tanggal 30 Mei 2010. Dengan Sinabang, Simeulue, pelabuhan domestik telah adanya lebih dari 100 fasilitator dari LSM setempat direkonstruksi. Jalan-jalan besar nasional, provinsi dan organisasi masyarakat sipil yang terdaftar dan dan kabupaten yang dibangun melalui IRFF, jalan dilatih melalui proyek, sekarang tersedia daftar untuk proyek ILO di Aceh dan Nias (CBLR3, RACBP) dan penyebaran tanggapan cepat. Proyek CSO menyediakan proyek pemulihan masyarakat MDF berkontribusi 142 hibah kecil bagi organisasi masyarakat kecil (CSO) dalam jaringan transportasi yang membuka daerah- dan organisasi berbasis masyarakat (CBO) di Aceh dan daerah yang sebelumnya sulit dijangkau. Selain itu, Nias untuk 75 proyek mata pencaharian, 34 prakarsa penggunaan tenaga kerja setempat menghasilkan pemberdayaan perempuan, dan 33 proyek peningkatan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Kapasitas layanan sosial dasar yang menjangkau lebih dari 33.000 pemerintah daerah telah ditingkatkan dalam operasi penerima manfaat, yang sekitar 44 persen di antaranya dan pengelolaan jaringan infrastruktur lokal. adalah perempuan. Proyek CSO memperkenalkan pemantauan berbasis masyarakat (CBM) atas upaya rehabilitasi Penguatan Tata Kelola dan Pembangunan dan rekonstruksi di Aceh dan Nias. Pendekatan Kapasitas ini membangun kepercayaan bersama dan saling menghormati antara pemerintah daerah dan CSO/CBO, Pembangunan lembaga pascabencana melalui tata yang menghasilkan koordinasi dan kerja sama yang kelola yang baik dan penguatan kapasitas merupakan lebih baik dalam perencanaan masyarakat. Proyek ini salah satu pilar utama MDF sejak awal. Penguatan memberikan perhatian khusus agar gender dimasukkan kapasitas pemerintahan daerah dibangun dalam ke dalam kebijakan, proses dan praktik CSO. Secara hampir semua proyek MDF selama pelaksanaan keseluruhan, kegiatan yang terkait dengan kepentingan proyek dan juga untuk memastikan kesinambungan perempuan meningkatkan kualitas hidup penerima investasi setelah rekonstruksi berakhir. Ini merupakan manfaat serta menyediakan modal finansial dan sosial tujuan utama ketiga proyek dalam portofolio yang yang diperlukan agar mereka dapat mengembangkan menargetkan masyarakat sipil, pemerintah kabupaten potensi dalam perencanaan, pengambilan keputusan (Proyek Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan mata pencaharian. dan Khusus - P2DTK), serta Kementerian Pekerjaan 19 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Proyek Penguatan Tata Kelola dan Pembangunan Kapasitas Proyek Alokasi Dana (AS$ juta) Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan (CBLR3) 11,80 Proyek Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) 25,60 Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias (CSO) 5,99 Total 43,39 Proyek Dukungan untuk Memperkuat CSO memberikan hibah kecil untuk membangun kapasitas organisasi berbasis masyarakat (CBO) sekaligus mendukung kegiatan mata pencaharian yang diprakarsai oleh masyarakat, seperti kelompok perempuan di Desa Gapong Pande, Banda Aceh ini. Foto: Koleksi Muslim Aid untuk Proyek CSO 20 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Proyek CBLR3 (yang juga disebut proyek jalan lokal layanan bagi warga negaranya. Meskipun terdapat ILO) bekerja sama dengan Bappeda untuk membangun keterlambatan dalam pelaksanaannya karena berbagai kapasitas di tingkat kabupaten dan masyarakat dalam tantangan, proyek tersebut terus menunjukkan hasil menggunakan sumber daya lokal untuk pembangunan yang signifikan dalam pembangunan kapasitas. Proyek jalan daerah di Aceh dan Nias. Proyek ini telah ini melatih 75 pejabat peradilan dan 50 staf LSM dalam menyelesaikan pembangunan 140 kilometer jalan dan pemberian pelayanan dan pendidikan hukum. Lebih melakukan pekerjaan pemeliharaan pada 230 kilometer dari 800 pelatih, fasilitator dan kepala desa juga telah jalan lokal (kabupaten dan kecamatan) dengan dilatih dalam hal resolusi konflik. menggunakan pendekatan ini. Proyek ini dilaksanakan oleh ILO di bawah administrasi dan pengawasan Hampir 12.000 guru telah menerima pelatihan melalui UNDP secara keseluruhan. RACBP Nias membangun proyek. Program ini dimasukkan ke dalam program kapasitas untuk menerapkan pendekatan berbasis nasional PNPM Pedesaan, yang menunjukkan sumber daya lokal ini bagi pembangunan jalan di Nias. keselarasan MDF dengan strategi pembangunan Proyek ini menggunakan desain dan keahlian teknis nasional Pemerintah Indonesia. Dengan menggunakan dari Nepal untuk jembatan gantung yang cocok untuk pendekatan perencanaan dari bawah ke atas, P2DTK penyeberangan sungai di daerah perbukitan Nias. juga mendukung pembangunan atau rehabilitasi 196 kilometer jalan, enam kilometer jembatan, 18 kilometer CBLR3 mencatat banyak keberhasilan dalam saluran drainase atau irigasi, 373 saluran air, 50 sekolah mengintegrasikan pendekatan berbasis sumber daya desa dan 14 puskesmas. lokal untuk rekonstruksi dan pemeliharaan jalan kabupaten. Proyek ini melatih kontraktor setempat MDF mendorong kesetaraan gender dalam semua serta staf dan penyelia dari Dinas Pekerjaan Umum proyeknya. Proyek CSO, P2KP, PPK, RALAS, PNPM dalam penerapan pendekatan berbasis sumber daya R2PN, CBLR3, dan P2DTK telah mempelopori lokal untuk pembuatan jalan dan pekerjaan sipil. Ketika pendekatan inklusif gender yang turut memberikan konstruksi hampir selesai, proyek ini mengalihkan pembelajaran bagi program nasional PNPM serta fokusnya agar terbentuk lingkungan yang kondusif bagi proyek dan konteks lain. Proyek MDF, sesuai untuk mempertahankan pendekatan berbasis kebutuhan, mengumpulkan data disagregat gender sumber daya bagi pembuatan jalan di Aceh, dengan dalam pemantauan dan evaluasi pengaturan untuk perpanjangan sampai Juni 2011. Pengalaman dan melihat apakah pelaksanaan proyek peka terhadap pembelajaran yang didapatkan melalui pelaksanaan aspek gender. NITP menyelenggarakan lokakarya CBLR3 mendukung kelancaran dimulainya RACBP. tentang gender pada bulan Agustus 2010 sebagai upaya awal untuk memasukkan gender dalam proses Proyek P2DTK di Aceh dan Nias adalah bagian dari pembangunan di Nias. Semua unit kerja pemerintah strategi nasional pemerintah untuk memperkuat daerah (Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD) kapasitas pemerintah kabupaten untuk memasukkan menghadiri lokakarya, dan hampir separuh pesertanya perencanaan dari bawah ke atas serta kebutuhan adalah perempuan. Kelompok kerja gender dibentuk analisis ke dalam perencanaan dan penganggaran selama lokakarya dan akan bekerja dengan semua kabupaten. Pendekatan P2DTK memberikan kontribusi SKPD untuk memasukkan isu gender dalam proses bagi upaya pemerintah untuk mengembangkan perencanaan, penganggaran dan pemantauan daerah pedesaan yang miskin dan tertinggal untuk departemen pemerintah. menciptakan pembangunan ekonomi dan peningkatan 21 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Peningkatan Proses Pemulihan AGTP dan NITP memberikan dukungan pada tingkat provinsi dan kabupaten untuk meningkatkan MDF memainkan peran strategis dalam meningkatkan pemulihan yang efisien dan efektif di Aceh dan Nias. efektivitas dan efisiensi proses pemulihan dan Bersama dengan proyek Bantuan Teknis untuk BRR rekonstruksi secara keseluruhan. MDF memberikan dan Bappenas, AGTP dan NITP bekerja sama dengan bantuan teknis dan dukungan operasional bagi BRR semua tingkat pemerintah dan kementerian untuk dalam perannya sebagai koordinator keseluruhan membuka jalan menuju penyelesaian pengalihan program rekonstruksi senilai hampir AS$7 miliar aset rehabilitasi dan rekonstruksi. AGTP dan NITP agar dapat memenuhi mandatnya secara transparan membangun kesadaran dan pengetahuan lebih lanjut dan tepat waktu. Hal ini mencakup dukungan untuk tentang operasi perencanaan dan penganggaran serta pengembangan kebijakan, kerangka hukum, proyek dana pemeliharaan untuk rekonstruksi aset untuk dan program, serta alat dan sistem pemantauan untuk menjamin manfaat jangka panjang dari investasi MDF. proses rekonstruksi dan pemulihan mulai dari Juli 2005 sampai penutupan BRR pada tahun 2009. MDF juga meningkatkan proses pemulihan melalui dukungan bagi pengurangan risiko bencana (PRB) dan Dukungan MDF untuk koordinasi rekonstruksi terus kesiapan melalui proyek DRR-A. DRR-A adalah salah berlanjut setelah penutupan BRR. MDF dirancang satu dari dua proyek MDF yang berfokus pada isu- sebagai instrumen untuk mengisi kesenjangan dalam isu PRB. NITP juga menggabungkan komponen PRB penanganan prioritas nasional di bawah pimpinan dalam penguatan kapasitas kerjanya di Nias. DRR-A pemerintah dan pelaksanaannya terutama dilakukan dirancang untuk melembagakan PRB dalam proses melalui lembaga dan sistem pemerintah. Tiga proyek pembangunan jangka panjang di tingkat daerah. Proyek yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan ini memberi kontribusi yang unik dan penting terhadap efisiensi proses rekonstruksi dan pemulihan secara kesiapan untuk kemungkinan bencana masa depan di keseluruhan melalui dukungan bagi pemerintah tingkat Aceh dengan bekerja di semua tingkatan, mulai dari nasional dan provinsi telah dilaksanakan secara penuh. masyarakat sampai tingkat provinsi, dalam PRB. DRR-A mencurahkan sebagian besar sumber dayanya untuk Proyek Bantuan Teknis untuk BRR dan Bappenas membangun kapasitas dan kesinambungan melalui terus mendukung koordinasi kegiatan rekonstruksi dukungan terhadap lembaga lokal, Pusat Riset Tsunami dan rehabilitasi pemerintah setelah penutupan BRR. dan Mitigasi Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala. Bantuan teknis untuk BRR awalnya dirancang untuk Proyek ini juga berperan penting dalam pembentukan memberikan dukungan bagi BRR dalam memenuhi Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Proyek kebutuhan teknis dan operasionalnya dari Juli 2005 ini secara keseluruhan telah membentuk berbagai hingga April 2009. Tahap ketiga dari proyek ini, kemitraan dengan pemerintah, media, LSM, dan yang fokusnya beralih ke aspek keberlanjutan dan akademisi serta mendorong kepemilikan atas agenda penyelesaian agenda rehabilitasi dan rekonstruksi PRB di semua SKPD. Aceh dan Nias, telah disetujui oleh Komite Pengarah MDF pada bulan Februari 2010. Koordinasi kegiatan ini dipimpin Bappenas pada tingkat pusat dan Bappeda pada tingkat provinsi. 22 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Proyek Peningkatan Proses Pemulihan Proyek Alokasi Dana (AS$ juta) Bantuan Teknis untuk BRR dan Bappenas 24,48 Pengurangan Risiko Bencana Aceh (DRR-A) 9,87 Program Transformasi Pemerintah Aceh (AGTP) 13,98 Program Transisi Kepulauan Nias (NITP) 3,89 Total 52,22 Warga bergerak cepat sepanjang jalur penyelamatan pada saat latihan simulasi tsunami di Desa Ulee Lheue, Kecamatan Meuraksa, Banda Aceh. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 23 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Melestarikan Lingkungan AFEP menggunakan pendekatan multiguna untuk membangun kapasitas pemerintah dan masyarakat Sejak awal MDF berkomitmen untuk memastikan untuk melindungi dan mengelola daya hutan Aceh kelestarian lingkungan selama proses rekonstruksi secara berkelanjutan. Proyek ini telah banyak berjalan. Kelestarian lingkungan adalah tema lintas menunjukkan hasil yang positif di bidang pemantauan sektor untuk proyek-proyek dalam portofolio MDF, pembalakan liar dan dukungan penegakan hukum, dan merupakan fokus utama dari dua proyek tertentu. pengurangan konflik antara manusia dan satwa AFEP dibentuk secara khusus untuk mengurangi liar, pemetaan sumber daya hutan, pengembangan kemungkinan dampak negatif rekonstruksi terhadap rencana pengelolaan hutan setempat, dan peningkatan ekosistem hutan yang penting di Aceh. TRWMP pada kesadaran publik. Proyek ini mendukung agenda Aceh awalnya dirancang untuk membantu pembersihan Green Pemerintah Aceh serta kerangka kerja tata setelah terjadi tsunami dan memberi kontribusi penting kelola hutan yang melibatkan berbagai pemangku terhadap kelestarian lingkungan jangka panjang untuk kepentingan, dan meningkatkan perlindungan hutan Aceh dan Nias melalui penciptaan sistem pengelolaan dengan penekanan pada pembangunan kapasitas limbah padat yang berkesinambungan. bagi badan pengelola hutan dan taman pemerintah. Program jagawana masyarakat (Community Rangers) TRWMP saat ini telah memasuki tahap ketiga dan di ekosistem Ulu Masen telah berhasil merekrut berfokus pada kegiatan pembangunan kapasitas mantan pembalak dan pemburu liar serta mantan untuk memastikan adanya infrastruktur dan layanan kombatan dan menyediakan lapangan kerja alternatif pengelolaan limbah padat yang berkesinambungan untuk memantau hutan sebagai pengganti kegiatan setelah proyek ditutup. Proyek ini mempersiapkan ilegal. AFEP saat ini telah memasuki tahun terakhir pembangunan satu tempat pembuangan akhir pelaksanaannya dan berfokus pada penguatan kegiatan permanen regional dan delapan tempat pembuangan inti, misalnya pemantauan hutan, pengelolaan hutan, akhir kabupaten, termasuk satu di Nias. Selain dan kegiatan kesadaran lingkungan untuk memastikan infrastruktur fisik, proyek ini juga berfokus pada bahwa dampak akan terus dirasakan setelah proyek pembangunan kapasitas pemerintah daerah untuk berakhir. mengelola sistem pengelolaan limbah padat yang berkesinambungan, termasuk pengenalan layanan berbayar sehingga sistem ini dapat berlanjut setelah proyek berakhir. TRWMP terus mendukung kegiatan mata pencaharian terkait pengelolaan limbah, seperti daur ulang, pembersihan sedimen tsunami dari lahan pertanian untuk membantu petani melanjutkan mata pencaharian mereka sebelum terjadi tsunami. Kegiatan percontohan mendorong mata pencaharian yang berkesinambungan dan meningkatkan kesadaran di antara masyarakat tentang kebutuhan dan manfaat pengelolaan limbah padat, sekaligus mengalihkan plastik dan bahan daur ulang lain dari tempat pembuangan sampah kabupaten. Abdullah, 50, bekerja di bengkel kayu dekat TPD di Banda Aceh. TRWMP merupakantanggapan atas kekkhawatiran mengenai kesehatan masyarakat dan dampak puing-puing akibat tsunami dan gempa bumi terhadap lingkungan, serta sampah kota. Foto: Abbie Trayler-Smith/Panos Pictures/Department for International Development (Inggris) 24 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Proyek Pelestarian Lingkungan Proyek Alokasi Dana (AS$ juta) Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP) 17,53 Program Pengelolaan Limbah Tsunami (TRWMP) 39,40 Total 56,93 Anak-anak sekolah mengambil bagian dalam kegiatan pembangunan kesadaran lingkungan yang diselenggarakan oleh layanan jagawana di Ekosistem Ulu Masen. Pelajaran yang diselenggarakan oleh FFI di bawah program AFEP ini merupakan bagian program penjangkauan dan pembangunan kapasitas baru yang mendidik anak-anak mengenai manfaat yang dapat diberikan oleh hutan, serta menghindari munculnya pembalak liar baru. Foto: Abbie Trayler-Smith/Panos Pictures/Department for International Development (Inggris) 25 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Pembangunan Ekonomi dan LEDP Nias, yang juga berada dalam tahap pelaksanaan Mata Pencaharian awal, bertujuan untuk meningkatkan mata pencaharian dan mendukung pembangunan ekonomi di Nias. Proyek MDF memasuki tahap akhir pemulihan pascatsunami ini akan menyediakan bantuan teknis dan masukan bagi dan gempa bumi melalui dukungan aktif bagi kelompok perempuan maupun kelompok yang terdiri pembangunan ekonomi dan pemulihan mata dari laki-laki dan perempuan dalam berbagai kegiatan pencaharian. Strategi pendekatan bertahap MDF mata pencaharian pedesaan yang berfokus pada padi mengikuti prioritas pemerintah dalam mengisi dan komoditas lain yang memiliki nilai jual tinggi, yaitu kesenjangan dalam pemulihan masyarakat dan kakao dan karet. LEDP akan bekerja sama dengan infrastruktur terlebih dahulu, diikuti dengan kegiatan proyek lain di Nias, yaitu RACBP yang dilaksanakan pembangunan ekonomi dan mata pencaharian yang oleh ILO dalam menyediakan peningkatan akses di dirancang untuk tahap berikutnya dalam proses daerah pedesaan. Kedua proyek ini akan bekerja di rekonstruksi. Sekarang, setelah sebagian besar bidang ekonomi yang sama, mendukung peningkatan rekonstruksi fisik telah usai, pembangunan ekonomi dan pertanian melalui peningkatan akses ke pasar dan mata pencaharian menjadi perhatian utama pemerintah layanan, sehingga mendorong adanya kesempatan Aceh dan Sumatera Utara. Dua proyek MDF yang kini mata pencaharian dan pembangunan ekonomi yang berada dalam tahap pelaksanaan awal, EDFF dan LEDP, lebih baik di Nias. akan secara langsung mengatasi peningkatan dalam mata pencaharian dan pengembangan ekonomi. Sebenarnya sejak awal, MDF telah mendukung pemulihan mata pencaharian melalui proyek-proyek Proyek EDFF untuk pertama kalinya menerapkan lain dibawah portofolionya. MDF menghasilkan lebih mekanisme yang unik untuk mendukung pembangunan dari 17,6 juta hari kerja melalui proyek PPK, P2KP, ekonomi daerah di Aceh. Model baru yang diciptakan Rekompak, PNPM R2PN, CBLR3, RACBP, dan TRWMP, dalam melaksanakan proyek ini melibatkan LSM yang memberikan bantuan dana yang diperlukan bagi internasional dan LSM setempat dalam kemitraan keluarga yang terkena dampak selama pemulihan yang erat dengan pemerintah provinsi. Proyek senilai dan rekonstruksi. Selain itu, terdapat tiga proyek AS$ 50 juta ini akan mendanai delapan subproyek yang pembiayaan mikro bagi rumah tangga yang terkena dipilih melalui proses transparan untuk mendukung dampak melalui proyek CSO, PPK dan P2KP, serta usaha pembangunan ekonomi di sektor-sektor ekonomi kecil terkait dengan pengelolaan sampah dan daur utama Aceh, yaitu pertanian dan perikanan, termasuk ulang yang didukung oleh TRWMP. AFEP mendukung tanaman ekspor penting seperti kopi dan kakao. agrokehutanan dan sejumlah mata pencaharian Walaupun operasi pengaturan kelembagaan baru untuk alternatif tertentu bagi masyarakat yang tinggal di tepi proyek ini pada awalnya mengalami sedikit penundaan, hutan lindung. Program ini juga menciptakan lapangan namun saat ini seluruh subproyek sekarang telah kerja langsung bagi anggota masyarakat melalui berjalan. Subproyek tersebut sedang dilaksanakan program jagawana masyarakat. Lingkungan bisnis di di hampir semua kabupaten di Aceh, termasuk Aceh telah ditingkatkan melalui komponen P2DTK kegiatan yang meliputi, antara lain, penyediaan alat yang memperkuat kapasitas pemerintah provinsi dan komponen pertanian, pengembangan koperasi, dalam mengeluarkan izin usaha. EDFF dan LEDP peningkatan kualitas, peningkatan akses ke pasar, Nias sekarang berfokus langsung pada pemulihan akses ke keuangan, dan pemberdayaan perempuan. mata pencaharian dengan meletakkan landasan bagi 26 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Proyek Pembangunan Ekonomi dan Mata Pencaharian Proyek Alokasi Dana (AS$ juta) Fasilitas Pendanaan Pembangunan Ekonomi (EDFF) 50,00 Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Nias (LEDP) 8,20 Total 58,20 Seorang petani memetik buah kakao yang sudah matang di kebunnya di Desa Tunong, Kecamatan Pante Raja, Kabupaten Pidie Jaya. Proyek LEDP Nias dan EDFF Aceh berupaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi serta pemasaran kakao dan tanaman ekspor lain. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 27 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan peningkatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Transisi tanggung jawab rekonstruksi kepada lembaga sektor produktif utama di Aceh dan Nias. pemerintah di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten setelah penutupan BRR menimbulkan sejumlah tantangan baru. Penempatan pengaturan kelembagaan Tantangan baru dan kembali menuju proses pemerintah reguler membuat beberapa proyek penting tak dapat segera MDF beroperasi dalam konteks kompleks yang dimulai dan pelaksanaannya sempat tertunda. Transisi membuat rekonstruksi sangat menantang. Aceh menuju proses anggaran pemerintah reguler untuk memberikan tantangan tersendiri dalam hal situasi pencairan dana merupakan tantangan tersendiri, pemulihan pascabencana di lingkungan pascakonflik sehingga memerlukan pendekatan rekonstruksi yang peka terhadap konteks ini. Selain itu, kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat sipil masih rendah akibat dari konflik bertahun-tahun. Layanan transportasi, infrastruktur, ekonomi dan sosial juga sangat terpengaruh. Hal lain dalam konteks ini adalah korban jiwa, moral dan kapasitas secara ekstrem di banyak masyarakat yang hancur oleh gempa bumi dan tsunami. Lingkungan yang sulit merupakan tantangan bagi pelaksanaan proyek di Nias. Keterpencilan yang ekstrim dan jaringan transportasi yang buruk, musim hujan yang panjang, kurangnya akses untuk mendapatkan bahan berkualitas, dan kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan staf lapangan yang berkualitas turut membuat sebagian besar proyek di sana tertunda. Selain itu, terdapat berbagai tantangan tersendiri di Nias bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi lanjutan serta keberlanjutan manfaat rekonstruksi. Kesulitan fisik ini bertambah dengan adanya pemekaran kepulauan Nias dari dua kabupaten menjadi empat kabupaten dan satu kota. Pemekaran ini memberikan tambahan beban bagi kapasitas pemerintah daerah yang tersedia untuk pelaksanaan proyek yang efektif dan semakin menekan anggaran yang sudah kecil. Definisi pihak yang berwenang dan yurisdiksi kian berkembang, sehingga mempersulit pengambilan keputusan selama masa transisi. MDF melakukan upaya rekonstruksi di wilayah yang kompleks. Tantangan ini dijawab melalui pengembangan desain proyek yang terintegrasi dan mengutamakan keberlanjutan melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan. Tampak pada gambar Jalan Raya Baru, Banda Aceh yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui proyek IRFF. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 28 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio karena penundaan dalam persetujuan Daftar Isian utama dari semua proyek dibawah MDF. Kajian Tengah Pelaksanaan Anggaran (DIPA) mengakibatkan Waktu MDF bahkan telah mengidentifikasi pendekatan tertundanya pelaksanaan sejumlah proyek MDF dan berbasis luas ini sebagai kontribusi terbesar MDF terus merupakan tantangan yang berlanjut. untuk rekonstruksi secara keseluruhan. Oleh sebab itu kebutuhan akan pembangunan kapasitas akan terus Pembangunan kapasitas dan pengalihan aset ada, dan bahkan akan melampaui mandat MDF. MDF rekonstruksi kepada pihak berwenang terkait mendukung pemerintah nasional dan provinsi dalam merupakan tantangan yang paling kritis di masa proses verifikasi dan pengalihan aset rekonstruksi ke depan. Pembangunan kapasitas menjadi komponen pemerintah daerah melalui proyek AGTP, NITP dan Bantuan Teknis untuk BRR dan Bappenas, tetapi tugas ini banyak yang belum selesai. Kesinambungan aset rekonstruksi akan sangat tergantung pada transfer yang efektif, dan implikasi terhadap operasi dan pemeliharaan. Rangkaian terakhir proyek dihadapkan dengan jadwal ketat untuk menyelesaikan pelaksanaan proyek pada tanggal penutupannya di bulan Juni 2012. Termasuk di dalamnya adalah dua proyek pembangunan ekonomi dan mata pencaharian yang penting, yaitu EDFF Aceh dan LEDP Nias, serta dua proyek infrastruktur, RACBP Nias, dan pembiayaan tambahan untuk IRFF dalam menyelesaikan jalan nasional di pantai barat Aceh. Komite Pengarah MDF pada pertemuan September 2010 menekankan kepada semua pemangku kepentingan mengenai pentingnya bekerja sama dengan erat untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan proyek-proyek ini dapat dilaksanakan hingga akhir mandat MDF pada tahun 2012. Proyek-proyek MDF telah menangani tantangan secara kreatif. Hal ini dilakukan melalui pengembangan desain proyek dan strategi pelaksanaan dalam kemitraan dengan pemangku kepentingan. Beberapa proyek dalam portofolio MDF diperpanjang tanggal penutupannya sehingga terdapat cukup waktu untuk mencapai tujuan proyek. Dengan komitmen ini, MDF berada pada posisi yang tepat untuk terus bekerja dengan baik sampai penutupan semua proyek. 29 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Kisah MDF 2 Jalan Akses Baru Banda Aceh: Katalis untuk Pertumbuhan Jalan raya sepanjang dua kilometer di selatan Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh, masih belum dinamai sampai dengan tiga bulan setelah resmi dibuka pada bulan April 2009. Namun jalan raya bebas hambatan berjalur empat yang dikenal dengan nama proyek Jalan Akses Kota Baru Tahap 2 ini telah menarik banyak kegiatan ekonomi. Di kedua sisi jalan, mulai dari persimpangan bernama Simpang Surabaya sampai ke Jalan Arteri Sukarno-Hatta, banyak bermunculan toko, rumah dan restoran baru. Terdapat juga beberapa bangunan besar seperti Kantor Kejaksaan Aceh, ruang pamer Toyota, dan pompa bensin Pertamina yang benar-benar baru. Sebuah terminal besar melayani bus antarprovinsi yang melintas menuju dan dari daerah seperti Medan, Sumatera Utara. Jalan Akses Kota Baru Tahap 2 merupakan jalan utama yang benar-benar baru, berbeda dengan jalan pantai yang hancur karena tsunami 2004. Jalan itu merupakan bagian dari rencana induk Banda Aceh untuk memperluas batas kota dan membangun jaringan jalan untuk mendukungnya. Foto: Abbie Trayler-Smith/Panos Pictures/Department for International Development (Inggris) 30 Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio "Konstruksinya dipercepat sehingga daerah itu dapat berkembang lebih cepat dan memulihkan perekonomian setempat," ujar Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal. Sebagai perpanjangan Jalan Akses Kota Baru Tahap 1, yang dibangun BRR, jalan yang baru ini diidentifikasi oleh pihak berwenang setempat sebagai proyek yang akan dikembangkan melalui Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) dengan dukungan dari Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF), dua proyek untuk Aceh dan Nias yang didukung oleh MDF dan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Bagi warga Desa Batoh yang terletak di dekat jalan raya baru itu, banyak perubahan telah terjadi, sebagian besar merupakan perubahan positif. Tarmiji, 52, pemilik Dhapu Kupi ("Dapur Kopi" dalam bahasa Aceh), merupakan salah satu contohnya. Tak lama setelah terjadinya tsunami, saat harga tanah merosot tajam, Tarmiji memanfaatkan kesempatan itu dengan membeli dua toko di sudut strategis tempat Jalan Akses Kota Baru bersimpangan dengan Jalan Arteri Simpang Surabaya-Lampeuneureut. Sekitar setahun lalu, Tarmiji memutuskan untuk membuka warung kopi guna melayani penduduk di sekitarnya yang semakin bertambah. Banyak orang yang selamat dari bencana tsunami mengalami trauma sehingga enggan kembali tinggal di daerah pantai dan memilih untuk menetap di pedalaman, termasuk di "Konstruksinya dipercepat sehingga daerah yang berbatasan dengan jalan baru tersebut. Karena masyarakat Aceh suka minum kopi, ini merupakan usaha yang daerah itu dapat berkembang lebih tepat. Warung kopinya yang berlantai dua merupakan satu cepat dan memulihkan perekonomian dari dua warung kopi terbesar di Banda Aceh. Tempat tersebut setempat." selalu dipadati pengunjung, khususnya pada saat ia menyajikan pertandingan sepak bola pada televisi layar datar berukuran 2 x 1,5 meter. "Usaha saya akan berkembang pesat saat jalan baru benar-benar sibuk," ujar Tarmiji. Di ujung jalan satunya, yang membentuk pertigaan dengan jalan lingkar Sukarno-Hatta, pensiunan guru, Juned Daud, pemilik toko yang menjual perlengkapan sekolah, merasa optimis. Sebagai keucik atau kepala Desa Lampeuneurut, ia menyaksikan harga tanah di sekitar jalan baru, yang sebelumnya merupakan rawa dan sawah, naik hampir sepuluh kali lipat. Ia takjub melihat banyaknya orang yang ingin membeli tanah di sana, walaupun harganya naik drastis. Sebagai kepala desa, ia senang daerah tempat tinggalnya tidak lagi mengalami banjir di musim hujan. Hal ini berkat saluran air yang dibangun untuk menampung dan menyalurkan air yang berlebih ke lokasi lain. Daerah di belakang rumahnya, misalnya, biasanya banjir pada saat musim hujan, dan air banjir akan lama tergenang sehingga menimbulkan bahaya kesehatan. Namun saat ini, tidak ada lagi genangan air dan daerah tersebut dapat kering sepanjang tahun. Selain menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi, jalan baru ini juga memudahkan warga yang ingin pergi ke sekolah atau melakukan kegiatan sehari-hari. Rusnah, 35, seorang perempuan yang suaminya bekerja di lokasi konstruksi, menyatakan bahwa dengan adanya jalan baru, ketiga anaknya tidak perlu lagi menyeberangi rawa untuk pergi ke sekolah. Jalan ini juga mengurangi waktu tempuh perjalanannya ke kota untuk berdagang. "Saya tidak perlu lagi berjalan dua kilometer dari seberang rawa ke terminal bis, saya tinggal menunggu labi-labi (kendaraan transportasi umum kecil) di pinggir jalan baru," ujar Rusnah. 31 "MDF mengalokasikan dan berkomitmen untuk menyediakan AS$646 juta bagi 23 proyek." Kelompok produsen perempuan membuat bordiran di tempat usaha garmen yang berlokasi di Desa Lhee Blang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Kelompok produsen seperti ini mendapatkan fasilitas kredit mikro dari PPK. Foto: Irwansyah Putra untuk MDF 32 Bab 3: Keuangan MDF Dana Tunai yang Tersedia Bab 3: Keuangan MDF Sampai saat ini MDF telah menerima AS$620 juta atau sekitar 91 persen dari total komitmen lembaga donor (Tabel 3-1). Proyeksi dana tunai dipantau secara rutin untuk memastikan bahwa MDF memiliki cukup dana untuk melanjutkan kegiatan pembiayaan proyek Komitmen selama MDF masih beroperasi. Sampai dengan 30 September 2010, Multi Donor Fund memiliki total AS$678 5 juta dalam bentuk komitmen dari 15 donor yang berbeda. Tidak semua komitmen Alokasi dan Komitmen Pendanaan diberikan dalam dolar Amerika Serikat dan sebagian belum diterima. Oleh karena itu jumlah komitmen Sampai dengan 30 September 2010, MDF telah berfluktuasi sesuai dengan nilai tukar dana yang mengalokasikan dan memberikan komitmen tersedia untuk MDF serta tanggal pelaporan MDF. sebesar AS$646 juta untuk 23 proyek.6 Proyek- Tabel 3-1: Komitmen dan Kontribusi MDF sampai dengan 30 September 2010* Jumlah komitmen dan Kesepakatan Kontribusi Dana yang diterima Sumber yang telah ditandatangani dalam AS$ juta dalam AS$ juta Uni Eropa 269,10 243,86 Pemerintah Belanda 171,60 139,20 Pemerintah Inggris 68,50 68,50 Pemerintah Kanada 20,22 20,22 Bank Dunia 25,00 25,00 Pemerintah Swedia 20,72 20,72 Pemerintah Norwegia 19,57 19,57 Pemerintah Denmark 18,03 18,03 Pemerintah Jerman 13,93 13,93 Pemerintah Belgia 11,05 11,05 Pemerintah Finlandia 10,13 10,13 Bank Pembangunan Asia 10,00 10,00 Pemerintah Amerika Serikat 10,00 10,00 Pemerintah Selandia Baru 8,80 8,80 Pemerintah Irlandia 1,20 1,20 Kontribusi 677,85 620,21 *Nilai tukar pada tanggal 30 September 2010; Sumber: Bank Dunia. 5 Belanda mengindikasikan akan mengurangi kontribusi sebesar AS$25 juta sebagai akibat pengurangan bantuan pembangunan karena krisis keuangan global. 6 Alokasi untuk proyek-proyek tertentu ada di Bab 2. 33 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan proyek ini telah berjalan berdasarkan enam bidang Diagram 3.1: Pendanaan MDF untuk Rekonstruksi Berdasarkan hasil, yaitu: pemulihan masyarakat, rekonstruksi Bidang Hasil infrastruktur besar dan transportasi, pembangunan Keberlanjutan Pembangunan Pemulihan Lingkungan Ekonomi Masyarakat kapasitas dan tata kelola, dukungan pengelolaan 9% 9% 32% lingkungan berkelanjutan, peningkatan efisiensi dan efektivitas proses pemulihan secara keseluruhan, Pembangunan Kapasitas & Tata Kelola serta pembangunan ekonomi dan mata pencaharian. 9% Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk Peningkatan Proses memberikan kontribusi tambahan sebesar AS$168 juta Pemulihan 6% dalam pendanaan bersama untuk empat proyek dalam Infrastruktur & portofolio MDF. Transportasi 35% MDF telah melakukan banyak investasi dalam enam bidang hasil yang ditargetkan, sesuai dengan prioritas Pemerintah Indonesia. Sekitar sepertiga portofolio dialokasikan untuk infrastruktur besar dan transportasi Indonesia selama upaya rekonstruksi telah banyak dan sepertiga lainnya untuk pemulihan masyarakat, menyumbangkan prestasi yang luar biasa. Bahkan termasuk perumahan dan infrastruktur tingkat rekonstruksi Aceh dan Nias telah menjadi model masyarakat. Sisa alokasi diberikan untuk proyek di internasional untuk tanggapan pascabencana. empat bidang hasil lainnya dengan pembagian kurang lebih sama untuk lingkungan, pembangunan ekonomi, dan pembangunan kapasitas/proyek tata kelola sehingga masing-masing mendapatkan sekitar 9 persen Pencairan Dana dari total portofolio, sedangkan sisanya dialokasikan untuk proyek-proyek yang berfokus pada peningkatan Sampai dengan 30 September 2010, sejumlah proses pemulihan secara keseluruhan (Diagram 3-1). AS$500 juta telah disalurkan untuk proyek-proyek dalam portofolio MDF. Jumlah ini mencapai sekitar Pemerintah Indonesia mendorong upaya-upaya 77 persen dari total dana yang telah dialokasikan dan rekonstruksi, memimpin koordinasi dan melaksanakan dikomitmenkan untuk proyek dan jumlah ini merupakan sebagian besar proyek-proyek MDF. MDF memberikan peningkatan sekitar 25 persen dari tahun sebelumnya. keleluasaan kepada pemerintah dalam penggunaan Masih ada sekitar dua tahun yang tersisa untuk sumber daya MDF untuk melaksanakan proyek menyelesaikan pelaksanaan proyek, dan pencairan ini melalui gabungan modalitas pelaksanaan - melalui sejalan dengan kemajuan fisik dari tujuan dan sasaran departemen/kementrian pemerintah, LSM, UNDP, ILO proyek.Transisi dari BRR ke jajaran kementerian telah dan WFP. Sekitar 73 persen dana MDF telah disalurkan selesai dan mekanisme pemerintah untuk penyaluran melalui anggaran nasional pemerintah dan sekitar danapun telah berdiri sehingga memungkinkan aliran 23 persen dana dikelola melalui kemitraan dengan dana ke proyek untuk berjalan. MDF, secara rata-rata, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP, WFP dan telah menyalurkan lebih dari AS$100 juta per tahun ILO), dan 4 persen sisanya melalui LSM (Diagram 3-2). ke proyek-proyeknya. Sekitar AS$346 juta disalurkan Koordinasi yang kuat dan kepemimpinan Pemerintah ke proyek melalui anggaran nasional pemerintah, 34 Bab 3: Keuangan MDF Diagram 3.2: Badan Pelaksana Proyek MDF ini sedang ditegaskan secara resmi, jumlah dana yang belum dialokasikan dan belum dikomitmenkan akan ILO WFP KPDT BPN turun menjadi sekitar AS$1,2 juta. 3% 4% 13% 2% UNDP 16% Pencairan dana untuk proyek mencerminkan status portofolio secara keseluruhan. Proyek dalam LSM 4% anggaran yang aktif akan mendorong pencairan dan Kementerian belanja proyek sampai penutupan MDF pada tahun Dalam Negeri 2012. Sebagian besar pencairan dana yang tersisa 14% diperkirakan akan dilakukan sepanjang tahun 2011. Kementerian Pekerjaan Umum 44% Dalam sisa waktu MDF, penggunaan dana akan difokuskan terutama untuk memastikan kualitas pelaksanaan dan pencapaian tujuan proyek. Diperkirakan akan terdapat sisa dana dari sebagian sedangkan sisanya sebesar AS$153 juta disalurkan proyek yang akan tutup. Dana yang tersisa ini untuk proyek di luar anggaran pemerintah. diperkirakan akan digunakan untuk pembiayaan tambahan bagi proyek-proyek yang saat ini sedang Hingga bulan September 2010, AS$436 juta atau berjalan, begitu dana tersebut tersedia. Penggunaan 87 persen dari dana yang disalurkan telah terpakai. dana tersebut akan difokuskan pada pembangunan Dengan bercermin pada upaya rekonstruksi secara kapasitas dan infrastruktur setempat, seperti yang keseluruhan, yang mendekati penyelesaian, sebagian telah disetujui pada pertemuan Komite Pengarah yang besar proyek MDF telah matang dan beberapa telah diselenggarakan pada bulan September 2010. Sisa selesai. Delapan proyek telah ditutup, 12 proyek telah dana yang tidak diterima pada waktunya sehingga memasuki tahap pelaksanaan penuh dan tiga proyek pengunaannya tidak dapat diatur ulang secara efektif berada dalam tahap awal pelaksanaan. Melihat tren akan dikembalikan ke donor. secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dalam membuahkan hasil. MDF bergantung pada koordinasi antarpemerintah yang efektif oleh Bappenas serta pengawasan dan pelaksanaan yang baik oleh semua badan mitra dan badan pelaksana. Pencairan dana ke proyek- Prospek proyek yang berada di bawah anggaran pemerintah memerlukan proses alokasi yang sesuai dengan proses Dana MDF dapat dianggap telah dikomitmenkan anggaran nasional. Dengan adanya keterbatasan waktu sepenuhnya untuk proyek. Sampai dengan tanggal yang tersisa, pengolahan anggaran yang tertunda akan 30 September 2010, dana yang belum dialokasikan memberikan dampak negatif terhadap pelaksanaan dan belum dikomitmenkan tercatat sebesar AS$26,5 proyek. Oleh karena itu, agar proyek dapat diselesaikan juta, dengan memperhitungkan administrasi program dengan baik, maka semua pihak perlu berfokus pada dan biaya lainnya. Namun, dengan adanya penurunan masalah teknis, kelembagaan dan keuangan selama kontribusi donor sebesar sekitar AS$25 juta yang saat proses berlangsung. 35 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Kisah MDF 3 Aceh dan Nias yang Bersih dan Hijau Program Pengelolaan Limbah Tsunami (TRWMP) , yang didukung hibah dari MDF, menggunakan pendekatan multi aspek untuk pelestarian lingkungan yang difokuskan pada pengelolaan limbah padat. Proyek ini awalnya dirancang untuk membersihkan puing dan reruntuhan pascatsunami. Pada tahap berikutnya proyek berkembang dengan mendukung sistem pengelolaan limbah padat yang berkesinambungan sebagai bagian dari komitmen untuk "membangun kembali dengan lebih baik." Proyek ini mencakup pembangunan tempat pembuangan akhir dan pengembangan percontohan sistem pengumpulan sampah berbayar. TRWMP juga membantu menyediakan peluang mata pencaharian dalam daur ulang dan kegiatan lain terkait dengan limbah, serta membangun kesadaran masyarakat mengenai daur ulang dan praktik terbaik dalam pengelolaan limbah. Daur Ulang Kehidupan di TPA Setiap hari beberapa kelompok pemulung memilah limbah di Suak Buluh, satu-satunya tempat pembuangan akhir di Simeulue, yang tersembunyi di balik bukit hijau rimbun dekat ibu kota, Sinabang. Mereka mengumpulkan plastik, logam, kardus - apa saja yang dapat dijual ­ juga kayu bakar yang akan dibawa pulang dan digunakan untuk memasak. Yusni merupakan salah satu dari 25 anggota kelompok pemulung, yang 23 orang di antaranya adalah perempuan. Yusni berbicara apa adanya mengenai kehidupannya di tempat pembuangan akhir. Ia datang hampir setiap hari ke Suak Buluh. Ibu dari tiga orang anak ini mencari dan memilah limbah yang dapat didaur ulang dan berharga, yang diambil dari 25 m3 limbah yang setiap hari diangkut dari seluruh pulau. Yusni yang berumur 32 tahun ini menghabiskan separuh jam kerjanya di tempat pembuangan akhir Simeulue, separuhnya lagi di perkebunan kelapa sawit, tergantung pada kegiatannya sebagai pemulung. Ia sering mendapatkan sekitar Rp 100.000 per minggu dari bahan daur ulang yang ia kumpulkan. "Saya suka menjadi pemulung," ujar Foto: Koleksi UNDP Yusni. "Di sini penghasilan saya lebih baik daripada di perkebunan." Jam kerjanya pun lebih baik. Amidah, ketua kelompok pemulung juga lebih suka menjadi pemulung. "Saat kami bekerja di sini, kami hanya bekerja sampai tengah hari. Di perkebunan, mereka menjemput kami jam 7 pagi dengan truk dan kami baru selesai bekerja jam 4 sore," ujarnya. TRWMP bekerja sama dengan penduduk di Aceh dan Nias yang mendapatkan penghasilan di tempat pembuangan akhir. Salah satu kegiatan utama TRWMP adalah Proyek Mata Pencaharian dari Pengolahan Limbah, yang berusaha mendukung dan meningkatkan pendapatan keluarga dan kesinambungan usaha kecil di seluruh Aceh dan Nias sekaligus mengalihkan sebanyak mungkin bahan yang dapat didaur ulang dari tempat pembuangan akhir. Memulung merupakan salah satu kegiatan yang diidentifikasi memerlukan bantuan TRWMP. TRWMP sering kali mengadakan pelatihan dan memberi peralatan bagi banyak pemulung di Aceh dan Nias, yang merupakan salah satu kelompok paling rentan dan miskin di wilayah tersebut. Namun mereka telah menyadari gagasan bahwa barang yang dibuang sebagai sampah dapat menghasilkan rezeki. 36 Bab 3: Keuangan MDF Pemerintah daerah secara rutin mendukung pemulung. Dengan dukungan TRWMP pemerintah daerah juga secara rutin mengadakan penyuluhan mengenai kebersihan agar para pemulung menjaga kesehatan dan kesejahteraan mereka. Pemulung perempuan menyatakan bahwa keluhan utama pemulung adalah masalah kulit, namun selebihnya kondisi kesehatan mereka cukup baik. Yusni dan Amidah pulang setiap malam dan mandi menggunakan sabun beberapa kali. Mereka kemudian menyalakan api untuk memasak dengan menggunakan kayu yang dikumpulkan dan bersantap malam dengan keluarga mereka masing-masing, setelah bekerja keras di Suak Buluh untuk memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga mereka. Membangun Kesadaran Anak Sekolah mengenai Kebersihan dan Pengelolaan Limbah Kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang didukung oleh TRWMP di Aceh dan Nias. Proyek ini mengajarkan anak sekolah mengenai prinsip dasar daur ulang dan praktik kebersihan, karena membangun kesadaran dan kebiasaan baik sejak dini bagi anak-anak akan menghasilkan masyarakat yang lebih berpengetahuan saat mereka menginjak dewasa. Sesaat sebelum waktu istirahat di sebuah sekolah dasar kecil di Banda Aceh, sekitar 40 anak dengan sabar berdiri tegak di halaman sekolah. Suara seorang perempuan yang terdengar dari pengeras suara untuk menenangkan anak-anak berusia empat dan lima tahun yang ceria itu. A. Elia Nova bekerja di Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh (DK3), dan ia mengajar anak-anak di TK Al-Azhar mengenai praktik kebersihan, pengelolaan limbah dan prinsip daur ulang. "Kami ingin anak-anak lebih sadar lingkungan," ujar Elia, salah satu dari tiga fasilitator pelatihan dari D3K di sekolah itu. "Kami mengajarkan enam hal: pendidikan lingkungan, kebersihan, cuci tangan, penanaman pohon, pengetahuan dasar mengenai limbah dan sampah serta pembuatan kompos." "Lebih mudah mengubah perilaku mereka dari awal daripada setelah mereka beranjak dewasa," kata Elia. Ini merupakan satu dari sepuluh sesi sosialisasi pemerintah yang didukung TRWMP di sekolah-sekolah Banda Aceh sepanjang 2010. Tahun depan D3K akan menambah enam sekolah lagi dalam daftar pelatihannya. Di seluruh 13 kabupaten yang didukung TRWMP, pemerintah daerah telah melatih hampir 30.000 siswa dari 427 sekolah mengenai masalah kesadaran lingkungan. Setelah permainan yang tampak melelahkan di halaman sekolah kecil di Banda Aceh itu, anak-anak beristirahat menikmati camilan di ruang kelas yang sejuk. Saat ditanya apakah mereka akan mengajari orang tua mereka mengenai semua hal yang mereka pelajari, anak-anak serentak berteriak, "YA!" Foto: Koleksi UNDP 37 "Dampak yang berkelanjutan dan strategi penutupan merupakan fokus penting bagi MDF." Yursi, 20, merawat benih kakao di pembibitan Forsaka di Desa Jalin, Jantho, Aceh. Pembibitan Forsaka merupakan prakarsa yang dibentuk oleh Fauna and Flora International (FFI) di bawah Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP). Pembibitan ini menyemaikan benih tanaman kakao, mahoni dan pohon lain untuk menyediakan benih gratis kepada petani setempat agar mereka dapat menanam berbagai tanaman. Daerah itu merupakan salah satu tempat yang paling banyak dirugikan oleh pembalakan liar. Foto: Abbie Trayler-Smith/Panos Pictures/Department for International Development (Inggris) 38 Bab 4: Memandang ke Depan MDF terhadap rekonstruksi secara keseluruhan akan terus diberikan melalui bantuan teknis untuk BRR dan Bab 4: Menatap ke Depan Bappenas serta dukungan kepada pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten di Aceh dan Nias melalui berbagai proyek. Portofolio MDF saat ini telah matang, sesuai dengan strategi bertahap yang telah ditentukan sejak awal. Beberapa proyek telah ditutup, sebagian Enam tahun telah berlalu sejak terjadinya gempa bumi besar proyek tengah sepenuhnya dilaksanakan dan dan tsunami pada bulan Desember 2004 dan gempa kesibukan mulai berkurang, sedangkan beberapa bumi pada bulan Maret 2005, dan kini rekonstruksi proyek terakhir sudah berada pada tahap awal Aceh dan Nias telah memasuki tahap akhir. Hasil yang pelaksanaan. Proyek mengalami kemajuan yang baik, luar biasa telah tercapai dalam pemulihan masyarakat, hasil nyata yang jelas terlihat, dan manfaat proyek telah rekonstruksi infrastruktur, pemulihan pelayanan dan dirasakan oleh masyarakat di seluruh Aceh dan Nias. pembangunan kembali lembaga setempat. Penduduk Aceh dan Nias telah mulai memandang ke depan, bukan Diperlukan keberlanjutan koordinasi dan kerja sama lagi ke belakang, sambil terus membangun kembali yang kuat dari semua mitra untuk menjamin kelancaran kehidupan dan masyarakatnya serta bekerja untuk pelaksanaan dan kualitas serangkaian proyek terakhir. mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Jadwal penyelesaian proyek ini sangat ketat. Mandat yang berkelanjutan. MDF akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, dan seluruh proyek harus ditutup pada bulan Juni Rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dan Nias berlanjut 2012, tanpa ada kemungkinan perpanjangan. Tanggal melalui proses reguler pemerintah. Bappenas akan penutupan untuk beberapa proyek telah diperpanjang terus mengkoordinasikan rekonstruksi melalui Rencana sampai Juni 2012 untuk memastikan adanya cukup Aksi 2010-2012 yang mencakup periode waktu yang waktu untuk menyelesaikan tujuan mereka. sama seperti Multi Donor Fund. Pemerintah provinsi juga memainkan peran yang semakin penting dalam Seluruh dana MDF yang tersedia telah dialokasikan semua aspek rekonstruksi, dan pelaksanaan Rencana ke seluruh proyek-proyeknya.7 Komite Pengarah Aksi bersama dengan pemerintah pusat. Pemerintah menyatakan bahwa Wali Amanat telah mengelola provinsi Aceh dan Sumatera Utara telah mengeluarkan dana dengan baik. Proyek-proyek berjalan sesuai peraturan pemerintah provinsi mengenai Rencana rencana, pencairan sisa dana juga akan dilakukan pada Aksi 2010-2012. Setelah itu pembangunan Aceh tahun 2011 dan harus digunakan oleh masing-masing akan dipandu oleh Rencana Akselerasi Pembangunan proyek hingga masa penutupannya. Diperkirakan akan Berkelanjutan yang saat ini sedang dipersiapkan oleh terdapat sejumlah sisa dana dari beberapa proyek. pemerintah provinsi dengan dukungan dari pemerintah MDF dalam hal ini akan mengatur ulang penggunaan pusat. sisa dana tersebut sejauh memungkinkan dalam jangka waktu yang tersisa saat dana tersebut tersedia. MDF telah memberikan kontribusi yang signifikan Komite Pengarah telah menetapkan bahwa prioritas dalam proses pemulihan secara keseluruhan dan tetap akan diberikan pada pembangunan kapasitas dan berkomitmen untuk melanjutkan dukungan terhadap rekonstruksi sampai akhir mandatnya. Dukungan 7 Lihat Bab 3: Keuangan MDF, untuk mendapatkan perincian. 39 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan infrastruktur setempat dalam kerangka proyek yang dimasukkan dalam agenda pembangunan Aceh dan ada. Bisa atau tidaknya dana tersebut diatur ulang dan Nias. Proyek-proyek khusus seperti DRR-A, TRWMP dipakai oleh proyek yang ada akan tergantung pada dan AFEP, misalnya, menangani masalah ini secara kapan dana tersebut tersedia, sehingga dapat secara langsung. Proyek-proyek lain dalam portofolio, efektif dimanfaatkan hingga tanggal penutupan seperti proyek perumahan di Aceh dan Nias, proyek proyek. infrastruktur besar yang dilaksanakan di bawah IREP dan IRFF, NITP, SDLP dan lain-lain, juga telah Portofolio MDF secara keseluruhan memberikan hasil memasukkan kelestarian lingkungan dan/atau dan kualitas yang baik, dan dampak mulai terlihat pengurangan risiko bencana dalam kegiatan mereka. saat proyek mendekati penyelesaian. Ribuan proyek infrastruktur besar dan kecil telah selesai dan memberi Proyek-proyek MDF menggunakan pendekatan yang kontribusi terhadap revitalisasi ekonomi. Rumah berkesinambungan sehingga dapat memastikan dan sekolah telah ditempati, organisasi masyarakat adanya manfaat jangka panjang. Proyek seperti AFEP, menjadi lebih aktif dan saling berhubungan, lembaga TRWMP, SDLP, dan DRR-A menetapkan tata kelola, daerah menjadi lebih kuat dan tangguh, pemerintah sistem penyampaian layanan dan pengelolaan, baik daerah lebih siap dalam mengelola upaya rekonstruksi pemerintah maupun nonpemerintah, yang dirancang yang masih ada dan pembangunan di masa mendatang. untuk terus berfungsi setelah dukungan proyek Masyarakat dan individu, terutama perempuan, lebih berakhir. Investasi MDF dalam infrastruktur fisik dan diberdayakan untuk berperan dalam perencanaan bagi modal sumber daya manusia memberi kontribusi bagi pembangunan masa depan di tengah masyarakat. ketahanan Aceh dan Nias terhadap bencana di masa Peluang mata pencaharian telah ditingkatkan bagi depan. masyarakat melalui kegiatan proyek dan pekerjaan pembangunan ekonomi dengan target yang lebih MDF memanfaatkan kekuatan kelembagaan dari spesifik baru saja berlangsung. berbagai mitra dan hubungannya dengan program pemerintah dalam rangka mencapai hasil dan Kesinambungan dampak dan strategi penutupan meningkatkan kesinambungan pogram. Proyek UNDP merupakan fokus penting bagi MDF secara seperti NITP dan AGTP berusaha untuk memuluskan keseluruhan. Menjadi kewajiban seluruh proyek di proses transisi dari rekonstruksi ke pembangunan bawah MDF untuk memastikan agar kedua hal tersebut yang berkelanjutan dengan menggunakan strategi tercapai. Pengalihan aset rekonstruksi kepada pihak UNDP tingkat nasional yang mendukung agenda berwenang yang relevan serta memastikan adanya desentralisasi pemerintah. Proyek-proyek MDF yang sumber daya dan sistem untuk melanjutkan operasi dan berada di bawah Bank Dunia dan menggunakan pemeliharaan merupakan tantangan terbesar terhadap pendekatan CDD juga berjalan selaras dengan strategi kesinambungan investasi yang dilakukan melalui nasional pemerintah untuk pengurangan kemiskinan. rekonstruksi secara keseluruhan. Proyek-proyek MDF Proyek-proyek CDD (PPK, P2KP, Rekompak, PNPM mendukung pemerintah dalam hal pengalihan aset dan R2PN) dan P2DTK telah dimasukkan ke dalam program pembangunan kapasitas untuk mengatasi tantangan nasional di bawah program PNPM yang berada di bawah ini. naungan pemerintah. Pendekatan yang diadopsi oleh proyek-proyek MDF memberikan kontribusi pada hasil Pengurangan risiko bencana dan pengelolaan yang berkesinambungan dan manfaat pembangunan lingkungan yang berkesinambungan merupakan yang terus berlanjut setelah proyek berakhir dengan prinsip penting lainnya yang dipersiapkan MDF untuk menghubungkannya dengan program nasional. 40 Bab 4: Memandang ke Depan Selain itu, pendekatan berbasis masyarakat untuk waktu, tetapi akan membantu meletakkan landasan rekonstruksi perumahan yang dikembangkan melalui bagi pembangunan ekonomi masa depan yang sejalan proyek Rekompak di Aceh telah direplikasi dan diadopsi dengan rencana utama rekonstruksi dan rencana oleh pemerintah pusat untuk rekonstruksi perumahan pembangunan jangka menengah pemerintah provinsi. pascabencana. Aspek penting lainnya adalah proyek-proyek ini menyediakan model, percontohan, dan sistem yang Proses rekonstruksi pascabencana diakui berkontribusi dapat dibangun setelah MDF berakhir. pada situasi Aceh yang aman dan damai. Oleh sebab itu penting untuk terus dilanjutkan agar tercipta MDF akan menilai hasil dan dampak upayanya dengan pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. berfokus pada pembelajaran yang diperoleh. MDF MDF beroperasi dalam konteks pemulihan memiliki pembelajaran yang berharga baik dari sisi pascabencana yang unik karena juga berada ditengah- pelaksanaan proyek maupun harmonisasi donor tengah kondisi pascakonflik. Pemerintah kedua yang efektif. Keberhasilan MDF dan keseluruhan provinsi dan Bappenas terus memberikan perhatian upaya rekonstruksi Aceh dan Nias sudah diakui oleh dalam menjembatani upaya rekonstruksi dan prakarsa masyarakat dunia. Upaya pemulihan dan rekonstruksi perdamaian melalui pemasyarakatan pembangunan yang luar biasa ini perlu dijadikan pembelajaran bagi ekonomi yang juga peka terhadap kondisi pascakonflik. upaya rekonstruksi pascabencana di tempat-tempat MDF mendukung agenda pemerintah sejauh hal lain di masa yang akan datang. tersebut dimungkinkan dalam mandatnya dengan memasukkan unsur kepekaan terhadap konflik sebagai Model yang dikembangkan di Aceh seperti perumahan fitur penting dalam rancangan proyek. Program berbasis masyarakat dan proyek infrastruktur telah Konsolidasi Pembangunan yang Damai di Aceh (CPDA), direplikasi di tempat lain di Indonesia untuk proses prakarsa baru yang didukung oleh Belanda dan AusAID pemulihan pascabencana termasuk bencana letusan dalam kemitraan dengan Bank Dunia dan pemerintah, Gunung Merapi yang baru-baru ini terjadi. Pendekatan bertujuan untuk mendorong pengarusutamaan ini juga sedang dipelajari untuk digunakan di Haiti pengurangan konflik ke dalam agenda pembangunan dan dalam konteks internasional lainnya. Dengan Aceh. memanfaatkan pengalamannya dengan MDF, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Fasilitas Multi Mandat MDF adalah untuk berkontribusi pada upaya Donor Fund Indonesia untuk Pemulihan Pascabencana rekonstruksi pascabencana dan tidak dirancang untuk (IMDFF-DR) yang merupakan dana siaga bagi menangani seluruh masalah pembangunan di Aceh tanggapan dan pencegahan bencana. Namun, dan Nias. Meskipun demikian, MDF bekerja untuk pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan program mendukung Pemerintah Indonesia dan pemerintah rekonstruksi dan pemulihan MDF tidak terbatas pada provinsi untuk "membangun kembali dengan lebih sistem dan pengaturan pascabencana, namun juga baik," sehingga membantu meletakkan landasan mengenai tata kelola, pemberdayaan masyarakat, dan bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan masa pembangunan lembaga yang kuat untuk meningkatkan depan. Dua proyek pembangunan ekonomi dan pembangunan masa depan Aceh dan Nias. mata pencaharian utama MDF baru saja dimulai dan dirancang untuk menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi di beberapa sektor produksi utama, yang berfokus pada pertanian di seluruh Aceh dan Nias. Proyek-proyek ini terbatas dalam ruang lingkup dan 41 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Kisah MDF 4 Mendukung Pemulihan Pascabencana Melalui Organisasi Berbasis Masyarakat di Nias Untuk pertama kalinya, Desa Lewuoguru di Kota Gunung Sitoli, Kepulauan Nias, memiliki fasilitas pendidikan. Tempat di mana anak- anak dapat belajar dan bermain telah didirikan dan sekarang dapat digunakan di desa itu dengan menggunakan kurikulum nasional untuk pendidikan anak usia dini. Anak-anak menghabiskan waktu dua jam di sekolah setiap hari, untuk bermain bersama dengan berbagai mainan, bernyanyi serta belajar membaca dan menulis. Fasilitas yang didirikan berdasarkan prakarsa Ingin Maju - organisasi berbasis masyarakat (CBO) perempuan di desa itu merupakan jawaban sempurna terhadap kekhawatiran perempuan setempat mengenai kurangnya peluang pendidikan bagi anak-anak usia dini. Dengan dukungan dari Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias (CSO) UNDP dan pendanaan dari Multi Donor Fund senilai Rp 108 juta (AS$ 11.980), fasilitas ini telah dibuka pada bulan Oktober 2008. Walaupun banyak pihak yang berusaha menekan agar organisasi ini menggunakan hibah kecil yang diperolehnya untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan, kelompok perempuan itu tetap teguh pada tujuannya, yaitu untuk mendapatkan fasilitas pendidikan bagi anak-anak desa setempat. Austcare, sebuah LSM Australia, adalah mitra UNDP dalam melaksanakan proyek CSO tersebut di Nias. Yusminar Harefa, 29, tinggal di dusun III, Desa Lewuoguru. Ia "Kami berharap di masa depan bekerja sebagai asisten guru di sekolah dasar setempat yang juga bertugas sebagai sekretaris Ingin Maju. "Keberadaan Pusat kami dapat memiliki sekolah dasar, Pendidikan Usia Dini Ingin Maju merupakan hal yang luar biasa sehingga anak-anak kami tidak perlu bagi kami di desa ini. Kami telah menghadapi banyak kesulitan dan menempuh perjalanan sepanjang hambatan dalam melaksanakan program ini. Ada kalanya kami lima sampai enam kilometer ke desa merasa tidak dapat melanjutkan program ini karena tantangannya tetangga untuk bersekolah." begitu banyak." Suami Yusminar pada awalnya enggan memberikan bantuan dalam menjalankan CBO karena yakin bahwa peran Yusminar di Ingin Maju akan mengganggu pekerjaannya sebagai asisten guru di sekolah. Fasilitator Austcare melakukan pertemuan dengan tim manajemen CBO di rumahnya, menunjukkan kepada Yusminar tentang bagaimana membuat pembukuan yang benar sekaligus cara membagi waktu untuk keluarga dan CBO. Suaminya kemudian mulai menyadari dan memahami pekerjaan Yusminar dan CBO termasuk aspek yang memperhatikan kesetaraan gender. Pada akhirnya, dukungan dari suaminyalah yang mendorong Yusminar untuk tetap terlibat dengan kegiatan CBO. Sekolah ini pada awalnya memiliki 50 murid, tapi pada akhir 2008, jumlah tersebut meningkat menjadi 60, termasuk anak-anak dari desa tetangga. Ada 27 siswa dan 33 siswi dengan enam guru bersertifikasi (semuanya perempuan) yang bekerja di tempat tersebut. Komite sekolah setempat dibentuk untuk mendukung sekolah dan bertindak sebagai dewan sekolah untuk memberikan pengawasan atas proses pembelajaran di sekolah. Mereka juga bekerja sama dengan pihak di luar desa, termasuk pemerintah daerah dan pihak di luar pemerintah, untuk mendapatkan dukungan terhadap sekolah. Dinas Kesehatan juga memperluas layanannya dengan menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi anak sekolah. Kelompok perempuan ini juga telah diperkuat melalui pelatihan dan bimbingan yang disediakan oleh Austcare - termasuk perencanaan program, pembukuan, dan pengelolaan waktu. Pelatihan lebih lanjut disediakan oleh Pusat Sumber Daya Masyarakat Sipil Nias mengenai pengelolaan organisasi, kepemimpinan, perencanaan strategis dan pengarusutamaan gender. Para perempuan di desa sangat senang 42 Bab 4: Memandang ke Depan karena, melalui kerja keras mereka, saat ini mereka tak hanya memiliki sekolah untuk anak-anak mereka, tapi juga mendapatkan pengakuan dari desa dan keluarga mereka. Ingin Maju bertujuan untuk mengembangkan lebih lanjut fasilitas pendidikan ini di masa depan dengan memanfaatkan berbagai pelatihan yang mereka dapatkan. Pelatihan itu sangat berguna bagi pengelolaan dana operasi yang berasal dari iuran dan juga dari donor independen. Proyek CSO MDF telah menyelesaikan kegiatannya tapi dampaknya akan terus terasa di Lewuoguru. Menurut Yusminar, "Kami berharap di masa depan kami akan memiliki sekolah dasar, sehingga anak-anak kami tidak perlu menempuh perjalanan sepanjang lima sampai enam kilometer ke desa tetangga untuk bersekolah. Namun demikian, sekarang saya dapat tersenyum dan juga tertawa saat melihat hasil perjuangan kami, kelompok perempuan di desa kami. Terima kasih Austcare, UNDP dan juga donor MDF yang telah memberikan bantuan kepada desa kami." CBO perempuan, Ingin Maju di Lewuoguru, Nias, menggunakan hibah kecil dari proyek CSO yang didukung MDF dan dilaksanakan oleh UNDP untuk menciptakan program pendidikan anak usia dini bagi anak-anak desa. Proyek ini memberikan pelatihan dan pembangunan kapasitas bagi CSO dan CBO tertentu di seluruh Aceh dan Nias, termasuk kelompok perempuan Ingin Maju. Hari itu merupakan hari yang menyenangkan bagi semua anggota saat pusat pendidikan prasekolah dibuka secara resmi dan dikunjungi banyak tamu. Foto: Koleksi AUSTCARE untuk Proyek CSO 43 "Investasi MDF dalam infrastruktur fisik dan sumber daya manusia telah memberikan kontribusi bagi ketahanan Aceh dan Nias terhadap bencana di masa depan." Proyek IRFF dan IREP, yang didanai bersama-sama oleh Pemerintah Indonesia dan MDF, merancang dan membangun lebih dari 50 subproyek infrastruktur besar di seluruh Aceh dan Nias. Penahan ombak yang dibangun di Aceh Jaya ini menstabilkan muara setelah terjadi tsunami sehingga masyarakat nelayan yang tinggal di sekitarnya dapat pergi ke laut dengan aman. Foto: Koleksi IRFF 44 Lampiran: Portofolio Proyek Lampiran | Portofolio Proyek Alokasi Dana No. Proyek Juta AS$ Pemulihan Masyarakat 1 Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perumahan Masyarakat (Rekompak) 85,00 2 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) 64,70 3 Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) 17,96 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ­ Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias 4 25,75 (PNPM R2PN) 5 Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi Pertanahan Aceh (RALAS) 14,83 Pemulihan Transportasi dan Infrastruktur Skala Besar 6 Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) 6,50 7 Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) 42,00 8 Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) 136,70 9 Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang 1,46 10 Program Angkutan dan Logistik Laut (SDLP) 25,03 11 Program Rekonstruksi Pelabuhan (TRPRP) 3,78 12 Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Nias (RACBP) 11,80 Penguatan Tata Kelola dan Pembangunan Kapasitas 13 Proyek Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan (CBLR3) 11,80 14 Proyek Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) 25,60 15 Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias (CSO) 6,00 Pelestarian Lingkungan 16 Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP) 17,53 17 Program Pengolahan Limbah Tsunami (TRWMP) 39,40 Peningkatan Proses Pemulihan 18 Program Bantuan Teknis (TA) untuk BRR dan Bappenas 24,48 19 Proyek Pengurangan Risiko Bencana - Aceh (DRR-A) 9,87 20 Program Transformasi Pemerintah Aceh (AGTP) 13,98 21 Program Transisi Kepulauan Nias (NITP) 3,89 Pembangunan Ekonomi dan Mata Pencaharian 22 Fasilitas Pendanaan Pembangunan Ekonomi (EDFF) 50,00 23 Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Nias (LEDP) 8,20 TOTAL ALOKASI UNTUK PROYEK 646,26 45 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 1. Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perumahan Masyarakat (Rekompak) Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman kuat pada penerima manfaat. Hibah yang diberikan kepada Berbasis Komunitas (Rekompak) memberikan hibah kepada masyarakat masyarakat memungkinkan mereka untuk membangun kembali di 130 desa untuk membangun kembali dan memperbaiki rumah serta hampir 8.000 rumah dan memperbaiki hampir 7.000 rumah merehabilitasi infrastruktur pemukiman mereka melalui pendekatan yang rusak di 130 desa yang menerima bantuan. Rata-rata, lebih berbasis masyarakat. Proyek ini berhasil mencapai tujuannya dan ditutup pada tanggal 30 April 2010. dari 97 persen rumah yang dibangun kembali dan diperbaiki telah dihuni. Rencana Pembangunan Permukiman (RPP) telah Jumlah Hibah AS$85,00 juta diselesaikan di 126 desa. Proyek ini juga memberikan hibah untuk Masa Pelaksanaan November 2005­April 2010 membangun kembali infrastruktur masyarakat di 180 desa, yang Badan Mitra Bank Dunia secara langsung memberikan manfaat untuk lebih dari 79.000 orang. Proyek ini meliputi jalan desa, sistem drainase, jembatan, Badan Pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum serta fasilitas air dan sanitasi umum. Proyek ini juga memperkuat Pencairan hingga 30 September 2010 AS$84,97 juta 8 kapasitas masyarakat dan ekonomi setempat melalui pelatihan manajemen bisnis dan teknis. Selain itu, proyek ini merangsang ekonomi setempat melalui penciptaan lapangan kerja dan Proyek yang menyediakan perumahan bagi masyarakat mendorong dukungan usaha setempat. di 130 desa ini merupakan satu dari beberapa proyek yang juga memberikan bantuan untuk merehabilitasi rumah yang Berdasarkan keberhasilan pelaksanaan Rekompak di Aceh, model rusak. Proyek ini juga mengembangkan mekanisme unik berbasis masyarakat untuk rekonstruksi perumahan ini telah yang mencakup bantuan kepada penyewa rumah. Proyek ini diadopsi oleh Pemerintah Indonesia dalam situasi pascabencana mendukung masyarakat desa di Aceh untuk bersama-sama setelah terjadinya gempa bumi di Jawa Tengah dan Yogyakarta memetakan dan menilai kerusakan yang terjadi di desa mereka pada tahun 2006 dan di Sumatera Barat pada tahun 2009. Studi dan menetapkan kebutuhan konstruksi mereka sendiri. Bappenas pada tahun 2005 dan survei mengenai kepuasan penerima manfaat yang dilakukan oleh proyek pada tahun Program Rekompak menetapkan standar yang tinggi untuk 2008 menunjukkan bahwa Rekompak menyediakan perumahan rekonstruksi perumahan dan infrastruktur desa dalam situasi berkualitas dengan biaya yang lebih rendah (sampai 40 persen pascabencana. Program ini memberikan landasan bagi lebih rendah) daripada proyek lain yang tidak menggunakan mitra internasional untuk mendukung agenda pemerintah pendekatan berbasis masyarakat. dalam membangun kembali masyarakat yang dipimpin oleh masyarakat sendiri. Hasil hingga saat penutupan proyek Target Capaian 30 April 2010 Capaian Utama Rumah hancur yang direkonstruksi 8.004 7.964* Rumah rusak yang direhabilitasi 6.999 6.999 Pendekatan berbasis masyarakat yang digunakan dalam proyek Rencana Pembangunan Permukiman 126 126 ini terbukti efektif dalam membangun kembali rumah dalam jangka waktu terbatas dan menciptakan rasa kepemilikan yang Jalan desa yang diperbaiki/dibangun (km)** - 133 Irigasi dan drainase yang diperbaiki/dibangun - 142 (km)** Air bersih, tempat penyimpanan air dan sumur - 173 (unit)** Penciptaan lapangan kerja jangka pendek - 7.800.535 (hari kerja) * Empat puluh rumah yang tersisa dibatalkan karena berbagai alasan termasuk masalah tanah dan perubahan desain. ** Target ditetapkan di tingkat masyarakat pada saat pelaksanaan. 8 Apabila terdapat sisa dana, maka akan dikembalikan ke MDF pada saat Murid-murid sekolah berjalan kaki melewati perumahan yang dibangun penutupan proyek. melalui proyek CSRRP/Rekompak di Desa Air Pinang, Kabupaten 9 Studi tersebut berjudul Findings of Post Construction Economic Impact Simeuleu Timur, Aceh. Analysis Study for CDD Programs. Foto: Irwansyah Putra untuk MDF 46 Lampiran: Portofolio Proyek | Pemulihan Masyarakat 2. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) memberikan hibah langsung dan kegiatan pembangunan di masa depan adalah salah satu ke desa-desa untuk melakukan rekonstruksi berbasis masyarakat. Melalui hasil proyek yang paling penting. proses ini, PPK mendukung pemulihan infrastruktur masyarakat di lebih dari 3.000 desa di seluruh Aceh dan Nias. Proyek ini berhasil mencapai Lebih dari 29.000 orang terlibat dalam proses perencanaan tujuannya dan ditutup pada tanggal 31 Desember 2009. masyarakat dan menerima pelatihan. Proyek ini sangat sukses Jumlah Hibah AS$64,70 juta dalam memberdayakan perempuan agar mereka memiliki suara Masa Pelaksanaan November 2005­Desember 2009 dalam perencanaan masyarakat karena jumlah perempuan Badan Mitra Bank Dunia mencapai sekitar 45 persen dari seluruh peserta dalam kegiatan perencanaan masyarakat. Pendekatan berbasis masyarakat Badan Pelaksana Kementerian Dalam Negeri PPK juga memberikan kontribusi tidak langsung atas pemulihan Pencairan hingga 30 September 2010 AS$64,70 juta masyarakat dengan merangsang ekonomi setempat. Dana proyek tetap berada di masyarakat sedangkan bahan baku dibeli dari pemasok setempat dan anggota masyarakat dipekerjakan Pemerintah Indonesia mengakui keunggulan program untuk melaksanakan kegiatan konstruksi. pemulihan berbasis masyarakat sebagai mekanisme yang cepat dan fleksibel untuk memberikan hasil yang mengarah ke solusi PPK terbukti sebagai mekanisme pemulihan masyarakat yang berkelanjutan. MDF memanfaatkan keberhasilan model berskala besar yang hemat biaya dalam pascabencana dan pembangunan berbasis masyarakat ini melalui program PPK pascakonflik Aceh dan Nias sehingga masyarakat memiliki tingkat nasional yang sudah ada untuk menyalurkan dana serta suara dalam menentukan dan merencanakan sendiri pemulihan rekonstruksi dan rehabilitasi yang dipimpin masyarakat di Aceh mereka. Hal ini juga menciptakan sinergi dengan proyek lain dan Nias setelah terjadi gempa bumi dan tsunami. melalui fungsinya sebagai media bagi lembaga pembangunan lain dan lembaga pemerintah dalam menyampaikan program Capaian Utama melalui cakupan dan jaringan yang luas. Proyek ini telah dialihkan ke program PNPM Mandiri yang dibiayai secara nasional, dan Melalui PPK, masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan mencakup seluruh desa di Aceh. pemulihan mereka sendiri sehingga timbul rasa kepemilikan yang kuat pada penerima manfaat. PPK memiliki mekanisme Hasil hingga saat penutupan proyek Target Capaian kontrol berlapis-lapis yang solid untuk mencegah korupsi selama 31 Desember 2009 tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek desa. Jalan yang diperbaiki/dibangun (km) 2.412 2.399 Jembatan yang diperbaiki/dibangun (unit) 1.007 932 Sebagian besar dana PPK disalurkan melalui hibah ke kecamatan Irigasi dan drainase (km) 931 1.238 di daerah yang terkena tsunami. Desa yang akan menerima Proyek air bersih (unit) 598 844 dana dan jumlah yang akan disalurkan untuk masing-masing Waduk penyimpanan air (unit) 118 180 subproyek ditentukan melalui proses demokratis. Secara Unit sanitasi (MCK)* 939 778 keseluruhan, proyek menyediakan perencanaan, pelatihan Pasar tingkat desa 21 26 dan dukungan pembangunan kapasitas lebih dari 6.000 warga Gedung sekolah 289 292 di Aceh dan Nias. Sekitar 3.000 ke desa menerima hibah yang Pos/klinik kesehatan 33 11 dibiayai MDF. Nilai beasiswa (US$) 380.604 326.270 Jumlah penerima 6.052 6.074 Sebagian besar pendanaan MDF yang disalurkan melalui hibah Jumlah pinjaman (US$) 379.000 1.415.460 PPK (lebih dari 90 persen) digunakan untuk membangun atau Jumlah penerima 4.045 7.001 memperbaiki infrastruktur di tingkat lokal, termasuk jalan Jumlah usaha/kelompok 350 554 desa, jembatan, sekolah, pasar, puskesmas, fasilitas irigasi Orang yang dipekerjakan melalui subproyek - 265.000 dan drainase, serta penyediaan air bersih . Dana MDF tersebut Hari kerja yang dihasilkan - 3.500.000 Dana bantuan darurat (US$) 4.528.898 4.369.310 juga digunakan untuk mendukung kebutuhan sosial seperti * MCK: Mandi, cuci, kakus. kredit mikro, beasiswa, dan dana darurat bantuan untuk keluarga. Pembangunan kapasitas di tingkat masyarakat untuk perencanaan tingkat setempat serta pengelolaan rekonstruksi 47 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 3. Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) memberikan dalam program ini telah menunjukkan peningkatan kapasitas hibah langsung bagi 273 kelurahan untuk merehabilitasi dan secara signifikan terhadap aktivitas langsung, pengelolaan mengembangkan infrastruktur masyarakat di kota-kota di Aceh. Proyek proposal, penyampaian laporan pertanggungjawaban dan ini ditutup pada tanggal 31 Desember 2009. pengelolan hubungan dengan pemangku kepentingan lainnya. Jumlah Hibah AS$17,96 juta Proyek P2KP adalah salah satu dari beberapa proyek CDD Masa Pelaksanaan November 2005­Desember 2009 dukungan MDF yang terintegrasi dan dirancang dari awal untuk Badan Mitra Bank Dunia bertransisi ke program nasional PNPM Mandiri Pemerintah Badan Pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia. Proyek ini sangat sukses dalam membantu Pencairan hingga 30 September 2010 AS$17,45 juta 10 masyarakat menyiapkan rencana tata ruang masyarakat yang diperlukan untuk memobilisasi dana tambahan dari proyek- proyek perumahan pascatsunami jenis CDD lain. Partisipasi masyarakat merupakan inti kegiatan P2KP. Proyek ini mendorong pendekatan perencanaan partisipatif dari bawah ke Seluruh aset rekonstruksi fisik seperti jalan, jembatan, sekolah atas (bottom-up) sehingga masyarakat sendiri yang menentukan dan fasilitas kesehatan telah diserahkan kepada pemerintah inti kebutuhan untuk rekonstruksi dan kebangkitan kegiatan daerah. Proyek ini telah merumuskan modul pelatihan dan ekonomi. Komite lingkungan dan relawan yang dipilih secara prosedur operasi standar untuk operasi dan pemeliharaan demokratis melakukan penilaian kerusakan, menyusun rencana (O&M) pascaproyek, namun memastikan adanya komitmen pengembangan masyarakat, dan memprioritaskan kegiatan yang berkelanjutan terhadap O&M setelah penutupan proyek yang akan didanai melalui proyek tersebut. Pemberdayaan merupakan tantangan bersama dalam upaya rekonstruksi yang dialami masyarakat dalam proses itu sangat penting bagi Aceh. keberhasilan proyek. Hasil hingga saat penutupan proyek Target**** Capaian Capaian Utama tanggal 31 Desember 2009 Jalan yang diperbaiki/direkonstruksi (km) 61 231 Penerima manfaat utama proyek ini terdiri dari sekitar 697.600 Rekonstruksi jembatan (dalam meter)* 6.150 1.382 orang yang tinggal di 402 kelurahan (lingkungan perkotaan) di Drainase (dalam km) 37 176 Aceh yang dianggap paling parah terkena dampak tsunami dan gempa bumi. Penduduk di kelurahan ini mendapatkan manfaat Proyek air bersih (unit) 79 4.915 baik secara langsung maupun tidak langsung dari hibah bantuan Fasilitas pembuangan sampah 284 806 pelayanan sosial serta peningkatan infrastruktur dan pelayanan Unit sanitasi 22 405 masyarakat, yang direncanakan dan dilaksanakan melalui Gedung sekolah 100 159*** proses pembangunan berbasis masyarakat (CDD). Berdasarkan Bangunan balai kota/desa 44 120 kebutuhan, dipilihlah 273 dari 402 kelurahan yang ditargetkan untuk menerima hibah untuk rekonstruksi dan rehabilitasi Pos/klinik kesehatan** 28 29 infrastruktur masyarakat. Siswa yang menerima beasiswa - 3.430 Nilai beasiswa (AS$) - 74.043 Prestasi dalam rekonstruksi infrastruktur fisik di berbagai Hari kerja yang dihasilkan - 1.124.126 bidang melebihi target awal yang direncanakan. Bagian terbesar Dana bantuan sosial (AS$) - 1.218.374 dari hibah untuk infrastruktur masyarakat yang didanai proyek * Proyek-proyek jembatan berada di bawah target karena panjang dan desain jembatan dialokasikan untuk jalan dan jembatan, drainase, dan air. Sekitar melebihi alokasi anggaran untuk masyarakat. 39.000 rumah tangga (sekitar 48 persen dari penduduk di 273 ** Jumlah klinik kesehatan berada di bawah target karena beberapa klinik dibangun/ kelurahan yang dipilih untuk menerima hibah) menerima hibah direhabilitasi oleh lembaga lain. Anggaran yang tidak digunakan dari proyek jembatan dan klinik digunakan untuk membangun jalan yang lebih panjang dan/atau drainase. bantuan sosial. *** Dalam beberapa kasus hanya peralatan sekolah yang diberikan, bukan pembangunan fisik. Proyek ini meliputi komponen khusus pemberdayaan perempuan, **** Target ditetapkan di tingkat masyarakat pada saat pelaksanaan. untuk memastikan bahwa kebutuhan perempuan terwakili dalam perencanaan masyarakat dan pelaksanaan kegiatan 10 Apabila terdapat sisa dana, maka akan dikembalikan ke MDF pada saat rekonstruksi yang didanai hibah. Perempuan yang berpartisipasi penutupan proyek. 48 Lampiran: Portofolio Proyek | Pemulihan Masyarakat 4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) Proyek Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (KRRP) bagian pulau yang paling terpencil dan sulit dicapai. Hal memberikan hibah untuk rekonstruksi rumah, sekolah, kantor pemerintah ini telah meningkatkan tantangan dan juga biaya proyek daerah dan infrastruktur publik lainnya di Nias. mengingat tingginya biaya transportasi untuk bahan bangunan ke daerah-daerah terpencil ini. Kesulitan dalam merekrut Jumlah Hibah AS$25,75 juta dan mempertahankan fasilitator lapangan yang berkualitas, Masa Pelaksanaan Februari 2007­Juni 2011 yang merupakan komponen penting bagi keberhasilan semua Badan Mitra Bank Dunia proyek pembangunan berbasis masyarakat, menjadi tantangan Badan Pelaksana Kementerian Dalam Negeri tersendiri dalam pelaksanaan proyek. Pencairan hingga 30 September 2010 AS$25,75 juta Kemajuan hingga Target Capaian 30 September 2010 KRRP memberikan kontribusi terhadap pemulihan daerah 4.300 selesai bencana di 126 desa di Nias dengan mendukung perencanaan Rumah 5.000 209 dalam pembangunan dan pengelolaan rekonstruksi masyarakat di tingkat daerah, (491 belum dimulai) termasuk pembangunan kembali infrastruktur produktif 32 selesai Sekolah 100 dan pelayanan sosial. Proyek ini mengembangkan proses 68 dalam pembangunan perencanaan partisipatif program pemulihan masyarakat 28 selesai Bangunan kantor desa 100* dukungan MDF lain seperti PPK yang sekarang telah ditutup 82 dalam pembangunan dan dialihkan ke program nasional PNPM Pedesaan. Proyek 96 selesai Infrastruktur dasar desa (proyek) 147** ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perencanaan 51 dalam pembangunan sektoral pemerintah kabupaten. Komponen rekonstruksi dan * Target awal 100 dinaikkan menjadi 110 unit. rehabilitasi sekolah proyek ini meliputi kegiatan yang dirancang ** Target awal 100 direvisi menjadi 147, dengan alokasi anggaran yang sama, sesuai dengan keputusan masyarakat. untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap warisan budaya Nias yang unik. Capaian Utama Terdapat kemajuan yang signifikan dalam konstruksi perumahan dengan dibangunnya hampir 4.500 rumah. Pekerjaan pembangunan gedung sekolah dan kantor desa masih berlangsung. Juga terdapat banyak kemajuan dalam infrastruktur dasar masyarakat, termasuk jalan akses, jembatan, dan sistem drainase melalui pembangunan semua subproyek yang telah selesai atau sedang berjalan. Secara keseluruhan, kualitas konstruksinya baik dengan mengambil langkah yang tepat untuk memenuhi standar konstruksi yang telah diakui untuk lingkungan rawan gempa. Dalam rangka mendukung pelestarian warisan budaya, proyek ini turut membantu pengembangan bahan kurikulum setempat serta melakukan pelatihan guru dan siswa bekerjasama dengan Museum Nias serta melakukan kunjungan ke desa-desa tradisional. Rekonstruksi di Nias sangat berat terutama karena lokasinya yang terpencil dan sulitnya akses ke banyak daerah, iklim yang basah, tanah longsor yang sering terjadi, kurangnya sumber kayu legal, buruknya kualitas infrastruktur umum Perempuan turut bekerja dalam proyek konstruksi jalan desa di Nias. pulau itu, dan kemiskinan yang meluas. KRRP telah mengatasi Lebih dari 21.000 perempuan berpartisipasi dalam proyek PNPM R2PN yang mencakup jembatan, drainase, sistem irigasi, ajaln desa dan jalan kesenjangan dalam kebutuhan rekonstruksi yang diidentifikasi setapak oleh pemerintah dengan mengerjakan proyek di beberapa Foto: Koleksi PNPM R2PN 49 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 5. Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi Pertanahan Aceh (RALAS) Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi Pertanahan Aceh (RALAS) Masalah pelaksanaan proyek merupakan tantangan sepanjang membantu pemerintah dalam rekonstruksi hak milik tanah, berjalannnya proyek. Pengelolaan yang lemah, terutama di pengembangan komputerisasi sistem pengelolaan catatan tanah, dan bidang pengawasan dan penetapan arah proyek, pengadaan, reproduksi peta catatan tanah di Aceh pascatsunami. Proyek ini ditutup perencanaan program, serta monitoring dan evaluasi pada tanggal 30 Juni 2009. menyebabkan banyak keterlambatan dan mempengaruhi Jumlah Hibah AS$28,50 juta kemajuan pelaksanaan secara keseluruhan. Namun, pada Masa Pelaksanaan Agustus 2005­Juni 2009 saat penutupan proyek, sejumlah 222.628 sertifikat tanah Badan Mitra Bank Dunia telah dibagikan kepada pemegang hak atas tanah. Dari jumlah tersebut 63.181 diterbitkan atas nama perempuan Badan Pelaksana Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau bersama-sama atas nama perempuan. Secara kumulatif, Pencairan hingga 30 September 2010 AS$14,83 juta BPN telah melakukan survei atas 275.945 bidang tanah dan mengumumkan 272.912 bidang tanah. Melalui penilaian atas proyek ini diketahui bahwa penerima manfaat yang memperoleh Tujuan RALAS adalah untuk mendukung rekonstruksi hak sertifikat tanah merasa sangat puas. milik dan penerbitan sertifikat hak atas tanah, mendukung rekonstruksi dan pembangunan lembaga pertanahan di Aceh, Hasil hingga saat penutupan proyek Target Capaian melalui dukungan untuk membangun kembali sistem administrasi 30 Juni 2009 pertanahan di provinsi ini. RALAS mengatasi kekhawatiran Jumlah sertifikat tanah yang didistribusikan 600.000 222.628 mengenai perlindungan hak milik dan memberikan pelatihan (hingga Desember 2008) kepada fasilitator lokal (termasuk wakil-wakil masyarakat sipil) Jumlah sertifikat tanah yang terdaftar di 600.000 238.758 mengenai ajudikasi berbasis masyarakat (Community-driven buku tanah Adjudication - CDA). Untuk mendukung pekerjaan rekonstruksi, Jumlah bidang tanah yang diumumkan 600.000 272.912 RALAS membantu BPN dalam ajudikasi dan distribusi sertifikat Jumlah bidang tanah yang disurvei secara 600.000 275.945 hak atas tanah kepada pemilik tanah yang terkena bencana. resmi Selain itu, proyek ini membiayai pengembangan kelembagaan Jumlah peta tanah masyarakat yang selesai* 600.000 317.170 melalui rekonstruksi kantor BPN dan bekerja untuk memperkuat * Data ini merupakan perkiraan. Meskipun data mengenai bidang tanah yang diajudikasi sama dengan data peta tanah masyarakat yang dihasilkan, hal ini tidak berarti bahwa semua kapasitas kantor BPN melalui otomatisasi dan komputerisasi bidang tanah yang menghasilkan peta tanah masyarakat akan disertifikasi. catatan. Capaian Utama Banyak hasil penting dicapai oleh proyek walaupun tidak semua target terpenuhi. Proyek ini memberikan banyak manfaat nonmaterial selain kontribusinya untuk memulihkan hak atas tanah dan membangun kembali sistem administrasi tanah di provinsi ini. Pelatihan dan pembangunan kapasitas dalam CDA akan terus memberikan dampak terkait dengan penyampaian layanan sertifikat tanah dari pemerintah. Mungkin hal yang paling penting adalah peningkatan kesadaran masyarakat dan pemahaman tentang prosedur kepemilikan tanah yang akan berdampak pada permintaan atas layanan ini di masa depan, serta transparansi penyampaian layanan tersebut. RALAS memberi banyak kontribusi terhadap pencegahan spekulasi lahan berskala besar dan pendekatan CDA memudahkan resolusi sengketa tanah di tingkat desa. Proyek ini juga memberikan penekanan penting pada perlindungan hak milik perempuan Penerima manfaat proyek sertifikasi tanah MDF, RALAS, membawa tiang survei untuk menandai tanahnya. Lebih dari 63.000 sertifikat tanah melalui pendaftaran tanah secara bersama. yang dibagikan melalui proyek ini diterbitkan atas nama perempuan atau bersama-sama. Foto: Akil Abduljalil/Sekretariat MDF 50 Lampiran: Portofolio Proyek | Pemulihan Transportasi dan Infrastruktur Skala Besar 6. Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) Program Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) menegakkan kembali Agar berfungsi dengan baik, sistem mitigasi banjir harus dijaga fungsi sistem perlindungan banjir yang rusak akibat tsunami di Banda supaya saluran drainase dan katup tidak terganggu oleh sampah Aceh. Proyek ini membantu melindungi daerah pusat bisnis di Banda Aceh yang menumpuk. Kegiatan percontohan pengelolaan limbah terhadap banjir akibat air pasang dan hujan lebat. Proyek ini berhasil yang juga merupakan bagian dari kegiatan proyek telah dimulai mencapai tujuannya dan ditutup pada tanggal 31 Desember 2009. di beberapa desa dengan mengumpulkan dan mengangkut Jumlah Hibah AS$6,50 juta sampah rumah tangga ke tempat pengambilan limbah di Masa Pelaksanaan Mei 2006­Desember 2009 kota. Kendaraan bermotor roda tiga digunakan dalam proses Badan Mitra Bank Dunia pengumpulan limbah ini. Untuk membangun kesadaran dan kapasitas daerah, masyarakat yang berpartisipasi melakukan Badan Pelaksana Muslim Aid karya wisata tentang pengelolaan limbah masyarakat, Pencairan hingga 30 September 2010 AS$6,27 juta pembuatan kompos dan proyek daur ulang. Kegiatan pengelolaan sampah dalam proyek ini terkait dengan sistem pengelolaan limbah padat kota yang dimulai di bawah Program Pengolahan Banjir akibat air pasang dan badai hujan yang hebat merupakan Limbah Tsunami (TRWMP) MDF. Proyek ini juga bekerja sama tantangan konstan bagi Banda Aceh karena lokasinya di dataran dengan BAFMP untuk meminimalkan duplikasi kegiatan dan banjir pantai. Selama tsunami, pintu air dan stasiun pompa lebih meningkatkan dampak. Program pelatihan yang ditujukan yang mengurangi dampak banjir hancur, mengakibatkan banjir untuk kesinambungan proyek, dan yang meliputi pemeliharaan laut pasang di dataran rendah kota, dan menimbulkan risiko dan operasi sistem, diadakan untuk operator peralatan. terhadap kerusakan baru pada aset-aset publik dan swasta yang baru direkonstruksi. Proyek ini dikoordinasikan dengan Hasil hingga saat penutupan proyek Target Capaian keseluruhan drainase dan rencana rekonstruksi penanggulangan 31 Desember 2009 banjir kotamadya. Katup karet banjir telah terpasang dan sistem Pengurangan banjir segera melalui katup 11 11 pompa dan drainase di Zona Drainase Dua telah pulih kembali. banjir Sistem drainase yang direkonstruksi Capaian Utama · Stasiun pompa 3 stasiun Selesai 4,4km/ · Drainase (direkonstruksi/ direhabilitasi) Selesai Sesuai dengan rencana jangka panjang pemerintah daerah untuk 12,3km drainase Banda Aceh, BAFMP telah membantu melindungi Kendaraan yang diserahkan kepada Badan 28 28 Kesehatan daerah daerah pusat bisnis terhadap banjir. Berkat perlindungan banjir yang ditawarkan proyek ini, penduduk yang sebelumnya tinggal di daerah rawan banjir di bagian utara Banda Aceh dapat membangun kembali rumah mereka dengan cepat dan efisien. Menjelang penutupannya, tujuan proyek telah tercapai berdasarkan alokasi anggaran. Konstruksi tiga stasiun pompa, pemasangan katup banjir, serta rekonstruksi drainase dan pekerjaan rehabilitasi telah selesai. Proyek ini mengikuti pendekatan pelaksanaan bertahap sehingga masyarakat dapat mengambil manfaat dari dampak parsial saat pelaksanaan sedang berlangsung. Pada awal 2006, proyek memasang 11 katup banjir untuk mencegah banjir laut pasang dan untuk mengeringkan salah satu daerah yang paling rawan banjir di Banda Aceh. Program katup percontohan ini berhasil menghentikan air pasang dalam waktu enam bulan detelah dipasang. Perlindungan parsial terhadap banjir badai tercapai setelah 15 bulan melalui pembersihan dan perbaikan sistem Stasiun pompa di Lampaseh ini adalah satu dari tiga stasiun pompa yang dibangun melalui proyek BAFMP. Fasilitas ini dirancang sesuai yang ada, serta perlindungan penuh terhadap arus badai yang dengan rencana jangka panjang sistem drainase Banda Aceh. Stasiun menurut rancangan lima tahun diperkirakan tercapai pada tahun pompa ini selesai dibangun tahun 2009. 2009 setelah tiga stasiun pompa baru dibangun dan beroperasi. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 51 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 7. Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) Proyek Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) memberikan diintegrasikan ke dalam persiapan proyek dan bahwa kualitas perencanaan strategis, merancang infrastruktur fisik dan mendukung pekerjaan infrastruktur memenuhi spesifikasi desain teknis yang pelaksanaan infrastruktur untuk memberdayakan koordinasi rekonstruksi disiapkan. infrastruktur di Aceh dan Nias. Jumlah Hibah AS$42,00 juta Setelah penutupan BRR, Tim Likuidasi dan Unit Pengelolaan Masa Pelaksanaan September 2006­Desember 2011 Proyek Pengawasan dibentuk untuk membantu koordinasi kegiatan infrastruktur berkesinambungan untuk Aceh dan Nias. Badan Mitra Bank Dunia IREP juga berkontribusi terhadap kesinambungan investasi Badan Pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum melalui dukungan pembangunan kapasitas dan teknis secara Pencairan hingga 30 September 2010 AS$28,55 juta terus-menerus kepada pemerintah di berbagai tingkatan. IREP telah diperpanjang untuk memberikan dukungan berkesinambungan bagi IRFF sampai penutupannya di bulan IREP bertujuan memperkuat kapasitas pemerintah untuk Desember 2011. rekonstruksi dan kelanjutan pembangunan melalui dukungan teknis untuk perencanaan strategis, desain proyek, pelaksanaan Hasil hingga 30 September 2010 Capaian dan pengawasan serta operasi dan pemeliharaan. Tim teknis merancang dan meninjau infrastruktur di tingkat nasional, provinsi Kerangka kerja pengawasan Kerangka kerja telah selesai dan dan kabupaten, serta memberikan dukungan pelaksanaan. pembangunan dan rekonstruksi sedang diterapkan (akan ditinjau Proyek Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) dan pascatsunami untuk Aceh dan pada akhir proyek) sumber lain membiayai pelaksanaan desain. Nias Pengembangan rencana Selesai dalam hubungannya Capaian Utama rekonstruksi infrastruktur jangka dengan BRR, pemerintah daerah, panjang yang berkesinambungan dan IREP, dan digunakan dalam dan strategis untuk Aceh dan proyek IREP memberikan dukungan untuk proyek-proyek IRFF dan Nias pemerintah dalam persiapan infrastruktur yang dibiayai Tindakan pengamanan yang Semua proyek yang dipersiapkan pemerintah. IREP mempersiapkan seluruh proyek IRFF yang tepat diintegrasikan ke dalam oleh Bank Dunia sebagai lembaga berjumlah 52 dan juga memberikan masukan teknis kepada persiapan proyek mitra termasuk kerangka kerja pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten mengenai desain pengamanan dan semua proyek dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang akan didanai yang dilaksanakan di bawah IRFF melalui sumber lain. Tanggung jawab utama IREP yang lain mematuhi kerangka perlindungan adalah memastikan bahwa tindakan pengamanan yang tepat Tim teknis IREP merancang dan meninjau infrastruktur pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar pada gambar di atas adalah salah satu dari lima pelabuhan yang dirancang melalui proyek ini. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 52 Lampiran: Portofolio Proyek | Pemulihan Transportasi dan Infrastruktur Skala Besar 8. Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) menyediakan dana enam kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan bagian untuk proyek-proyek rekonstruksi infrastruktur utama di Aceh dan Nias strategis jalan ini, yang akan menghubungkan Banda Aceh dan yang diidentifikasi melalui IREP. Proyek ini memberikan kontribusi bagi perbatasan Sumatera Utara. jaringan transportasi strategis di Aceh dan Nias sesuai dengan prioritas pemerintah. Hasil hingga Jumlah Kontrak/ Nilai Proyek Jumlah Hibah AS$136,70 juta 30 September 2010 Proyek (Juta AS$) Masa Pelaksanaan Maret 2007­Juni 2012 Selesai: 50 173,89 Badan Mitra Bank Dunia · Jalan nasional 6 (185 km) 24,03 Badan Pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum · Jalan provinsi 9 (316,6 km) 65,19 Pencairan hingga 30 September 2010 AS$72,86 juta · Jalan kabupaten 20 (136,6 km) 21,97 · Sistem air 11 30,80 · Pelabuhan 4 31,90 IRFF menyediakan dana yang fleksibel untuk memenuhi Dalam penyelesaian: 2 22,87 kebutuhan infrastruktur. Hal ini berkontribusi pada pemenuhan · Jalan nasional 1 (70,4 km) 16,43 kebutuhan akan akses yang strategis. Kebutuhan infrastruktur di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten diidentifikasi melalui · Jalan kabupaten 1 (15,3 km) 6,44 kerangka kerja IREP dan dibiayai oleh IRFF. Baik IRFF maupun Dalam persiapan: 6 36,70 IREP sangat menekankan pada pembangunan kapasitas · Jalan nasional 3 (49 km) 29,03 bagi pemerintah daerah dan provinsi. Kedua proyek tersebut · Jembatan (Jembatan mendukung strategi transisi BRR. Setelah penutupan BRR, 1 4,77 Kuala Bubon) pelaksanaan proyek ini dipindahkan ke Kementerian Pekerjaan · Paket konsultan 2 2,90 Umum. Pemerintah Indonesia menyediakan pendanaan bersama sebesar AS$107,3 juta untuk IRFF melalui BRR. Capaian Utama Proyek IRFF membiayai serangkaian pekerjaan rekonstruksi infrastruktur yang meliputi jalan, jembatan, pelabuhan dan sistem air berkualitas tinggi di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Melalui pekerjaan ini, IRFF memberikan kontribusi pada jaringan transportasi strategis di Aceh dan Nias, meskipun terdapat banyak kendala lingkungan, seperti sulitnya kondisi di daerah pegunungan, tingginya curah hujan dan banjir, serta tanah longsor. IRFF menggunakan rencana investasi infrastruktur daerah dan strategi IREP untuk mengidentifikasi kemungkinan pelaksanaan proyek. Penilaian dampak lingkungan dan rencana pengelolaan terkait menjamin adanya tindakan pengamanan lingkungan. Subproyek di bawah IRFF pada umumnya telah menunjukkan kemajuan yang signifikan sepanjang tahun lalu. Sebanyak 95 persen dari subproyek dalam tahap pertama IRFF sekarang telah selesai. Lima persen proyek yang tersisa sedang dalam pembangunan. Lima puluh proyek telah diselesaikan, dan dua proyek berada pada berbagai tahapan pelaksanaan. Pembiayaan tambahan sebesar AS$37 juta disetujui tahun 2010 Karyawan PDAM melakukan pemeriksaan untuk pemeliharaan fasilitas untuk pembuatan jalan (termasuk satu jembatan) di sepanjang pemasok air bersih di Sabang, yang dibangun melalui proyek IRFF. pantai barat Aceh. Dokumen penawaran dipersiapkan untuk Foto: Irwansyah Putra untuk MDF 53 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 9. Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang Melalui Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang telah diperbaiki pekerjaan manual terbukti merupakan pendekatan hemat ruas jalan sepanjang 103 kilometer dari Lamno ke Calang dari bulan biaya dan meningkatkan rasa kepemilikan penduduk setempat November 2006 sampai Desember 2007. Tujuan proyek ini adalah untuk terhadap kegiatan pemeliharaan jalan. menjamin kelancaran akses darat bagi masyarakat yang terkena dampak tsunami di pantai barat Aceh, sehingga membantu proses rekonstruksi dan pemulihan, sekaligus meningkatkan pemulihan sosial dan ekonomi. Kurangnya pendanaan pemerintah, keahlian dan peralatan Proyek ini ditutup pada tanggal 31 Desember 2007. yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan darurat yang sangat dibutuhkan dalam jangka waktu yang Jumlah Hibah AS$1,46 juta terbatas menggarisbawahi pentingnya proyek ini. Proyek ini Masa Pelaksanaan Desember 2006­Desember 2007 dianggap sangat berhasil dan, meskipun relatif kecil, merupakan Badan Mitra UNDP investasi yang penting dalam mengisi kesenjangan pada proses Badan Pelaksana UNDP rekonstruksi dan pemulihan. Pencairan hingga 30 September 2010 AS$1,46 juta Hasil hingga saat penutupan proyek Capaian 31 Desember 2007 Sebagian besar sistem jalan, terutama di pantai barat Aceh, Jalan batu (km) 52 rusak atau hancur karena tsunami 2004. Rute utama adalah Penggalian parit dan pelapisan (km) 132 jalan dari Banda Aceh ke Meulaboh. Pada tahun 2006, ruas jalan Perbaikan dek jembatan (unit) 21 antara Lamno dan Calang berada dalam kondisi kritis karena truk dengan beban berlebih dan kurangnya pemeliharaan Pemasangan jembatan Bailey (unit) 4 sering membuat jalan tidak dapat dilalui lalu lintas, terutama Penciptaan lapangan kerja setempat jangka pendek 3.000 pada musim hujan. Proyek ini menyediakan jasa pemeliharaan (hari kerja) berkesinambungan yang sangat dibutuhkan untuk menjaga agar kondisi koridor pantai barat utama ini dapat beroperasi untuk jangka waktu 14 bulan. Capaian Utama Jalan Lamno-Calang adalah rute transportasi utama untuk materi ke pantai barat. Laporan penyelesaian proyek yang diserahkan pada tahun 2008 menyoroti pentingnya proyek pada tahap awal upaya rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh. Upaya pemeliharaan yang dilakukan mengurangi sampai separuh waktu tempuh perjalanan antara Lamno dan Calang, dari antara enam sampai delapan jam menjadi tiga sampai empat jam. Akibatnya, lalu lintas diperkirakan meningkat sekitar 50 persen dengan tambahan kendaraan yang beralih dari jalan lain yang berada dalam kondisi buruk. Manfaat tak terduga dari proyek tersebut adalah kedua cabang utama menyediakan akses yang jauh lebih baik ke jalan pantai bagi desa-desa yang terletak jauh dari jalan pantai, serta menyediakan alternatif, rute lebih pendek untuk mencapai Calang. Penggunaan peralatan sewaan dan buruh harian merupakan hal yang tepat dan kemungkinan lebih disukai daripada menyerahkan pekerjaan kepada kontraktor karena kerangka Peta ini menunjukkan ruas jalan yang dipelihara melalui Proyek waktu yang pendek dan ketidakpastian pekerjaan yang Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang. diperlukan. Penggunaan tenaga kerja warga desa untuk Sumber: Seri Buku BRR, 2009 54 Lampiran: Portofolio Proyek | Pemulihan Transportasi dan Infrastruktur Skala Besar 10. Program Angkutan dan Logistik Laut (SDLP) Program Angkutan dan Logistik Laut (SDLP) memenuhi kebutuhan operasi lanjutan yang efektif dari investasi tersebut. SDLP saat ini penting selama rekonstruksi dengan mendukung pengangkutan bahan memulai fase baru yang berfokus pada pembangunan kapasitas rekonstruksi dan muatan lainnya ke daerah bencana, termasuk daerah melalui pelatihan, bantuan teknis dan penilaian kapasitas yang terpencil di Nias dan Simeulue. Sejak tahun 2007, proyek ini telah mendalam, dan terus melakukan investasi dalam transisi Aceh mengalihkan fokusnya ke peningkatan kesinambungan investasi melalui program pelatihan yang komprehensif dan dukungan logistik. menuju pembangunan berkelanjutan. Jumlah Hibah AS$25,03 juta Capaian Utama Masa Pelaksanaan Februari 2006­September 2011 Badan Mitra Program Pangan Dunia (WFP) Transportasi barang ke daerah terpencil di seluruh daerah yang terkena dampak, termasuk pantai di Nias dan Simeulue, Badan Pelaksana Program Pangan Dunia (WFP) merupakan manfaat utama proyek ini. Proyek ini telah Pencairan hingga 30 September 2010 AS$25,03 juta mengangkut total 98.185 metrik ton/256.006 mł muatan bantuan dan bahan rekonstruksi sejak berdiri pada tahun 2006 sampai Maret 2007. Sejak 2005 sampai kuartal pertama 2007, SDLP menyediakan layanan pengiriman lengkap dengan tujuan utama Setelah berhasil melakukan pengiriman bahan-bahan mengoordinasikan transportasi dan pengiriman bahan rekonstruksi yang diperlukan ke tempat yang dimaksud, proyek rekonstruksi. Setelah pengiriman barang dialihkan ke sektor ini mengalihkan fokus ke program pelatihan untuk membangun komersial, proyek berfokus pada penyediaan dukungan logistik keterampilan yang diperlukan agar penerima manfaat dapat dan pelatihan pengelolaan pelabuhan kepada staf inti di 18 terus bekerja sampai saat ini. Modul pelatihan dalam fungsi pelabuhan utama Aceh. administrasi dan dukungan untuk pelabuhan dibuat berdasarkan kurikulum internasional dan sesi pelatihan dimulai pada tanggal Proyek ini menawarkan jasa dukungan dan konsultasi logistik 16 Desember 2008. Komponen program ini melengkapi kepada sektor swasta, badan pemerintah dan organisasi rekonstruksi pelabuhan di Aceh dan Nias melalui proyek MDF kemanusiaan yang beroperasi di Aceh dan Nias, dan menjamin lain. Pelatihan ini memliki kerjasama dengan Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) pada tingkat provinsi dan Universitas Syiah Kuala. Modul pelatihan tertentu akan dimasukkan ke dalam program bisnis pascasarjananya. Hubungan dengan universitas dan Kementerian Perhubungan dipertahankan untuk meningkatkan kesinambungan prakarsa proyek. Kemajuan hingga 30 September 2010 Capaian Pengguna jasa pengiriman dan logistik sejak 930 catatan dukungan awal proyek: logistik yang diberikan: · Pemerintah Indonesia 456 · Badan PBB 174 · Sektor komersial 168 · LSM 132 Bahan rekonstruksi yang dikirimkan (sampai 98.185 Tujuan SDLP adalah memenuhi kebutuhan transportasi untuk pemulihan Desember 2006, dalam metrik ton) yang mendesak dan mendukung pemulihan sistem transportasi di Aceh Pergerakan muatan komersial yang dimonitor dan Nias. Hal ini tercapai antara lain melalui transportasi yang efisien 1.200.925 (sejak Oktober 2006, dalam metrik ton) dan aman bagi pengiriman bahan-bahan rekonstruksi berdasarkan permintaan berbagai pemangku kepentingan. Sesi pelatihan pengelolaan pelabuhan yang 138 (2.063 peserta) Foto: Koleksi SDLP diselenggarakan 55 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 11. Program Rekonstruksi Pelabuhan (TRPRP) Program Rekonstruksi Pelabuhan (TRPRP) membantu memulihkan kondisi dermaga dan penyimpanan muatan yang lebih baik, jaringan transportasi penting setelah terjadi tsunami dan gempa bumi serta banyak digunakan oleh Program Pangan Dunia (WFP) dan dengan menyediakan desain fisik dan dukungan teknis untuk rekonstruksi LSM yang beroperasi di wilayah sekitarnya. pelabuhan-pelabuhan utama dan satu pelabuhan sungai. Pembangunan kembali pelabuhan-pelabuhan yang penting ini memastikan bahwa peralatan dan bahan bisa dikirim ke daerah terpencil untuk membangun Pembangunan kembali pelabuhan yang rusak sangatlah penting kembali masyarakat dan mata pencaharian selama tahap awal untuk membuka rute akses segera setelah terjadinya tsunami. rekonstruksi. Proyek ini selesai dan ditutup pada tanggal 31 Desember Hal ini memungkinkan pengiriman bahan rekonstruksi dan 2007. pasokan darurat ke tempat-tempat terpencil dan menekankan Jumlah Hibah AS$3,78 juta pentingnya jaringan infrastruktur dasar, walaupun bersifat sementara. Hal ini terbukti memudahkan upaya tanggap Masa Pelaksanaan Maret 2006-Desember 2007 darurat dan kegiatan rekonstruksi awal ke tempat-tempat yang Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) terkena dampak. Badan Pelaksana Program Pembangunan PBB (UNDP) Pencairan hingga 30 September 2010 AS$3,78 juta Bagi yang terkena dampak, upaya tanggap darurat dini ini juga merupakan perwujudan komitmen pemerintah dan donor untuk mendukung upaya rekonstruksi, yang membawa harapan akan TRPRP dirancang sesuai dengan strategi pembangunan kembali terjadinya kemajuan, pembangunan dan penciptaan lapangan pelabuhan secara keseluruhan yang telah ditetapkan oleh BRR. kerja segera setelah terjadinya bencana. Selama tahap awal upaya rekonstruksi, proyek ini berfokus pada penyusunan desain terperinci, penilaian dampak lingkungan Hasil hingga saat penutupan proyek Target Capaian dan studi kelayakan ekonomi untuk rekonstruksi pelabuhan 31 Desember 2007 di pantai timur dan barat Aceh. Proyek ini juga meningkatkan Desain dan penilaian atas pelabuhan 4 desain pelabuhan, 4 fungsi dari beberapa pelabuhan melalui rehabilitasi ringan yang telah selesai 5 Amdal, 6 penilaian pelabuhan di Sabang dan pembangunan dermaga sementara di Calang ekonomi dan Sinabang. Semua kegiatan dikoordinasikan dengan BRR, Jalan batu (km) 5 5 Peningkatan fungsi pelabuhan badan perhubungan provinsi dan kabupaten, dan Direktorat · Lokasi landasan 2 1* Jenderal Perhubungan Laut, serta melengkapi upaya yang · Dermaga sementara 2 2 dilakukan di pelabuhan Aceh lainnya. Kegiatan juga didasarkan * Lingkupnya dikurangi (tidak ada pekerjaan di Balohan) karena pemerintah daerah telah pada konsultasi dengan masyarakat dan perwakilan nelayan mengambil alih pekerjaan. setempat, serta pemangku kepentingan lain yang berhubungan dengan laut. Capaian Utama Tujuan Proyek TRPRP telah tercapai pada saat penutupan proyek sesuai dengan alokasi anggaran. Proyek ini melakukan penilaian dan kajian terhadap pelabuhan laut yang rusak atau hancur akibat tsunami di Calang, Meulaboh, dan Sinabang, dan pelabuhan sungai di Lamno, serta membuat rencana untuk mendesain ulang pelabuhan-pelabuhan ini. Di Gunung Sitoli, proyek ini meninjau desain sebelumnya sehingga pekejaan dapat ditenderkan. Penilaian dampak lingkungan telah usai dilakukan untuk wilayah Calang, Sinabang, Gunung Sitoli, Meulaboh dan pelabuhan Proyek TRPRP telah berhasil membangun dermaga sementara di Singkil. Studi kelayakan ekonomi juga telah diselesaikan untuk Calang dan Sinabung. Dermaga itu paling banyak digunakan untuk proyek SDLP dan LSM yang beroperasi di daerah tersebut. Hal ini pelabuhan-pelabuhan ini, dan juga untuk pelabuhan Kuala memungkinkan adanya fasilitas kargo dan akses menuju daerah yang Langsa. Dermaga sementara di Calang dan Sinabang telah sulit dijangkau. selesai dan diserahkan kepada BRR. Pekerjaan ini menghasilkan Foto: Koleksi SDLP 56 Lampiran: Portofolio Proyek | Pemulihan Transportasi dan Infrastruktur Skala Besar 12. Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Nias (RACBP) Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Nias (RACBP) pedesaan strategis telah diselesaikan dalam satu gugus dan berfokus pada peningkatan jaringan transportasi pedesaan yang hemat rencana untuk dua gugus lain sedang dipersiapkan. Persiapan biaya dan tahan lama di daerah gugus ekonomi tertentu di Nias melalui kerja untuk ruas sepanjang 2,3 kilometer dari jalur sepeda rehabilitasi, rekonstruksi dan pemeliharaan ruas jalan inti. motor diselesaikan oleh dua tim konstruksi masyarakat sebagai Jumlah Hibah AS$10,00 juta kegiatan percontohan, dan proses tender untuk ruas tambahan Masa Pelaksanaan Oktober 2009­Juni 2012 sepanjang 33 kilometer sedang berlangsung. Lokasi untuk jalur, jalan dan penyeberangan sungai telah ditetapkan, serta rumah- Badan Mitra Organisasi Buruh Internasional (ILO) rumah tradisional dan struktur Megalit telah dinilai untuk Badan Pelaksana Organisasi Buruh Internasional (ILO) dimasukkan ke dalam pekerjaan pelestarian warisan budaya. Pencairan hingga 30 September 2010 AS$5,00 juta Kapasitas pemerintah daerah di Nias untuk menjaga aset-aset infrastruktur yang dibangun oleh proyek secara berkelanjutan Proyek Nias-RACBP bertujuan untuk meningkatkan dan merupakan tantangan, baik dari segi kemampuan teknis mendukung jalan pedesaan yang strategis dalam rangka maupun sumber pendanaan. Tantangan kapasitas ini semakin meningkatkan akses terhadap pelayanan dan fasilitas ekonomi besar sebagai akibat dari pemekaran Nias baru-baru ini dari dan sosial bagi masyarakat di daerah gugus ekonomi yang dua kabupaten menjadi lima kabupaten. Karena itulah, proyek ditargetkan. Proyek yang disetujui oleh Komite Pengarah ini menekankan pada pengembangan aset yang tahan lama, MDF pada bulan September 2009 ini merupakan bagian dari berkualitas tinggi dan hanya membutuhkan perawatan yang kelompok terakhir proyek yang bertujuan memulihkan mata minimal. Penilaian kebutuhan pelatihan telah dilakukan pencaharian dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan untuk memastikan bahwa strategi pelatihan yang sesuai telah ekonomi yang berkesinambungan. Nias-RACBP, bersama dirancang dan diterapkan. Kondisi geografis dan iklim Kepulauan dengan Nias-LEDP, membangun sinergi untuk pembangunan Nias juga memberikan hambatan terhadap pekerjaan jalan dan Nias melalui penargetan strategis masyarakat di tiga gugus hal ini telah dipertimbangkan dalam rencana kerja yang disusun pertanian/ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan oleh proyek ini. manfaat ekonomi dari investasi dalam promosi produktivitas pertanian dan perbaikan akses pedesaan yang diterapkan Kemajuan hingga Target Capaian melalui pendekatan berbasis sumber daya lokal. Kedua proyek 30 September 2010 ini akan menargetkan 21 kecamatan yang sama. Pendekatan Pekerjaan konstruksi: pembangunan ramah lingkungan, seperti teknik emulsi dingin Jalur sepeda motor (30,75 untuk pekerjaan jalan, akan digunakan. · Jalan kabupaten dan jalur 100 km) dan jalan (3,17 km) sepeda motor (km) telah diidentifikasi Subkomponen warisan budaya proyek ini bertujuan untuk · Jembatan kecil dan 13 lokasi penyeberangan meningkatkan kesadaran dan kepemilikan masyarakat, penyeberangan sungai 1.100 sungai telah dipilih untuk memudahkan penggunaan dan pelestarian aset warisan (meter) survei teknis budaya unik Nias, serta melestarikan teknik konstruksi · Pemeliharaan rutin jalan Pekerjaan pemeliharaan 80 tradisional. Peningkatan kesadaran pelestarian warisan budaya, kabupaten (km) yang belum dimulai pembangunan kapasitas dan pelatihan kerja merupakan elemen Pelatihan dan Pembangunan Kapasitas: kunci RACBP. · Pelatihan kerja (hari) 20.600 912 · Kelas pelatihan (hari) 2.200 510 Capaian Utama Kegiatan awal proyek telah selesai dan pelaksanaan proyek sedang berlangsung. Pelatihan, perencanaan, dan pembangunan kapasitas, di samping kegiatan-kegiatan percontohan tertentu, masih berlangsung. Lokakarya pelatihan telah dilaksanakan dan penilaian kapasitas telah selesai dilakukan. Seleksi dan pelatihan kerja bagi penyelia lokasi dalam pembangunan jalan berbasis sumber daya lokal telah dimulai. Melalui koordinasi yang erat dengan pemerintah daerah, rencana infrastruktur transportasi 57 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 13. Proyek Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan (CBLR3) Proyek Pembangunan Kapasitas untuk Perbaikan Jalan dengan Sumber tingkat kabupaten telah mengadopsi manual LRB, menerapkan Daya Lokal (CBLR3) telah mampu meningkatkan kapasitas pemerintah metode LRB di jalan khusus yang tidak didanai oleh proyek, dan daerah dan kontraktor dalam membangun dan memelihara jalan dengan menggunakan metode pengujian kualitas jalan. menggunakan metode berteknologi rendah. Proyek ini merehabilitas jalan kabupaten di lima kabupaten di Aceh dan Nias, dengan memanfaatkan CBLR3 menggunakan pendekatan inklusif gender untuk sumber daya lokal serta menciptakan peluang kerja jangka pendek dan memperkuat partisipasi masyarakat dalam pembangunan panjang. dan pemeliharaan jalan pedesaan. Delapan belas kelompok Jumlah Hibah AS$11,80 juta perempuan dibentuk untuk melakukan kegiatan pembersihan Masa Pelaksanaan Maret 2006­Juni 2011 dan penyebaran rehabilitasi jalan di empat kabupaten. Selain itu, 25 perempuan berpartisipasi dalam pekerjaan pemeliharaan rutin Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) yang dilakukan oleh 12 kelompok pemeliharaan masyarakat Badan Pelaksana Organisasi Buruh Internasional (ILO) dari Pidie dan Bireuen. Kapasitas Tim Pelaksanaan Proyek Pencairan hingga 30 September 2010 AS$11,80 juta Masyarakat di Aceh dan Nias telah meningkat dan mereka mampu melaksanakan pekerjaan sesuai keperluan. Proyek CBLR3 (atau Jalan ILO) melatih pemerintah daerah Perpanjangan sembilan bulan tambahan menyediakan waktu untuk mengelola rekonstruksi dan pemeliharaan jalan tingkat untuk lebih melembagakan pendekatan LRB di berbagai badan kabupaten secara efektif, dan melatih kontraktor kecil dalam pemerintah kabupaten untuk mempertahankan manfaat membangun jalan dengan menggunakan metode berbasis melebihi umur proyek. Penyerahan fisik jalan yang dibangun sumber daya lokal yang hemat biaya. Penggunaan tenaga kerja diperkirakan akan segera berlangsung. lokal dan pemakaian teknologi konstruksi jalan serta metode kerja yang tepat memungkinkan kontraktor untuk bersaing dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan selama proses pemulihan Hasil hingga 30 September 2010* Target Capaian** dan seterusnya. CBLR3 diperpanjang sampai Juni 2011 untuk Jumlah jalan yang direhabilitasi (km) 155,7 154,6 mempersiapkan strategi penutupan yang berkesinambungan dalam memperkuat lingkungan yang kondusif di Aceh untuk Jumlah jalan yang dipelihara (km) 177,3 229,5 melembagakan pendekatan berbasis sumber daya lokal (LRB). Jumlah kontraktor setempat yang 250 (30%) 341 (1,2%) Di Nias, pendekatan serupa akan dilanjutkan melalui Proyek dilatih (% perempuan) Pembangunan Kapasitas dan Akses Pedesaan Nias (RACBP) Jumlah staf pemerintah daerah yang 100 (30%) 178 (7,3%) dari Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang pelaksanaannya dilatih (% perempuan) dimulai pada akhir tahun 2009. Hari kerja yang dihasilkan 430,000 (30%) 410,345 (% perempuan) Capaian Utama * Target kurang banyak dilaporkan tahun lalu. ** Target sebanyak 30 persen peserta pelatihan perempuan terbukti tidak realistis karena Proyek CBLR3 bertujuan untuk memperkuat kapasitas industri kontraktor jalan adalah bisnis yang didominasi laki-laki. Melalui kegiatan yang ditargetkan dengan baik, proyek ini berhasil memaksimalkan partisipasi perempuan dalam pemerintah kabupaten dan kontraktor lokal skala kecil kegiatan pelatihan. untuk melakukan pekerjaan jalan . Sejauh ini upaya tersebut menunjukkan hasil yang baik. Staf dari Dinas Pekerjaan Umum di beberapa kabupaten seperti di Pidie dan Bireuen sudah mulai menggunakan lembar kerja dan mekanisme LRB dalam survei jalan untuk pekerjaan yang didanai oleh pemerintah. Program pelatihan ini menekankan sistem pemberian kontrak yang objektif dan jaminan kualitas yang menghasilkan proses tender yang transparan dan peningkatan kualitas pengawasan jalan. Proyek ini juga memperkenalkan teknik, standar, sistem dan strategi untuk pekerjaan jalan LRB yang disesuaikan dengan kondisi di Aceh dan Nias. Peningkatan kemampuan kontraktor lokal serta staf dan penyelia dari Dinas Pekerjaan Umum dalam Warga setempat menikmati peningkatan akses menuju berbagai menerapkan pendekatan LRB untuk pekerjaan jalan berbasis tempat melalui jalan di Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie Jaya yang emulsi dan pengawasan lokasi telah menghasilkan output dibangun melalui proyek CBLR3 di bawah UNDP dan dilaksanakan oleh kualitas yang lebih baik. Staf dari Dinas Pekerjaan Umum di ILO. Foto: Tarmizy Harva untuk MDF 58 Lampiran: Portofolio Proyek | Penguatan Tata Kelola dan Pembangunan Kapasitas 14. Proyek Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) Proyek Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) Aceh (P2DTK-EGA), yang didanai bersama oleh MDF dan DFID, memperkuat kapasitas pemerintah kabupaten dalam menggunakan telah meningkatkan iklim usaha setempat di kabupaten sasaran. perencanaan dari bawah ke atas (desa, kecamatan dan antarkecamatan) P2DTK-EGA juga telah memberikan inspirasi pada pemerintah serta kebutuhan analisis ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang kabupaten. P2DTK menghubungkan proses perencanaan partisipatif kecamatan PNPM Mandiri Perdesaan dengan pengambilan keputusan baik--partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan kesetaraan-- pemerintah kabupaten, serta memberikan hibah untuk memperbaiki pada aspek lain pelayanan masyarakat. layanan masyarakat dan pemulihan infrastruktur dasar. AS$25,60 juta Hasil hingga Jumlah Hibah Target Capaian 30 September 2010 Masa Pelaksanaan Februari 2007­Desember 2011 Kabupaten yang Lebih dari 80% 100% kabupaten Badan Mitra Bank Dunia menggunakan sekarang berpartisipasi Kementerian Pembangunan Daerah proses perencanaan dalam musyawarah Badan Pelaksana Tertinggal (KPDT) partisipatif untuk perencanaan pembangunan penganggaran dan (Mmusrenbang) dan P2DTK Pencairan hingga 30 September 2010 AS$17,93 juta pembiayaan kegiatan memberi masukan bagi pembangunan proses ini dan membantu membangun kapasitas. Proyek ini menyediakan hibah bagi kabupaten di Aceh dan Nias Subproyek yang Berdasarkan · Jalan (777 unit/195,6 km) yang dapat digunakan untuk proyek-proyek di tingkat kecamatan diusulkan dan didanai penilaian · Jembatan (132 unit/5,6 yang diidentifikasi melalui mekanisme perencanaan PPK/PNPM. di semua kabupaten kebutuhan oleh km) P2DTK bertujuan untuk memperkuat kapasitas pemerintah yang berjumlah 19 masyarakat · Drainase (206 unit/11,5 kabupaten dan mendorong pengembangan ekonomi melalui km) · Irigasi (70 unit/6,5 km) investasi dalam infrastruktur. · Air bersih (373 unit) · Rehabilitasi sekolah (50 Capaian Utama unit) · Klinik kesehatan desa (54) P2DTK menyediakan hibah bagi kabupaten senilai hingga Pelaksanaan Berdasarkan Kesehatan: AS$50,000 untuk mendukung proyek yang berasal dari proses pendidikan/kegiatan penilaian · Pelatihan (295) perencanaan kecamatan yang memberi kontribusi pada berfokus pada kebutuhan oleh · Rehabilitasi klinik rekonstruksi, rekonsiliasi, dan pembangunan. Tiga puluh persen peningkatan kualitas masyarakat kesehatan (55) pelayanan secara Pendidikan: dari hibah ini dicadangkan untuk mendukung peningkatan keseluruhan · Pelatihan pengelolaan kulitas dalam kesehatan dan pendidikan. Hingga tanggal 30 berbasis sekolah (49) September 2010, sejumlah 883 subproyek di Aceh dan Nias telah selesai dilaksanakan. Jumlah ini mencakup 375 subproyek untuk infrastruktur (42 persen), 266 untuk pendidikan (30 persen), dan 242 untuk kesehatan (28 persen). Keterlibatan kelompok rentan, terutama perempuan, dalam proses perencanaan masyarakat dan kegiatan pelatihan telah mencapai 30 persen, dan sampai 50 persen di beberapa lokasi. Melalui gabungan pelatihan, latihan praktis, dukungan teknis profesional, dan pembentukan jaringan pembelajaran, P2DTK membangun kapasitas di tingkat kabupaten dan kecamatan. Untuk memanfaatkan mekanisme yang ada dan mendorong pendekatan yang harmonis dan pragmatis, P2DTK menyediakan pembiayaan untuk memperluas Proyek Dukungan untuk Pemerintah Daerah yang didanai USAID (LGSP) untuk membangun kapasitas di sepuluh kabupaten P2DTK mendukung rehabilitasi sekolah dan memberikan pelatihan Aceh dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan manajemen berbasis sekolah bagi para guru di desa-desa. daerah. Pelaksanaan proyek Tata Kelola Ekonomi P2DTK di Foto: Akil Abduljalil/Sekretariat MDF 59 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 15. Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias (CSO) Proyek Organisasi Masyarakat Sipil (CSO) membangun kapasitas teknis dan isu-isu yang berkaitan dengan gender. Proyek CSO dan organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi memperkenalkan pemantauan berbasis masyarakat yang Berbasis Masyarakat (CBO) di Aceh dan Nias. Hibah kecil memungkinkan memudahkan pemantauan proses rehabilitasi dan rekonstruksi LSM dan CBO terlibat dalam kegiatan rekonstruksi yang berorientasi oleh masyarakat, serta menciptakan ruang bagi masyarakat pada kebutuhan. Proyek ini ditutup pada tanggal 31 Mei 2010. dan pemerintah untuk berinteraksi tentang isu-isu dan masalah Jumlah Hibah AS$6,00 juta yang dihadapi selama rekonstruksi. Masa Pelaksanaan Februari 2007­Mei 2010 Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) Hibah kecil untuk CSO telah meningkatkan pelayanan sosial dasar, peningkatan pendapatan, dan pemberdayaan perempuan. Badan Pelaksana Program Pembangunan PBB (UNDP) Dalam beberapa kasus, hibah kecil digunakan untuk fasilitas Pencairan hingga 30 September 2010 AS$6,00 juta sosial masyarakat, termasuk fasilitas anak usia dini di Nias dan Aceh serta penyediaan air bersih di Nias. Hibah kecil lainnya mendukung peningkatan pendapatan masyarakat melalui Proyek CSO memperkuat kapasitas CSO dan CBO di Aceh dan berbagai kegiatan ekonomi seperti peternakan kambing, Nias. Pusat Pembelajaran Masyarakat Sipil (CSRC) yang didirikan produksi kerajinan tangan limbah kayu setempat dan pertanian di Aceh dan Nias memberikan landasan bagi pemerintah cabai di Aceh, serta pertanian kakao dan peternakan babi di Nias. daerah dan CSO untuk berinteraksi. CSO/CBO didorong untuk Secara keseluruhan, kegiatan perempuan yang didukung proyek berpartisipasi dalam pelatihan dan bersaing untuk mendapatkan CSO telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat hibah kecil dalam mendukung prakarsa seperti pembangunan serta menyediakan modal finansial dan sosial yang diperlukan kembali pelayanan sosial dasar, pemberdayaan perempuan dan untuk memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan. perencanaan, pengambilan keputusan dan pendapatan. Capaian Utama Hasil hingga saat penutupan Target Capaian proyek 31 Mei 2010 Proyek CSO membentuk kelembagaan yang efektif untuk Hibah kecil yang diberikan/nilai 142/ 141 memudahkan konsultasi dan kerja sama di antara para pemangku hibah AS$2.380.477,34* kepentingan dan pendukung peningkatan peran CSO dalam Penerima manfaat hibah mata ­ 33.398 (14.764 pembangunan kembali Aceh dan Nias pascabencana. Satu Tim pencaharian perempuan) Koordinasi Provinsi dan 13 Kelompok Kerja Teknis dibentuk Staf CSRC yang dilatih (pelatihan ­ 83 (25 perempuan) pelatih) di Aceh, sementara dua Tim Koordinasi Kabupaten dibentuk 1.100 (324 di Nias. Badan-badan ini terlibat dalam pemilihan proposal, Staf CSO yang dilatih ­ perempuan) pemantauan pelaksanaan proyek, dan pemberian fasilitas * Berdasarkan nilai akhir dari 142 prakarsa hibah kecil pada akhir proyek. pemantauan berbasis masyarakat atas kegiatan rekonstruksi. Proyek CSO berperan penting dalam membentuk dua CSRC, yaitu IMPACT di Aceh dan FORNIHA di Nias. Kedua CSRC ini memungkinkan masyarakat dan organisasi sipil untuk menyampaikan kebutuhan kelembagaan dan individual mereka secara lebih efektif. Masyarakat sekarang juga memiliki landasan untuk melobi pemerintah mengenai prioritas dan kebutuhan pembangunan. Melalui pelatihan dan pembinaan, CSRC menciptakan jaringan CSO yang luas di Aceh dan Nias, dengan daftar yang memuat lebih dari 100 fasilitator terlatih yang siap untuk penyebaran cepat. Proyek ini melatih lebih dari 200 CSO/CBO di Aceh dan Nias dalam serangkaian "kompetensi" pengembangan masyarakat yang Proyek CSO menyediakan hibah kecil untuk membangun kapasitas mencakup pemantauan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, CBO. Salah satau hibah ini adalah untuk meningkatkan produksi ternak pengelolaan proyek, perencanaan strategis, kepemimpinan, seperti imunisasi kambing di Singkil. Foto: Koleksi Muslim Aid untuk Proyek CSO 60 Lampiran: Portofolio Proyek | Pelestarian Lingkungan 16. Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP) Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP) membantu melindungi Proyek ini juga memasukkan masalah-masalah lingkungan ke ekosistem hutan Leuser dan Ulu Masen Aceh dari pembalakan liar. dalam proses rekonstruksi dan pembangunan di Aceh. AFEP Perlindungan area seluas 3,3 juta hektar ini akan menjaga pasokan air mendukung prakarsa Aceh Hijau dari pemerintah provinsi dan untuk 60 persen penduduk Aceh, dan sumber keanekaragaman hayati melanjutkan pelatihan mitra setempat untuk mengembangkan terkaya di Asia Tenggara yang masih tersisa. Tanggal penutupan proyek ini telah diperpanjang sampai 30 Juni 2011. dan menerapkan metode berteknologi rendah secara mandiri untuk melindungi tanah pertanian dan panen dari gajah dan Jumlah Hibah AS$17,53 juta satwa liar lainnya. Masa Pelaksanaan Februari 2006­Juni 2011 Badan Mitra Bank Dunia Sekarang dalam tahun terakhir pelaksanaannya, AFEP memprioritaskan dukungan terhadap kegiatan yang Yayasan Leuser Internasional (LIF) Badan Pelaksana dan Fauna and Flora International berhubungan dengan kesinambungan dampak pascaproyek (FFI) untuk secara bertahap mengalihkan peran dan tanggung jawab Pencairan hingga 30 September 2010 AS$16,93 juta kepada pemerintah Aceh. AFEP telah mengembangkan kurikulum dan bahan mengenai AFEP bekerja di ekosistem Ulu Masen dan Leuser Aceh untuk kesadaran lingkungan untuk sekolah, melatih guru, dan mengurangi dampak negatif rekonstruksi terhadap hutan Aceh mendirikan klub lingkungan untuk siswa dengan lebih dari 6.100 dengan memasukkan masalah lingkungan ke dalam proses anggota di seluruh Aceh. Proyek ini telah mendukung proses perencanaan Aceh, dan membangun kapasitas pemerintah perencanaan tata ruang tingkat desa dan mukim dan memulai serta masyarakat untuk melindungi sumber daya hutan. pembibitan yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan Proyek ini juga bekerja untuk meningkatkan mata pencaharian mata pencaharian berbasis tanaman keras. Proyek ini sekarang masyarakat di daerah hutan melalui pengurangan konflik antara berfokus pada pengalihan kegiatan ini ke mitra setempat untuk manusia dan satwa liar. memastikan kesinambungannya. Capaian Utama Kemajuan hingga Target Capaian 30 September 2010 Proyek ini terus berfokus pada pemantauan dan pelaporan Rancangan rencana tata ruang 1 Provinsi 2 Provincsi kegiatan hutan ilegal, pelatihan dan pelengkapan polisi yang mencerminkan input 7 Kabupaten 10 Kabupaten kehutanan dan masyarakat penjaga hutan, pengurangan konflik lingkungan dan konservasi antara manusia dan satwa liar, serta penguatan kapasitas Kesepakatan tingkat daerah serta undang-undang Ulu Masen: Ulu Masen: pengelolaan hutan. Termasuk di dalamnya adalah perluasan mengenai pengelolaan 10 Mukim Leuser: 11 Mukim Leuser: program masyarakat penjaga hutan yang memberikan pekerjaan hutan dan konservasi yang 30 Gampong* 27 Gampong alternatif ramah lingkungan bagi mantan kombatan, penebang dikembangkan dan pemburu liar di Ulu Masen. Program ini juga mencakup Guru sekolah dilatih dan kelanjutan kegiatan Tim Pemantau Desa di ekosistem Leuser. dibekali bahan-bahan 1.007 500 Proyek ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kurikulum lingkungan dan (65% perempuan) proses perencanaan tata ruang Aceh yang memasukkan konservasi Pembibitan yang didirikan dan pertimbangan lingkungan. 50 55 operasional Area hutan yang direboisasi/ Proyek ini mempromosikan perlindungan yang efektif 5.000 5.238 dipulihkan (dalam hektar) dan pengelolaan hutan Leuser dan Ulu Masen yang * Gampong: kata yang digunakan di Aceh untuk desa. berkesinambungan. Koordinasi dan dukungan bagi forum berbagai pemangku kepentingan untuk pengelolaan hutan, serta pemantauan berbagai pemangku kepentingan dan jaringan penegakan hukum yang dibuat dalam proyek ini dilanjutkan dengan persiapan penyerahan tanggung jawab kepada pemerintah daerah. Sampai saat ini, lebih dari 329 laporan kasus pembalakan liar telah ditindaklanjuti oleh polisi. 61 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 17. Program Pengolahan Limbah Tsunami (TRWMP) Program Pengolahan Limbah Tsunami (TRWMP) membangun pembangunan kapasitas dalam pengelolaan limbah padat bagi kapasitas pemerintah daerah untuk membersihkan, mendaur ulang pemerintah daerah. dan membuang sampah tsunami; menerapkan sistem pengelolaan limbah berkesinambungan yang menguntungkan lingkungan melalui Proyek ini bermitra dengan UN-HABITAT untuk memberikan pengumpulan, pemulihan, daur ulang dan pembuangan limbah yang paket pelatihan pembangunan kapasitas selama 18 bulan aman, serta mempromosikan mata pencaharian yang berhubungan bagi pemerintah daerah mengenai pengelolaan limbah padat. dengan pengelolaan limbah. Tanggal penutupan proyek telah Pembangunan satu tempat pembuangan akhir regional diperpanjang sampai 30 Juni 2012. permanen untuk Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, satu Jumlah Hibah AS$39,40 juta tempat pembuangan akhir kabupaten di Nias dan perancangan Masa Pelaksanaan Desember 2005­Juni 2012 delapan tempat pembuangan akhir kabupaten lain sedang dalam proses pengadaan. Proyek ini memulai skema layanan Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) berbayar percontohan untuk pengumpulan sampah , dengan Badan Pelaksana Program Pembangunan PBB (UNDP) total 22.947 rumah tangga yang berpartisipasi. Pemerintah Pencairan hingga 30 September 2010 AS$31,41 juta daerah telah memperluas proyek percontohan TRWMP dengan menambah 16.123 rumah tangga dan 510 lembaga masyarakat untuk diikutsertakan ke dalam skema pemulihan berbayar yang TRWMP dirancang untuk memberikan tanggapan terkoordinasi dijalankan kabupaten. terhadap masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan terkait dengan puing-puing tsunami/gempa dan pengelolaan TRWMP juga bermitra dengan Terre des Hommes-Italia (TDH-I) limbah kota selama rehabilitasi dan pemulihan Aceh dan Nias. untuk mendukung mata pencaharian dalam kegiatan yang Program ini berfokus pada pengumpulan sampah tsunami berkaitan dengan pengelolaan limbah. Dalam kemitraan dengan dan pembersihan lahan, pembangunan kapasitas unit yang TDH-I, TRWMP memperkuat pengelolaan sampah dan kegiatan menangani pembersihan limbah padat kabupaten/kota dan daur ulang usaha kecil dan menengah terpilih atau organisasi penciptaan kesempatan mata pencaharian berdasarkan berbasis masyarakat. pengelolaan sampah yang berkesinambungan. Program ini didanai dan dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap Ketiga sekarang memperluas kegiatan pembangunan kapasitas untuk Hasil hingga 30 September 2010 Target Capaian memastikan adanya infrastruktur dan layanan pengelolaan Jumlah tempat pembuangan sampah yang limbah padat yang berkesinambungan setelah proyek ditutup. ditutup atau ditingkatkan menjadi tempat 10 10 Prakarsa rintisan ini menyoroti sektor yang selama ini kurang pembuangan akhir saniter. mendapat perhatian di Indonesia. Rumah tangga yang membayar untuk pengumpulan sampah rumah tangga atau 30 16 Capaian Utama masyarakat (persen per kabupaten) Jumlah usaha kecil & menengah (UKM) dengan Tahap Pertama proyek berfokus pada kegiatan pemulihan mata pencaharian berkesinambungan yang 140 161 pascabencana, termasuk menciptakan lapangan kerja sesegera terbentuk di sektor pengelolaan limbah mungkin, memulai kembali layanan penting, membersihkan puing-puing dan memulihkan bahan yang dapat didaur ulang untuk digunakan selama proses rehabilitasi dan pemulihan, serta melanjutkan pengumpulan sampah di delapan kabupaten/ kota di Aceh dan Nias untuk mengurangi potensi risiko lingkungan dan kesehatan. Selama Tahap Kedua, program bertujuan untuk menjaga investasi dengan membangun secara berkesinambungan dalam intervensi program dan memperluas cakupan ke 13 kabupaten. Tahap Ketiga akan mencakup pembangunan dua tempat pembuangan sampah permanen yang diprioritaskan, pembangunan empat fasilitas lain dalam kemitraan dengan departemen/ dinas pekerjaan umum tingkat nasional dan provinsi, serta kemungkinan pembangunan empat Eka, 28, memulung plastik untuk didaur ulang. TRWMP memberikan tanggapan terkoordinasi terhadap masalah kesehatan masyarakat dan tempat pembuangan sampah lain dan pekerjaan rehabilitasi dampak lingkungan dari puing-puing tsunami dan gempa bumi, serta penting lainnya secara terbatas. TRWMP terus mendukung limbah kota. kegiatan mata pencaharian terkait pengelolaan limbah dan Foto: Abbie Trayler-Smith/Panos Pictures/Department for International Development (Inggris) 62 Lampiran: Portofolio Proyek | Peningkatan Proses Pemulihan 18. Bantuan Teknis (TA) untuk BRR dan Bappenas Proyek Bantuan Teknis (TA) mendukung BRR dan Bappenas untuk utama untuk program pemulihan Aceh-Nias. RAND (Basis melaksanakan mandatnya dalam merencanakan, melaksanakan, Data Pemulihan Aceh-Nias) menyediakan kumpulan data mengawasi dan mengoordinasikan proses pemulihan secara efisien untuk memantau dan mengoordinasikan kegiatan rehabilitasi dengan memberikan dukungan teknis dan layanan utama sampai dan rekonstruksi yang didanai oleh organisasi eksternal. Pusat penutupan BRR pada bulan April 2009. Proyek ini diperpanjang sampai tanggal 30 Juni 2012 untuk memberikan dukungan bagi Bappenas dalam KNOW menyimpan informasi tentang upaya rehabilitasi dan peran koordinasinya serta untuk membantu Bappeda tingkat provinsi di rekonstruksi di Aceh dan Nias yang dilakukan oleh pemerintah, Aceh dan Sumatera Utara untuk mengoordinasikan dan menyelesaikan donor, dan pemangku kepentingan lainnya, dan memetik upaya rehabilitasi dan rekonstruksi yang tersisa di Aceh dan Nias. pelajaran dari kegiatan itu. SIMBADA adalah sistem informasi Jumlah Hibah AS$24,48 juta manajemen aset untuk melacak aset yang diciptakan selama proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh dan Nias. Bappenas Masa Pelaksanaan Juli 2005­Juni 2012 menjaga sistem ini untuk memastikan bahwa setiap sistem Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan bagi kesinambungan BRR (sampai April 2009), Bappenas operasi dan pemeliharaan untuk menyimpan dan menyebarkan Badan Pelaksana (sejak April 2009) pengetahuan dan data yang dihasilkan selama upaya pemulihan Pencairan hingga 30 September 2010 AS$24,48 juta di Aceh dan Nias. Selain mendukung kebijakan dan pengembangan prosedur Proyek bantuan teknis untuk BRR ini dirancang agar dapat terkait bencana, dukungan teknis untuk BRR dan Bappenas menanggapi dengan cepat kebutuhan teknis dan operasional BRR juga memberikan bantuan teknis untuk mengembangkan dari Juli 2005 sampai April 2009. Proyek ini telah dilaksanakan dan merintis perampingan proses analisis dampak lingkungan dalam tiga tahap, dan diganti namanya pada Mei 2009 seiring (AMDAL) yang dilakukan pada Tahap Kedua. Analisis terhadap dengan penyerahan fungsi koordinasi upaya rehabilitasi dan gugus yang terkait dengan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di rekonstruksi pascaBRR di Aceh dan Nias kepada Bappenas. Aceh sangat relevan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan Pada bulan Februari 2010, Komite Pengarah menyetujui Tahap daerah serta menetapkan standar nasional masa depan untuk Ketiga, khususnya untuk mendukung Bappenas dan Bappeda perencanaan lingkungan dan proses pembangunan. Aceh dan Sumatera Utara untuk meningkatkan koordinasi, pemantauan dan evaluasi Rencana Aksi Kelanjutan Rekonstruksi Selama masa transisi dari BRR kepada Bappenas, proyek ini Aceh-Nias 2010-2012 ("Rencana Aksi 2010-2012"). Bappenas mendukung finalisasi dokumen hukum Rencana Aksi 2010-2012 secara internal menyebut Tahap Ketiga sebagai Proyek Bantuan yang ditetapkan oleh Gubernur Aceh dan Gubernur Sumatera Teknis untuk Penyelesaian Rehabilitasi dan Rekonstruksi dan Utara. Tahap Ketiga memberikan dukungan kepada Bappenas Koordinasi Lanjutan (TS to R2C3). dan Bappeda Aceh dan Sumatera Utara untuk meningkatkan koordinasi, pemantauan dan evaluasi, serta pelaksanaan Capaian Utama Rencana Aksi. Tahap Pertama dan Kedua memberikan bantuan teknis dan dukungan operasional bagi BRR untuk mencapai mandatnya secara transparan dan tepat waktu. Hal ini mencakup perkembangan kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi, kerangka hukum, dan proyek/program, penilaian proposal yang diajukan oleh organisasi lain, dan pengembangan alat dan kapasitas untuk memantau pelaksanaan program rekonstruksi secara keseluruhan. Proyek ini juga telah mendukung pengembangan 217 strategi/kebijakan/panduan, meninjau 192 proposal, dan memantau 284 proyek. Sebagian besar kegiatan yang direncanakan untuk mendukung Bappenas memainkan peran koordinasi untuk menagajak pemangku kepentingan duduk bersama agar dapat menyelesaikan agenda BRR telah diselesaikan pada saat proyek ditutup pada bulan rekonstruksi Aceh-Nias dan Rencana Aksi Kelanjutan Rekonstruksi dan April 2009, tapi dukungan dilanjutkan untuk penyelesaian Rehabilitasi 2010­2012. dan pengoperasian tiga sistem informasi manajemen (MIS) Foto: Koleksi Proyek TA untuk BRR dan Bappenas 63 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 19. Membuat Aceh Lebih Aman Melalui Pengurangan Risiko Bencana dalam Pembangunan (DRR-A) DRR-A dirancang untuk menetapkan pengurangan risiko bencana (PRB) Bencana (TDMRC) didirikan di Universitas Syiah Kuala yang yang merupakan bagian normal dari proses pembangunan dalam fungsi berfungsi sebagai "wadah pemikir" PRB untuk Pemerintah Aceh. inti pemerintah daerah Aceh serta mitra publik dan swasta, khususnya Proyek ini membentuk berbagai kemitraan dengan pemerintah, masyarakat setempat Aceh. Melalui proyek ini tindakan yang paling media, LSM, dan akademisi serta mendorong kepemilikan atas efektif dan langsung dapat diambil untuk mengurangi kerentanan fisik, ekonomi dan sosial terhadap bencana. agenda PRB di semua badan provinsi. Jumlah Hibah AS$9,87 juta Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap PRB, Masa Pelaksanaan November 2008­Desember 2011 proyek ini berperan penting dalam membentuk PACC yang telah Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) menarik partisipasi dari sekitar 20 organisasi/badan, termasuk Kementerian Dalam Negeri dan sektor media dan agama. Survei mengenai kesadaran publik Badan Pelaksana Pemerintah Daerah Provinsi Aceh atas PRB telah direncanakan untuk mengukur kebutuhan dan Pencairan hingga 30 September 2010 AS$5 juta kapasitas PACC secara lebih baik. Proyek DRR-A berupaya memasukkan aspek pengurangan risiko bencana ke dalam fungsi utama badan pemerintah daerah Aceh, mitra publik dan swasta, masyarakat dan keluarga setempat, sambil memperhitungkan berbagai kapasitas, kebutuhan, dan kerentanan penduduk. DRR-A akan menetapkan pengaturan kelembagaan, dan lingkungan yang memungkinkan untuk memudahkan pelaksanaan partisipatif pengurangan risiko bencana (PRB), yang melibatkan pembentukan lembaga daerah serta penggunaan program kesadaran masyarakat dan proyek yang peka terhadap gender. Capaian Utama Dalam rangka menyediakan lingkungan yang mendukung pelembagaan tindakan PRB, proyek DRR-A mencurahkan sebagian besar upayanya untuk menyusun dan memudahkan tinjauan resmi dan persetujuan atas berbagai instrumen hukum dan peraturan. Proyek DRR-A mendukung pembuatan Rencana Aksi Daerah PRB, Komite Koordinasi Kesadaran Publik (PACC), dan pembuatan peraturan (Pergub No. 102/2009) yang menetapkan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Proyek ini juga berhasil memasukkan PRB ke dalam rancangan akhir rencana pembangunan jangka panjang Aceh. Proyek ini peka terhadap gender dalam konteks PRB. Sepuluh kabupaten yang paling rawan bencana dipilih sebagai lokasi percontohan untuk melaksanakan PRB berbasis masyarakat dan peka terhadap gender. DRR-A juga menyediakan keahlian teknis dalam pembuatan prosedur operasi standar untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) di Aceh dalam rancangan Peraturan Gubernur (Pergub). Anak-anak mengikuti lomba menggambar yang diselenggarakan oleh Proyek DRR-A membuat banyak kemajuan dalam satu tahun DRR-A dalam rangka peringatan Hari Internasional Pengurangan Risiko terakhir melalui penandatanganan perjanjian dengan berbagai Bencana di Banda Aceh, Oktober 2010. badan pemerintah provinsi. Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Foto: Fakhrurrazi/UNDP 64 Lampiran: Portofolio Proyek | Peningkatan Proses Pemulihan 20. Program Transformasi Pemerintah Aceh (AGTP) Program Transformasi Pemerintah Aceh (AGTP) memberikan dukungan pemulihan melalui penyediaan penasihat teknis (Tim Asistensi). strategis dan penting selama masa transisi dengan memastikan bahwa Pendekatan ini menghasilkan 13 dari 16 proses yang ditargetkan/ pemerintah provinsi memiliki kapasitas dan kekuatan kelembagaan yang kebijakan yang disetujui oleh lembaga eksekutif provinsi dan diperlukan untuk mengambil alih proyek, aset, fungsi, kapasitas dan enam dari enam proses/prosedur koordinasi yang diberlakukan sumber daya BRR pada akhir mandatnya. di jajaran kementerian yang ditargetkan di tingkat provinsi. Satu Jumlah Hibah AS$13,98 juta tahun setelah para penasihat menyelesaikan tugas mereka, Masa Pelaksanaan Juli 2008­Desember 2011 Dinas Perhubungan dan Komunikasi Provinsi, misalnya, telah Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) memperoleh pendanaan untuk pembentukan dan operasi Pusat Pengelolaan Informasi yang baru untuk mempromosikan Tata Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pelaksana Kelola Pemerintahan Berbasis Elektronik (e-governance) dengan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh menyatukan sistem informasi yang dikembangkan oleh BRR Pencairan hingga 30 September 2010 AS$13,98 juta untuk memudahkan akses publik terhadap informasi, sejalan dengan UU No. 14/2008. AGTP memberikan dukungan kepada pemerintah provinsi AGTP memberikan dukungan pembangunan kapasitas saat mereka mengambil alih tanggung jawab untuk proses operasional untuk badan pemerintah provinsi utama agar dapat rehabilitasi dan rekonstruksi setelah penutupan BRR. AGTP memenuhi tanggung jawab transisi dan pemulihan mereka berfokus pada penguatan kapasitas pemerintah provinsi melalui secara efektif. Proyek ini membantu pelaksanaan Penilaian dukungan pembuatan kebijakan, proses anggaran pemerintah Kebutuhan Pembangunan Kapasitas UNDP dan Rencana daerah, pengalihan aset kepada lembaga setempat dan prakarsa Pembangunan Kapasitas (CDP) di badan yang dipilih. Badan- antikorupsi. badan ini telah memulai proses pengembangan CDP jangka pendek dan jangka panjang mereka untuk dimasukkan ke dalam Capaian Utama dokumen penganggaran dan perencanaan provinsi. Dengan dukungan proyek, badan sasaran telah mempersiapkan anggaran AGTP memberikan dukungan bagi peningkatan kapasitas untuk pelaksanaan "Rencana Aksi Percepatan Pembangunan" lembaga eksekutif provinsi untuk menciptakan kerangka sesuai dengan Keputusan Presiden No. 47/2008. kelembagaan dan kebijakan demi keberhasilan transisi dan Untuk menjamin kesinambungan proyek dan untuk membangun kapasitas dalam jangka panjang, AGTP mendukung Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) tingkat provinsi untuk mempertahankan, mengelola dan mentransfer pengetahuan dan keterampilan bagi badan tingkat provinsi dan kabupaten demi keberhasilan transisi yang berkesinambungan. Proyek ini membantu penyusunan program pengembangan fakultas BKPP dan pengembangan anggaran yang berfokus pada empat bidang yang diidentifikasi dalam rencana strategi BKPP-- pengelolaan aset, gender, resolusi konflik serta perencanaan dan penganggaran. Selanjutnya, AGTP memudahkan akreditasi staf BKPP oleh Lembaga Administrasi Nasional (LAN) melalui kelas pelatihan intensif 100 jam. AGTP memberikan dukungan teknis bagi Pemerintah Aceh untuk melakukan verifikasi atas seluruh aset yang diterima dari BRR. Kegiatan verifikasi di tingkat kabupaten masih harus diselesaikan. Tanpa penerimaan formal atas aset dari pemerintah pusat, operasi dan anggaran pemeliharaan tidak Staf Bappeda memproses data RAND di kantor mereka di Banda akan dapat dilakukan, sehingga mengakibatkan kemungkinan Aceh. memburuknya kondisi investasi atau aset yang telah dibangun Foto: Irwansyah Putra untuk MDF atau diberikan setelah terjadinya bencana tsunami. 65 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 21. Program Transisi Kepulauan Nias (NITP) Program Transisi Kepulauan Nias (NITP) bertujuan untuk meningkatkan pemeliharaan. NITP memberikan bantuan dalam penyusunan kapasitas kabupaten untuk menyelesaikan proses pemulihan dan instrumen hukum (Perda) atas sistem informasi keuangan mengelola tanggung jawab pemerintah daerah yang sedang berlangsung, daerah dan pengelolaan aset serta memudahkan pelaksanaan menerapkan praktik terbaik yang meningkatkan tata kelola dan sistem manajemen keuangan daerah baru (SIPKD-Sistem mengurangi risiko dari bencana alam di masa depan. Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah) sesuai dengan Edaran Jumlah Hibah AS$3,89 juta Kementerian Dalam Negeri No. SE.900/294/BAAKD. Masa Pelaksanaan April 2009­Desember 2011 Badan Mitra Program Pembangunan PBB (UNDP) NITP membantu Bupati Nias mendirikan Kelompok Kerja Khusus Pengelolaan Bencana untuk memperdalam pelembagaan PRB Kementerian Dalam Negeri, dalam proses pemerintah daerah di masa depan. Kelompok Badan Pelaksana Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten di Nias Kerja berada di bawah pengawasan Bappeda Nias dan telah menyelesaikan rancangan peraturan pembentukan Badan Pencairan hingga 30 September 2010 AS$2,5 juta Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk Nias. Semua kabupaten di Nias telah sepakat untuk memasukkan PRB dan NITP memanfaatkan karya BRR serta proyek dukungan peta bahaya dalam rencana tata ruang masing-masing. rehabilitasi dan rekonstruksi lain untuk memudahkan transisi dari pelaksanaan BRR ke pemulihan yang sedang berlangsung di Penyelesaian pengalihan aset rehabilitasi dan rekonstruksi Kepulauan Nias. NITP mendukung pelaksanaan kegiatan yang merupakan tantangan besar yang memerlukan koordinasi yang didanai Pemerintah Indonesia di tingkat provinsi dan kabupaten intensif dan tepat waktu dari berbagai tingkat pemerintahan serta pengembangan dan pelaksanaan DRR secara proaktif serta berbagai kementerian dan departemen. Hal ini semakin dalam struktur Pemerintah Indonesia yang bertanggung jawab diperumit dengan pembentukan tiga kabupaten baru di Nias dan LSM pendukung. Sebagian besar pekerjaan proyek ini pada Januari 2010. Transfer aset tertunda karena pemekaran didedikasikan untuk membangun kapasitas, terutama yang tersebut. berkaitan dengan pengalihan aset kepada pihak berwenang terkait. NITP bekerja sama erat dengan dua proyek lain yang didanai MDF, yaitu AGTP dan Proyek Bantuan Teknis (TA) untuk BRR dan Bappenas dalam mendukung dan memudahkan verifikasi aset dan proses transfer. Capaian Utama NITP memberikan dukungan untuk menyelesaikan transisi dari pelaksanaan BRR kepada pengelolaan pemerintah daerah. Diberikan perhatian besar untuk mendukung BKRN 11 dalam mempersiapkan Rencana Aksi 2010­2012 sebagai dasar pembuatan program transisi. Sistem yang utama telah diadopsi oleh badan terkait, dan pelatihan mengenai perencanaan, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi proyek transisi sedang berlangsung. Untuk mempercepat penyelesaian prioritas kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi setelah transisi, NITP bekerja erat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk memprioritaskan pengelolaan yang efektif atas aset rehabilitasi dan rekonstruksi, termasuk penganggaran untuk kesinambungan operasi dan 11 BKRN: Badan Kesinambungan Rekonstruksi Nias adalah badan koordinasi Pelatihan di tempat kerja diberikan untuk mengajarkan penggunaan tingkat provinsi untuk rekonstruksi di Nias. Mitranya di Aceh adalah BKRA (Badan Kesinambungan Rekonstruksi Aceh) dan di tingkat pusat BKRAN pangkalan data manajemen SIMBADA. (Badan Kesinambungan Rekonstruksi Aceh dan Nias). Foto: Koleksi UNDP 66 Lampiran: Portofolio Proyek | Pembangunan Ekonomi dan Mata Pencaharian 22. Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF) Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF) mendukung proposal dikeluarkan dan delapan subproyek dipilih dari 121 prakarsa subproyek untuk pembangunan ekonomi Aceh dan memberikan proposal yang diajukan oleh komite pemilih, dengan masukan bantuan untuk Pemerintah Aceh dalam pengelolaan proyek dan dari pemerintah daerah, sesuai dengan kriteria pemilihan pembangunan kapasitas. transparan yang disepakati. Pada tanggal 30 September 2010, Jumlah Hibah AS$50,00 juta Perjanjian Hibah Subproyek di bawah EDFF telah ditandatangani Masa Pelaksanaan Maret 2009­Juni 2012 oleh lima LSM: Canadian Cooperative Association (CCA); Action Aid Australia (AAA), Swisscontact, Muslim Aid, dan Islamic Relief. Badan Mitra Bank Dunia Tiga perjanjian hibah subproyek tambahan ditandatangani Kementerian Pembangunan Daerah setelah 30 September dengan Aceh Development Fund (ADF), Badan Pelaksana Tertinggal (KPDT) dan Pemerintah Aceh International Organization for Migration (IOM), dan Caritas Czech Republic. Masing-masing organisasi akan melaksanakan Pencairan hingga 30 September 2010 AS$18,98 juta kegiatan bersama dengan LSM setempat dan/atau mitra sektor swasta. EDFF mempromosikan pemulihan ekonomi pascatsunami dan mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang Kegiatan pendukung subproyek dalam sektor-sektor ekonomi berkesinambungan yang adil di Aceh sesuai dengan rencana utama termasuk kakao, kopi, minyak nilam, hasil pertanian pembangunan ekonomi Pemerintah Aceh. Proyek ini bertujuan (beras, kacang tanah, kedelai), perikanan dan pengolahan ikan, untuk membangun lingkungan usaha yang lebih bersaing dan serta peternakan. Kegiatan ini meliputi: (i) penyediaan input, suportif yang diperlukan untuk menciptakan pertumbuhan perkakas dan peralatan, (ii) peningkatan kualitas, (iii) perbaikan dan peluang kerja sektor swasta yang luas, yang menargetkan pengolahan; (iv) pengemasan; (v) dukungan untuk akses pasar kelompok miskin dan rentan lainnya. Proyek ini menyediakan domestik dan internasional; (vi) akses terhadap keuangan; hibah untuk menciptakan peluang pertumbuhan dan penciptaan (vii) pengembangan koperasi; (viii) peningkatan lingkungan lapangan pekerjaan di sektor swasta. usaha, (ix) pembangunan kapasitas pemerintah daerah; (x) pemberdayaan perempuan; (xi) penguatan pusat penelitian Capaian Utama dan pelatihan, (xii) peternakan dan penggemukan, dan (xiii) infrastruktur publik. EDFF memberikan hibah subproyek (AS$44,5 juta dari total anggaran) kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terpilih Proyek ini telah mengembangkan model pelaksanaan yang untuk melaksanakan kegiatan penanganan isu-isu penting yang unik, dengan melibatkan Pemerintah Aceh sebagai penanggung memengaruhi pembangunan ekonomi di Aceh. Permintaan jawab atas pelaksanaan proyek. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) merupakan badan pelaksana utama di tingkat pusat. Penguatan kapasitas pemerintah daerah untuk mengembangkan proyek, termasuk peningkatan pengadaan dan kapasitas pengelolaan keuangan, merupakan tujuan penting proyek tersebut. Pembangunan kapasitas kerja diberikan kepada staf pemerintah, dan Pemerintah Aceh terus mendukung proyek melalui pendanaan bersama dan kerja sama badan teknis pemerintah terkait. Komponen pembangunan kapasitas proyek ini telah menunjukkan prestasi yang signifikan. Partisipasi pemerintah dalam proses pengadaan, serta peninjauan, pemilihan dan pengawasan subproyek membantu mengembangkan kapasitas pemerintah pusat dan daerah untuk mengelola proyek-proyek serupa di masa mendatang. Koperasi perempuan di Desa Daya Beurer'eh, Kabupaten Pidie Penundaan pada awal proyek yang terjadi karena perlunya mendapat bantuan dari LSM lokal, yaitu CCA dan PASKA, melalui hibah menetapkan pengaturan pelaksanaan baru berdasarkan dari EDFF. Perempuan ini sedang membuat emping secara tradisional. Proyek ini akan memperkuat koperasi dan menyediakan teknologi yang pendekatan inovatif dari proyek ini, kini telah diatasi. Proposal lebih baik untuk meningkatkan produksi. subproyek dan perjanjian hibah telah selesai, serta kegiatan- Foto: Vicki Peterson/Tim Proyek EDFF kegiatan proyek sekarang telah bergerak atau dimulai di 17 kabupaten di seluruh Aceh. 67 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan 23. Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Nias (LEDP) Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Nias (LEDP) komite pengarah nasional dan daerah ini akan membantu mempermudah pemulihan ekonomi dan pengentasan kemiskinan memaksimalkan sinergi dan dampak dari kedua program. pascabencana dengan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk bekerja dengan rumah tangga pedesaan yang miskin di Nias dalam Kegiatan proyek akan mendukung pemerintah daerah dan mengidentifikasi, mengembangkan dan mempertahankan peluang mata pencaharian. kelompok masyarakat melalui pelatihan dan bantuan teknis. Sebagian besar kegiatan melibatkan pelatihan dan dukungan Jumlah Hibah AS$8,2 juta kelompok untuk kelompok perempuan dan mata pencaharian Masa Pelaksanaan Oktober 2010­ Juni 2012 pertanian serta pengembangan kapasitas bagi badan Badan Mitra Bank Dunia pemerintah daerah di bawah Kementerian Pertanian, dengan Kementerian Pembangunan Daerah fokus utama pada komoditas pertanian utama--beras, karet, Badan Pelaksana Tertinggal (KPDT) dan kakao. Perbaikan mata pencaharian akan didukung melalui Pencairan hingga 30 September 2010 AS$0 hibah dukungan masyarakat kecil dan layanan dukungan teknis untuk kelompok-kelompok ini. LEDP Nias dirancang untuk mempermudah pemulihan ekonomi Ini adalah proyek terakhir yang disetujui dalam portofolio pascabencana dan pengentasan kemiskinan masyarakat MDF, sehingga waktu yang tersisa untuk pelaksanaan proyek yang terkena dampak tsunami dan gempa bumi dengan dibatasi oleh tanggal penutupan MDF pada bulan Desember menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan 2012. Kondisi di Nias, termasuk keterpencilan dan sulitnya taraf hidup dan pengembangan masyarakat di Kepulauan akses menuju area proyek, ditambah dengan musim hujan yang Nias. Proyek ini bertujuan untuk memberdayakan penerima panjang, merupakan tantangan lebih lanjut. Meskipun terdapat manfaat dalam meningkatkan keterampilan teknis, keuangan, kendala ini, pemerintah nasional dan daerah serta pemangku pengelolaan dan pemasaran untuk kegiatan mata pencaharian kepentingan MDF lainnya telah menyatakan komitmen mereka dan pembangunan ekonomi. Proyek ini juga bertujuan untuk untuk bekerja sama agar pelaksanaan proyek yang penting ini mengembangkan kapasitas teknis dan pengelolaan dalam berjalan lancar hingga tanggal penutupannya pada bulan Juni pemerintah daerah untuk pelaksanaan program-program mata 2012. pencaharian di Nias. Proyek ini merupakan salah satu dari empat proyek MDF yang khusus berfokus pada pemulihan Nias, dan dikembangkan bersama dengan proyek MDF lain, RACBP Nias yang dilaksanakan oleh ILO. Capaian Utama Perjanjian Hibah untuk proyek ini ditandatangani pada bulan Juli 2010 dan sekarang berada dalam tahap awal pelaksanaan. Proyek ini sedang dilaksanakan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Proyek RACBP dan LEDP Nias bekerja di kecamatan yang sama di Nias sehingga masyarakat pedesaan mendapatkan manfaat dari sinergi antara peningkatan peluang mata pencaharian pedesaan dan peningkatan akses. Dengan demikian maka dapat ditingkatkan akses terhadap pasar serta layanan lainnya dan manfaat yang berkontribusi terhadap pembangunan manusia dan ekonomi. Kedua proyek memiliki komite pengarah tingkat nasional yang sama (yang terdiri dari Bappenas dan KPDT) untuk meningkatkan koordinasi tingkat yang lebih tinggi. Di tingkat lokal, kedua proyek ini berkoordinasi melalui komite pengarah daerah bersama, yang dipimpin oleh Proyek LEDP Nias dan RACBP akan bergerak di daerah yang sama Pemerintah Sumatera Utara dengan perwakilan pemerintah untuk meningkatkan peluang ekonomi di daerah pedesaan Nias. RACBP akan membangun jalan untuk meningkatkan akses petani kabupaten melalui Bappeda. Koordinasi yang erat melalui menuju pasar sedangkan LEDP akan memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan produksi. Foto: Shaun Parker/Sekretariat MDF 68 Daftar Akronim dan Singkatan Daftar Akronim dan Singkatan AAA Action Aid Australia (Aksi Bantuan Australia) KPDT Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal ACAP Anti-Corruption Action Plan (Rencana Aksi Anti Korupsi) KRRP Nias Kecamatan-based Reconstruction and Recovery ADF Aceh Development Fund (Dana Bantuan Aceh) Planning Project (Proyek Perencanaan Pemulihan dan AFEP Aceh Forest and Environment Project (Proyek Hutan dan Rekonstruksi Berbasiskan Kecamatan di Nias) Lingkungan di Aceh) LAN Lembaga Administrasi Negara AGTP Aceh Government Transformation Programme (Program LEDP Livelihoods and Economic Development Project (Proyek Transformasi Pemerintah Aceh) Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian) AMDAL Analisa Mengenai Dampak Lingkungan LIF Leuser International Foundation (Yayasan Internasional BAMFP Banda Aceh Flood Mitigation Project (Proyek Pencegahan untuk Leuser) Banjir untuk Banda Aceh) M&E Monitoring and Evaluation (Pemantauan dan Evaluasi) Bappeda Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah MCK Mandi, Cuci, Kakus Bappenas Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional MDF Multi Donor Fund (Dana Multi Donor) BKPP Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan MIS Management Information System (Sistem Informasi BKRA Badan Koordinasi Rekonstruksi Aceh Manajemen) BKRAN Badan Koordinasi Rekonstruksi Aceh dan Nias MSW Municipal Solid Waste (Pengelolaan Limbah Padat di BKRN Badan Koordinasi Rekonstruksi Nias Kabupaten) BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional MTR Mid-Term Review (Kajian Tengah Waktu) BPBA Badan Penanggulangan Bencana Aceh NGO Non-Governmental Organization (Organisasi Non BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintah) BPN Badan Pertanahan Nasional NITP Nias Islands Transition Project (Program Transisi BRR Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi NAD-Nias Pemerintah di Kepulauan Nias) CBLR3 Capacity Building for Local Resource-based Rural Roads O&M Operations and Maintenance (Operasi dan Perawatan) (Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal) PACC Public Awareness Coordinating Committee (Komite CBO Community-Based Organization (Organisasi Berbasis Koordinasi Kepedulian Masyarakat) Masyarakat) Pergub Peraturan Gubernur CCA Canadian Co-operative Association (Asosiasi Koperasi PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kanada) PDAM Perusahaan Daerah Air Minum CDA Community-Driven Adjudication (Pengadilan Berbasis R2C3 Rehabilitation and Reconstruction Completion Masyarakat) and Continued Coordination (Program Koordinasi CDD Community-Driven Development (Pembangunan Berbasis Penyelesaian dan Kelanjutan Rehabilitasi dan Masyarakat) Rekonstruksi) CPDA Consolidating Peaceful Development in Aceh (Program RACBP Nias Islands Rural Access Capacity Building Project Konsolidasi Pembangunan yang Damai di Aceh) (Proyek Akses Pedesaan dan Pengembangan Kapasitas CSO Civil Society Organization (Organisasi Sipil Masyarakat) Nias) CSP Community Settlement Plan (Rencana Perumahan RALAS Reconstruction of the Aceh Land Administration System Masyarakat) Project (Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi CSRC Civil Society Resource Center (Pusat Sumber Daya Pertanahan Aceh) Masyarakat Sipil) RAND Recovery of Aceh-Nias Database (Pemulihan Basis Data CSRRP Community-based Settlement Rehabilitation and Aceh-Nias) Reconstruction Program (Proyek Rekonstruksi dan Rekompak Community-based Settlement Rehabilitation and Rehabilitasi Perumahan Berbasiskan Masyarakat) Reconstruction Program (Program Rehabilitasi dan DFID Department for International Development of the Rekonstruksi Perumahan Masyarakat) United Kingdom (Departemen untuk Pembangunan SDLP Sea Delivery and Logistics Programme (Program Internasional) Angkutan Laut dan Logistik) DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Simbada Sistem Informasi Barang dan Aset Daerah DRR Disaster Risk Reduction (Pengurangan Risiko Bencana) SIPKD Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah DRR-A Disaster Risk Reduction - Aceh Project (Proyek SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengurangan Risiko Bencana di Aceh) SME Small and Medium Enterprise (Usaha Kecil dan EDFF Economic Development Financing Facility (Fasilitas Menengah) Pendanaan Pengembangan Ekonomi) SPADA Support for Poor and Disadvantaged Areas Project EGA Economic Governance in Aceh (Tata Kelola Ekonomi di (Dukungan bagi Daerah Miskin dan Tertinggal) Aceh) TA Technical Assistance (Bantuan Teknis) EIA Environmental Impact Assessment (Analisa Mengenai TBSU Trail Bridge Support Unit (Unit Pendukung Jalur Dampak Lingkungan) Jembatan di Nepal) FFI Fauna and Flora International (Fauna and Flora TDMRC Tsunami Disaster and Mitigation Research Center (Pusat Internasional) Penelitian Bencana dan Penanggulangan Tsunami) GoI Government of Indonesia (Pemerintah Indonesia) TEWS Tsunami Early Warning System (Sistem Peringatan Dini ILO International Labour Organisation (Organisasi Buruh Tsunami) Internasional) TRPRP Tsunami Recovery Port Redevelopment Programme IOM International Organization for Migration (Organisasi (Program Rekonstruksi Pelabuhan) Internasional untuk Migrasi) TRWMP Tsunami Recovery Waste Management Programme IREP Infrastructure Reconstruction Enabling Program (Program (Program Pengelolaan Limbah Tsunami) Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur) UNDP United Nations Development Programme (Program IRFF Infrastructure Reconstruction Financing Facility (Fasilitas Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa) Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur) UPP Urban Poverty Project (Program Penanggulangan KDP Kecamatan Development Project (Program Kemiskinan Perkotaan) Pengembangan Kecamatan) WFP World Food Programme (Program Bantuan Pangan KNOW Knowledge Management Center (Pusat Manajemen Dunia) Pengetahuan) 69 Laporan Kemajuan MDF Desember 2010 | Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Peta Aceh dan Nias SABANG C I N A BANDA ACEH ACEH BESAR LHOKSEUMAWE PIDIE JAYA BIREUEN PIDIE ACEH UTARA ACEH A JAYA BENER MERIAH C ACEH LANGSA ACEH ACEH TIMUR BARAT TENGAH E NAGAN H ACEH TAMIANG RAYA GAYO LUES ACEH BARAT DAYA ACEH TENGGARA ACEH SELATAN S U M AT E R A U TA R A SIMEULUE SUBULUSSALAM ACEH SINGKIL NIAS UTARA GUNUNG SITOLI I N D O N E S I A NIAS N NIAS I BARAT A S NIAS SELATAN A U S T R A L I A 70 Republik Indonesia BRR Uni Eropa Belanda Inggris Kanada Bank Dunia Swedia Norwegia Denmark Jerman Belgia Finlandia ADB Amerika Serikat Selandia Baru Irlandia www.multidonorfund.org